zuhud dalam puasa
sikap zuhud

Cara Covid-19 Menempa Umat Memilih Jalan Zuhud

Hikmah Covid-19 yang mewabah ini mengajarkan umat ini untuk meniti jalan zuhud. Seolah tiada lagi yang berharga untuk dikejar karena semuanya akan sirna.


Covid 19 melanda, rakyat seakan akan hidup dalam tenda. Ekonomi Negara nyaris porak poranda karena banyak aktifitas yang tertunda. Instrumen Negara dituntut rajin meronda. Cegah covid 19 agar tidak terus melanda.

Rakyat diperintah bekerja dan belajar dirumah saja. Gara-gara kita tidak tahu dimana virus itu berada. Berpekan-pekan umat disuguhi informasi yang kadang mengada-ada. Syahdan, rasa cemas tak bisa lagi ditunda. Hingga mencekam disegala garda.

Namun, haqqul yaqin semua ini terjadi tiadalah sia-sia. Selalu ada hikmah di balik peristiwa. QS:Ali Imran:191. Lalu apakah gerangan hikmah yang bisa kita petik dari mewabahnya covid 19 ini.

Membuka Jalan Zuhud

Sebelumnya, banyak orang mengorbankan kesehatan demi harta. Dan sekarang, banyak orang mengorbankan harta demi kesehatan. Kehadiran covid-19 yang terus menjepit ini, membeberkan satu fakta bahwa betapa tidak berharganya sebuah harta kekayaan bila dibandingkan dengan nyawa.

Laksana seorang guru, covid 19 hendak mengajari manusia tentang kematian. Saat ini, semua orang takut mati. Hingga upaya dilakukan tak henti-henti.

Padahal soal kematian, informasinya sudah dikabarkan alQur’an lebih seribu tahun yang silam. Setiap umat memiliki ajal. Bila tiba saatnya, ia tak bisa diundur pun dimajukan. QS: al-A’raf:34.  

Menurut sayyid Thanthawi, ajal adalah batas kehidupan manusia (Al-Tafsir al-wasith 1/1604). Kematian adalah keniscayaan, entah dengan cara bagaimana dan sebab apa matinya, tidak diketahui. Tapi manusia pasti mati.

Dibalik itu semua covid-19 mengajarkan diri kita dan umat secara umum untuk dibuka ke arah jalan zuhud. Apa itu zuhud?

Zuhud adalah semacam karakter dasar yang membedakan antara seorang mukmin yang pejuang  dengan mukmin yang pecundang. Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. Terutama saat terbentang lebar kesempatan untuk meraih dunia dengan segala macam perbendaharaannnya, entah kekuasaan, harta, kedudukan, dan segala fasilitas lainnya.

Karenanya,. Jika tidak memiliki keistimewaan dengan karakteristik ini, seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi dari manusia kebanyakan yang terkena fitnah dunia. Gampangnya, zuhud tidak menjadikan harta sebagai prioritas dalam hidup.

Karena itu, setiap mukmin harus menjadikan zuhud sebagai perhiasan jati dirinya. Rasulullah Saw bersabda,”Zuhudlah terhadap apa yang ada di dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah terhadap apa yang ada di sisi manusia, maka manusia pun akan mencintaimu” (HR Ibnu Majah, tabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

Meniti Jalan Zuduh di Tengah Covid-19

Makna dan hakikat zuhud banyak diungkap dalam Al-Qur’an maupun al-Hadits, sera maqalah (dawuh) para ulama. Misalnya surat Al-Hadid ayat 20-23 berikut ini. Dalam ayat itu Allah melukiskan dunia sebagai permainan yang berpotensi melalaikan. Dunia adalah kesenangan yang menipu. Tiada yang perlu dibanggakan ketika ajal merenggut dan azab akhirat menunggu.

Allah kemudian melukiskan suatu cara zuhud dalam menghadapi musibah : Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Abdullah Ibnu Alwi al-Haddad bahwa sepertiga al-Qur’an berbicara soal pentingnya zuhud. Tandanya orang zuhud menurut beliau adalah di saat tidak bangga terhadap apa yang ia miliki dan tidak merasa gelisah terhadap apa yang tidak ia miliki. (Tatsbit al-Fuad 1/268. Risalah al-Mu’awanah, 174.) Apa yang dikalamkan oleh Abdullah Ibn Alwi al-haddad itulah sesungguhnya makna dari zuhud.

Selepas corona sirna sebelum Ramadhan, semoga umat menjadi zahidin (orang orang yang zuhud). Tidak loba kepada harta, namun berjibaku dalam amal ibadah demi sebuah kasta tinggi di sisi Allah.

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …