Shalat adalah ibadah istimewa yang langsung didapatkan Nabi ketika bertemu langsung dengan Allah dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Lalu setelah mendapatkan perintah, kapan dan apa shalat pertama yang tunaikan Nabi?
Pelajaran paling penting dalam sejarah Isra’ dan Mi’raj adalah disyariatkannya shalat lima waktu sehari semalam. Penting karena shalat menjadi satu-satunya perintah yang langsung disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad tanpa perantara Jibril.
Peristiwa itu sebagai penegas bahwa shalat merupakan ibadah yang utama. Shalat juga menjadi parameter ibadah lain. Bila shalatnya baik, seluruh amal baiknya akan diperhitungkan. Namun, bila shalatnya tidak bernilai, seluruh amal baiknya menjadi sia-sia.
Pertanyaannya, setelah menerima perintah shalat lima waktu, shalat apakah yang pertama dikerjakan oleh Nabi Muhammad?
Diceritakan oleh Abu Bakr Utsman bin Muhammad Syattha Al-Dimyathy Al-Bakriy (w. 1300 H) dalam kitab Hasyiah I’anah At-Tahlibin (jilid I, hal. 37), sekembalinya dari menghadap Allah, ternyata beliau masih menjumpai waktu subuh. Akan tetapi beliau belum melaksanakan kewajban shalat shubuh tersebut karena belum ada petunjuk teknis cara pengerjaannya. Baru ketika tiba waktu shalat dhuhur beliau untuk pertama kalinya mengerjakan perintah tersebut.
Keterangan yang sama bisa dibaca dalam Al-Majmu’ (jilid 3, hal. 18), karya Imam Nawawi pada bab mawaqit al-shalat (waktu-waktu shalat), menukil sebuah hadis yang cukup panjang dalam kitab-kitab sunan seperti riwayat Imam Abu Daud, Tirmidzi. Menurut imam Hakim dalam Al-Mustadrak, meyakini hadis tersebut sebagai hadis shahih. Namun Imam Tirmidzi, berdasar kepada sahabat Ibnu Abbas, menganggap hadisnya hasan.
Pasca menghadap Allah, persis waktu subuh Nabi pulang kembali ke rumahnya. Kemudian malaikat Jibril datang pada waktu dhuhur untuk mengajarkan beliau teknis dan waktu-waktu shalat. Tepat pada waktu dhuhur bukan subuh. Proses pembelajaran ini berlangsung dua hari, sampai keesokan harinya. Hal ini diceritakan langsung oleh Rasulullah dalam sebuah hadis:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ جِبْرِيْلَ اَتَى النَّبِيَّ ص يُعَلّمُهُ مَوَاقِيْتَ الصَّلاَةِ، فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ ص خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَصَلَّى الظُّهْرَ حِيْنَ زَالَتِ الشَّمْسُ، فَاَتَاهُ حِيْنَ كَانَ الظّلُّ مِثْلَ شَخْصِهِ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ ص خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَصَلَّى اْلعَصْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ وَجَبَتِ الشَّمْسُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ ص خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَصَلَّى اْلمَغْرِبَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ غَابَ الشَّفَقُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ ص خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَصَلَّى اْلعِشَاءَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ اِنْشَقَّ اْلفَجْرُ فَتَقَدَّمَ جِبْرِيْلُ وَ رَسُوْلُ اللهِ ص خَلْفَهُ وَ النَّاسُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَصَلَّى اْلغَدَاةَ.
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : bahwasanya malaikat Jibril datang kepada Nabi mengajarkan waktu-waktu shalat (wajib). Lalu Jibril maju dan Rasulullah berdiri di belakangnya, dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah, lalu shalat Dhuhur ketika matahari telah tergelincir.
Kemudian Jibril datang kepada Nabi ketika bayangan seseorang sama panjangnya, lalu dia melakukan sebagaimana yang telah ia lakukan, Jibril maju dan Rasulullah berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah lalu shalat ‘Ashar.
Kemudian Jibril datang lagi ketika matahari terbenam, Jibril maju dan Rasulullah berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah, lalu shalat Maghrib.
Kemudian Jibril datang lagi kepada beliau ketika telah hilang cahaya merah, Jibril maju dan Rasulullah berdiri di belakangnya dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah, lalu shalat ‘Isyak. Kemudian Jibril datang lagi kepada beliau ketika terbit fajar, Jibril maju dan Rasulullah SAW berdiri di belakangnya, dan orang-orang berdiri di belakang Rasulullah SAW, lalu shalat Shubuh. (HR. Nasai juz 1, hal. 255)
ثُمَّ اَتَاهُ اْليَوْمَ الثَّانِيَ حِيْنَ كَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ مِثْلَ شَخْصِهِ فَصَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعَ فِى اْلاَمْسِ فَصَلَّى الظُّهْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ كَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ مِثْلَ شَخْصَيْهِ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ فِى اْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلعَصْرَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ وَجَبَتِ الشَّمْسُ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلمَغْرِبَ، فَنِمْنَا ثُمَّ قُمْنَا ثُمَّ نِمْنَا ثُمَّ قُمْنَا، فَاَتَاهُ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلعِشَاءَ، ثُمَّ اَتَاهُ حِيْنَ اِمْتَدَّ اْلفَجْرُ وَ اَصْبحَ وَ النُّجُوْمَ بَادِيَةٌ مُشْتَبِكَةٌ فَصَنَعَ كَمَا صَنَعَ بِاْلاَمْسِ فَصَلَّى اْلغَدَاةَ. ثُمَّ قَالَ: مَا بَيْنَ هَاتَيْنِ الصَّلاَتَيْنِ وَقْتٌ.
Kemudian pada hari kedua Jibril datang lagi kepada beliau ketika bayangan seseorang sama dengan panjangnya, lalu melakukan seperti yang telah dilakukan kemarin, lalu shalat Dhuhur. Kemudian Jibril datang lagi kepada beliau ketika bayangan seseorang dua kali panjangnya, lalu melakukan sebagaimana yang telah dilakukan kemarin, lalu shalat ‘Ashar.
Kemudian Jibril datang lagi kepada beliau ketika matahari terbenam, lalu melakukan sebagaimana yang dilakukan kemarin, lalu shalat Maghrib. Kemudian kami tidur, lalu bangun, lalu tidur lagi, lalu bangun, kemudian Jibril datang lagi kepada beliau, lalu melakukan sebagaimana yang dilakukan kemarin, lalu shalat ‘Isyak.
Kemudian Jibril datang lagi kepada beliau ketika waktu fajar sudah lama dan sudah pagi tetapi bintang-bintang masih tampak jelas, lalu melakukan sebagaimana yang dilakukan kemarin, lalu shalat Shubuh. Kemudian Nabi bersabda, “Antara dua waktu shalat inilah waktunya shalat-shalat fardlu”. (HR. Nasai juz 1, hal. 255)
Dari keterangan di atas, bisa dipahami bahwa shalat yang pertama dikerjakan oleh Rasulullah adalah shalat duhur. Semoga kita semua mampu menjalankan shalat lima waktu secara baik dan benar. Sehingga di kehidupan berikutnya nanti, setelah hari kiamat, termasuk orang-orang yang beruntung.
Lebih dari itu semua, sesungguhnya sebagai hamba yang baik tentu akan melaksanakan shalat tanpa beban. Karena semisalpun shalat lima waktu itu tidak diwajibkan, tentu kita tetap akan melaksanakannya sebagai bentuk syukur dan penghambaan kepada pencipta.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah