Memiliki keyakinan bahwa agama yang diyakini paling benar memang tidak ada masalah. Islam pun secara tegas disebutkan dalam Ali Imran ayat 19 bahwa sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah adalah hanya Islam. Keyakinan ini penting sebagai bagian dari peneguhan iman secara totalitas.
Namun, dalam beragama kita tidak dihadapkan hanya dengan umat seagama. Terkadang kita susah menempatkan posisi di mana harus berbicara dan bahan pembicaraan yang mana yang relevan dengan konteksnya. Ketika anda berbicara dengan sesama muslim dan memberikan nasehat Islam paling benar dan harus diyakini adalah sebuah hal keharusan.
Hubungan beragama tidak hanya sebatas seiman. Terkadang kita berhubungan sosial dengan mereka yang berbeda agama. Pantaskah kita akan mengatakan kepada mereka bahwa Islam lah paling benar? Bukankah pernyataan itu seakan pula menafikan dan menyalahkan keyakinan orang lain?
Jika kita mengatakan bahwa rumah kita paling indah kepada diri sendiri atau terhadap keluarga penghuni rumah kita tentu tidak menjadi persoalan. Keluarga dalam rumah harus meyakini itu agar tidak tergoda dan terpengaruh pandangan orang lain dan selalu merawat rumah yang dimiliki.
Berbeda halnya ketika kita keluar rumah dan mengatakan kepada tetangga kita bahwa rumah saya paling indah dan bagus. Pernyataan ini seolah akan merendahkan dan mengabaikan rumah orang lain yang bagi pemiliknya adalah palin indah. Jika perasaan “paling” bertemu dalam ruang yang sama akan terjadi percekcokan.
Konflik beragama muncul karena persoalan monopoli kebenaran, bukan karena perasaan kebenaran agama itu sendiri. Ketika masing-masing agama memiliki keyakinan agama paling benar untuk mereka sendiri niscaya tidak ada monopoli kebenaran dalam ruang interaksi umat beragama.
Karena itulah, dalam ruang pertemuan antar penganut agama Islam melarang umatnya untuk mengejek agama dan sesembahan umat lain. Secara tegas Allah berfirman : “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan” (QS Al-An’am: 108).
Ketika berhadapan dengan tetangga yang lain jangan pernah mengejek atau menyalahkan bangunan rumah orang lain. Bisa saja orang tersebut tidak terima dan akan mengatakan sebaliknya. Setiap orang akan membanggakan diri dengan apa yang dimiliki. Tidak perlu kita merasa melampaui yang lain di hadapan mereka. Cukuplah kita yakin rumah kita paling indah dan paling nyaman.
Allah telah menjadikan setiap umat akan merasakan amalan dan pekerjaan mereka baik. Dalam pertemuan antar iman tidak perlu harus mengatakan keimanan kita paling benar dan mereka salah. Kekokohan iman tidak dibangun dengan cara menyalahkan orang lain. Namun, keimanan itu menjadi kokoh karena kita semakin meyakini secara mendalam kebenaran apa yang kita yakini tanpa harus menyalahkan yang lain.
Kuatlah dalam meyakini kebenaran agama kita dan bijaklah dalam berkomunikasi dengan kebenaran agama lain dalam versi penganutnya.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah