imam ghazali
imam ghazali

Terapi Jiwa bagi Jiwa yang Lara karena Syahwat Versi Al-Ghazali

Tak hanya tubuh yang terancam penyakit. Jiwa pun rentan lara. Bila tubuh terjangkit penyakit. Maka membutuhkan obat. Tetapi bila jiwa yang lara, maka memerlukan taubat. Jiwa yang sakit Menurut al-Ghazali, harus ditangani sedini mungkin sebelum akhirnya jiwa itu terpatri kaku dan tak berdaya.

Dalam bukunya yang berjudul  Ihya’ ‘Ulum al-Din, sebuah masterpiece al-Ghazali, ia memaparkan beberapa penyakit jiwa yang menjadi ancaman menjangkiti.

Salah satunya adalah Syahwat (hasrat tak terbendung) perut dan kemaluan. Bahkan menurutnya keduanya menjadi sumber dari malapetaka jiwa. Karena dua syahwat ini pulalah, kerap kali berbuntut kriminal. Korupsi, narkotika, perselingkuhan, pencabulan, hamil diluar nikah adalah beberapa gambaran yang berhulu kepada syahwat perut dan kemaluan.

Untuk mengendalikan dua syahwat ini, al-Ghazali memberikan terapi dalam tulisannya berupa melaparkan perut (puasa) dan memaparkan bagaimana negatifnya bila perut dalam kondisi kenyang. Untuk menguatkan terapinya ini al-Ghazali menulis sebuah Hadits riwayat Hasan. Nabi bersabda:

افضلكم منزلة عند الله تعالى اطولكم جوعا وتفكرا وابغضكم الى الله تعالى كل نوام اكول شروب

Orang yang paling tinggi posisinya menurut Allah adalah orang yang paling lama menahan rasa lapar dan paling lama bertafakkur. Dan orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang banyak tidur, banyak makan, serta banyak minum.

Al-Ghazali mengutip perkataan Abu Sulaiman, berkata: seseorang yang mengabaikan makan malamnya walau hanya satu suap makanan lebih aku senangi dari pada orang yang beribadah semalam suntuk.

Al-Sya’rani mengkisahkan rutinitas Imam Bukhari yang berpuasa sepanjang tahun. Dan sahur dan buka puasanya hanya mencukupkan diri dengan sebutir kurma, karena merasa malu kepada Allah bila sering buang air besar. Sayyidi ali al-Khawwash hanya makan dengan Sembilan suapan saja. Al-Thabaqat al-Kubra, 92. Tanbih al-Mughtarrin, 50

Terapi untuk Meretas Syahwat Perut dan Kemaluan

Puasa sesungguhnya adalah terapi yang pas. Namun tak semua orang mampu menjalankan puasa. Al-Ghazali memberikan tips bagi yang tak mampu puasa agar terlepas dari kungkungan syahwat perut dan kemaluan. Menurutnya, Setelah memastikan diri, bahwa makanan yang kita makan adalah makanan yang halal.

Ada tiga hal yang perlu kita lakukan sebagai lanjutan terapinya. Pertama, menakar kadar makanan yang kita santap. Kedua, menjadwal waktu makan. Ketiga, memilih jenis makanan yang akan kita makan.

Tradisi dalam sebuah Thariqah Ruhaniyah, setiap Syaikh (mursyid) senantiasa memerintahkan murid-muridnya, agar jangan terlalu banyak makan. Karena orang yang banyak makan, pasti banyak minum, orang yang banyak minum pasti banyak tidur dan pada akhirnya ia akan alami kerugian dalam hidupnya. Mukhtashar Ihya’ Ulum al-Din, 149-150

Tindakan korupsi dipicu oleh syahwat perut dan kemaluan. Dan koruptor memang semestinya dimiskinkan agar terselamatkan dari korupsinya. Dimiskinkan dengan cara dilengserkan dari jabatannya, disita seluruh aset kekayaannya. Karena jabatan dan kekayaan inilah sebagai muara dari syahwat perut dan kemaluannya.

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …