kebodohan dalam agama
kerusuhan agama

Karena Kebodohan Menyebabkanmu Bertikai atas Topeng Agama

Ada pernyataan yang sungguh mendalam yang dikatakan oleh Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau dikenal dengan Ibnu Rusyd, seorang cendikiawan, ilmuwan, filusuf muslim zaman keemas an Bani Umayyah. Beliau mengatakan : “Jika ingin menguasai orang bodoh, bungkus yang batil dengan agama”.

Rasanya pernyataan patut untuk kita sadari bersama dan menjadi pelajaran penting untuk hari ini dan di masa depan. Tidak dipungkiri bahwa kekerasan, perang dan konflik terjadi karena ada kelompok yang menipulasi agama sebagai dasar menciptakan konflik. Siapa korbannya? Orang-orang yang dangkal dan bodoh dalam beragama yang menjadi sasaran.

Tema agama kerap kali menjadi sensitif di tengah masyarakat yang tidak memahami secara mendalam esensi agama. Karena alasan inilah, tak jarang muncul konflik antar umat baragama baik masalah yang menyangkut akidah maupun dalam hal ibadah. Agama seolah menjadi biang konflik, padahal sejatinya kebodohan kita dalam beragama yang menjadi sumber konflik dan polemik.

Contohnya saja, di setiap penghujung tahun menjelang natal selalu saja terjadi polemik seputar hukum dalam mengucapkan selamat natal bagi sebagian umat muslim di Indonesia. Yang selalu menjadi kontroversi ataupun perbincangan setiap tahun selalu sama, yakni hukum tentang pengucapan selamat natal maupun dalam mengikuti perayaan natal yang dilakukan umat kristiani.

Tak ada hadist ataupun ayat yang secara tegas menyebutkan larangan mengucapkan “selamat Natal” kepada non muslim. Meskipun  dalam pengucapannya, ada sebagian ulama yang tidak memperbolehkan dan sebagian lagi ada yang memperbolehkan ucapan selamat tersebut. Ketidaktahuan inilah yang seolah menjadi incaran untuk memicu hal kontroversial.

Dalam pemahaman fiqih, ucapan selamat hari natal harus dipelajari dengan benar, karena pemahamannya sangat mendalam dan membutuhkan ilmu yang cukup untuk dapat memahaminya, penelaahan yang rinci terhadap nash-nashnya. Hukum ini berkaitan dengan proses ijtihad yang antar satu ulama dengan lainnya berbeda karena tidak ditemukan teks yang eksplisit.

Para ulama muashirin memperbolehkan bagi umat muslim mengucapkan selamat Natal, dengan syarat mereka bersikap baik dan tidak sedang memerangi kita. Seperti tertulis dalam al-Quran, Allah berfirman, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (al-Mumtahanah; 8)

Sedangkan ulama-ulama yang tidak memperbolehkan didasari adanya hadist yang menjelaskan bahwa umat muslim dilarang atau bahkan diharamkan menyerupai orang kafir. Rasulullah bersabda, “siapa yang meniru suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud dari Ibnu Umar).

Dalam mengucapkan selamat natal, umat muslim harus mengatakannya dengan niat bukan untuk menyamai mereka yang non muslim, namun hanya untuk menghormati hari besar agama lain. Inilah pentingnya memahami dan menghayati maksud isi dari apa yang tertulis dalam al-Quran, yakni untuk menjaga kemurnian akidah yang kita miliki.

Sebenarnya tidak ada hal yang bisa mencegah umat muslim mengucapkan ucapan selamat untuk hari besar agama lain, asal umat muslim tidak ikut memperingati ritual agama yag sedang di selenggarakan oleh mereka. Umat muslim tidak bisa menghindari untuk hidup berdampingan dengan mereka yang non muslim, namun perlu digaris bawahi bahwa kita tidak boleh melalukan hal yang bertentangan dengan agama yang kita yakini.

Inilah pentingnya ilmu agama yang mendalam yang harus dimiliki umat muslim, supaya mereka tidak mudah menghardik mereka yang berbeda. Sebagai muslim, berpegang teguh kepada al-Quran dan hadist merupakan hal yang wajib kita lakukan, namun kita juga wajib memegang teguh al-Quran dan hadist dengan ilmu dan pemahaman yang cukup.

Kembali pada perkataan Ibnu Rusyd sebagai pedoman agar kita berhati-hati untuk tidak menjadikan kebodohan kita dalam beragama menjadi penyebab perpecahan. Tidak ada ajaran agama yang mendorong perpecahan, hanya pandangan kita yang dangkal yang menjadikan agama begitu sempit.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar copy

Bulan Syawal Kesempatan Umat Islam Jadi Ahli Zikir

Jakarta – Bulan Syawal adalah kesempatan umat Islam menjadi hamba-hamba Allah yang ahli zikir. Syawal sendiri memiliki …