014276200 1679803442 830 556

Inilah Orang Indonesia Pertama Yang Belajar di Universitas Al-Azhar Mesir

JAKARTA — Universitas Al-Azhar Mesir merupakan salah satu lembaga pendidikan yang tertua di dunia, sejarah panjang Al-Azhar telah mencetak ribuan ulama dan tokoh dunia yang memberikan kontribusi bagi peradaban. Para pencari ilmu banyak yang datang dari seluruh dunia untuk menimba ilmu karena kemashuran Al-Azhar tidak kecuali dari nusantara, namun siapakah orang nusantara yang pertama kali menimba ilmu di Al-Azhar?

Dilansir dari laman republika.co.id Zuhairi Misrawi dalam Al-Azhar: Menara Ilmu, Reformasi dan Kiblat Keulamaan menjelaskan, kedatangan Mahasiswa Indonesia ke Mesir untuk belajar di al-Azhar merupakan salah satu bukti pengaruh institusi pendidikan ini di Nusantara. Itu sudah berlangsung sejak sekitar satu abad sebelum kemerdekaan RI.

Hubungan antara Mesir dan Indonesia terus berlangsung secara intens, terutama dalam misi perdagangan dan proliferasi Mazhab Syafi’i.

Kedatangan orang-orang Nusantara di Mesir dapat dilacak setidaknya sejak 1850-an. Mereka tidak mempunyai misi perdagangan, sebagaimana orang-orang Mesir ketika datang ke Nusantara. Yang dilakukan oleh orang-orang Jawi–demikian sebutannya–adalah menimba ilmu di Masjid al-Azhar, yang lantas menjadi cikal bakal Universitas al-Azhar.

Bukti kehadiran orang Jawi di sana adalah Riwaq al-Jawi atau asrama orang-orang Jawa. Ali Mubarak dalam Al-Khuthath al-Tawfiqiyyah al-Jaddidah li Mishr al-Qahirah menyatakan, kompleks bangunan itu terletak di antara Asrama Salmaniah dan Asrama Syawwam.

Jumlah penghuninya tidak terlalu banyak. Pada 1871, para pelajar asal Jawa sekitar enam orang. Pada 1875, mereka meninggalkan al-Azhar.

Menurut Martin Van Bruninessen (1992), orang Nusantara yang pertama kali belajar di al-Azhar adalah Abdul Manan Dipomenggolono. Ia merupakan pendiri Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur, dan juga kakek dari Syekh Mahfudz Tremas.

Dijelaskan dalam situs resmi Nahdlatul Ulama Online, KH Abdul Manan Dipomenggolo tinggal di al-Azhar, Mesir, sekitar tahun 1850 M. Ia berguru kepada Ibrahim al-Bajuri, pengarang kitab Umm al-Barahin.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

daging dan sosis babi

Babi Dinilai Bergizi, Tapi Tetap Haram: Mengapa Islam Melarang yang Tampak Baik?

Baru-baru ini, sebuah penelitian internasional yang dikutip oleh Food.detik.com, mengungkap daftar 100 makanan paling bergizi …

Prof Yudian Wahyudi

Gerakan Kebajikan Pancasila, Amal Jariyah untuk Persatuan Bangsa

Ambon — Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi menegaskan bahwa gerakan Relawan …