Umat Islam sebenarnya mempunyai sifat dan karakter menjaga persatuan. Jika umat Islam tidak suka persatuan dan kerekatan sosial dipertanyakan pemaknaan Islamnya. Bukan muslim jika bersikap apatis dan individualis. Karakter bersatu dan bersaudara telah melekat dalam diri umat melalui internalisasi nilai ibadah.
Salah satu ibadah yang membiasakan diri untuk berinteraksi dan merekatkan kohesi sosial adalah shalat jamaah. Bayangkan umat Islam dalam sehari diajak, diajarkan dan ditanamkan nilai untuk berkumpul. Melalui ibadah rutin dalam sehari ini umat Islam diajak untuk selalu berkomunikasi, berinteraski dan saling berbagi dalam kebersamaan.
Islam menekankan bahwa shalat berjamaah memiliki keutamaan berlebih dibandingkan shalat sendiri. Shalat memang kewajiban yang mulia, tetapi ibadah mulia itu akan bernilai lebih jika dikerjakan secara berjamaah. Saking pentingnya shalat berjamaah ada perbedaan pendapat ulama tentang hukumnya.
Dalam pandangan mahzab Hanbali salat lima waktu berjamaah hukumnya wajib atau fardu ain bagi laki-laki muslim. Sedangkan dalam pandangan madzhab Syafii sebagaimana menurut Syaikh Abu Syuja’ dan Imam Rafi’I dalam kitab Matan Ghayah al-Taqrib berpendapat shalat jamaah adalah fardlu kifayah. Sementara kalangan Bermahzab Hanafi dan Maliki sepakat bahwa salat jamaah lima waktu hukumnya sunnah mu’akkadah.
Perbedaan pendapat itu menandakan betapa pentingnya shalat jamaah dalam kehidupan umat Islam. Bagi yang berpendapat sebagai fardhu ain berarti shalat lima waktu harus dikerjakan oleh seluruh umat Islam. Sementara pendapat fardhu kifayah mencukupkan pada satu kelompok yang mengerjakan sehingga menggugurkan kewajiban yang lainnya. Sementara sunnah muakkad lebih pada hukum shalat jamaah sebagai shalat dengan keutamaan yang berlebih dan sangat dianjurkan.
Lebih dari itu, sesungguhnya shalat jamaah mengajarkan umat Islam untuk selalu berinteraksi dan berjamaah. Umat Islam harus terus bersatu baik dalam beribadah maupun dalam kehidupan sosial. Karena itulah, shalat jamaah memiliki nilai pahala lebih besar di bandingkan shalat sendiri.
Pertama, pahala 27 derajat. Rasulullah Saw telah bersabda: “Sholat berjamaah lebih afdhal daripada sholat sendirian sebanyak 27 kali lipat.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Apabila seorang muslim melakukan shalat sendirian, maka pahala yang kita dapatkan hanya satu pahala satu saja, atau tergantung dari bagaimana shalat kita. Sementara, ketika kita melaksanakan shalat berjamaah, pahala yang didapat akan lebih besar. Bahkan nilai pahalanya dari 25 sampai 27 derajad.
Kedua, didoakan malaikat
Semua muslim pastinya sangat ingin didoakan oleh malaikat yang merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling mematuhi perintahnya ini. Karena alasan inilah doa malaikat banyak di dengar dan di kabulkan oleh Allah.
Nah, ternyata ketika manusia menjalankan shalat berjamaah, besar kemungkinan kita didoakan oleh para malaikat, terutama adalah seseorang yang berada di shaf paling depan. Dijelaskan dalam hadist dari Ibnu Hibban, Rasulullah bersbda, “Sesungguhnya para Malaikat memberikan shalawat kepada orang-orang yang berada di shaf pertama.”
Ketiga, mempererat tali persaudaraan.
Tak hanya pahala saja yang melimpah, namun shalat berjamaah memiliki banyak hikmah yang mampu dipetik dalam kehidupan sosial. Salah satunya dengan mempererat tali persaudaraan yang juga merupakan tanda adanya silaturahmi dan juga akan mampu membangun toleransi, karena jamaah di masjid bukan hanya mereka yang memiliki suku dan budaya yang sama.
Mengingat pahala dan kemuliaan yang didapatkan seorang muslim dalam menjalankan shalat berjamaah, karena itulah Islam menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat jumat berjamaah. Di samping keutamaan yang didapat secara spiritual, shalat jamaah berdampak sosial untuk kerekatan persaudaraan dan memperluas dan memperbesar syiar Islam.
Wallahu a’lam