Agama sebagai jalan keselamatan justru menjadi bencana ketika toleransi menjadi arogansi beragama
Agama lahir sebagai jalan kemashlahatan dan solusi problem kemanusiaan dalam segala bentuk dimensinya. Tetapi, kadang agama justru dijadikan alat kemudharatan dan menjadi problem tersendiri bagi umat manusia.
Berbagai konflik antara pemeluk agama seperti Hindu-Muslim di India, kekerasan atas nama agama seperti teror, dan pelarangan rumah ibadah merupakan contoh bagaimana agama sebagai jalan mashlahat, justru menjadi mudharat. Kenapa ini terjadi?
Toleransi yang diajarkan dalam setiap agama telah menjadi arogansi. Semua agama merasa ingin tampil benar, namun dengan cara menyalahkan agama lain. Umat beragama ingin beribadah, tetapi dengan cara menyempitkan ibadah orang lain.
Semua pemeluk agama memupuk arogansi keagamaan sambil membuang sikap toleransi. Terjadilah arogansi mayoritas terhadap minoritas sebagaimana terjadi di India. Tentu hal ini mesti menjadi pelajaran bagi kita semua. Bagaimana ketika toleransi menjadi arogansi justru agama menjadi sumber bencana.
Dalam Islam, toleransi bukan sekedar simbol tetapi bentuk doktrin dan praktek keagamaan. Ada beberapa prinsip yang bisa digali dari cara Islam memdudukkan toleransi.
Pertama, tidak ada paksaan dalam beragama. Dalam pandangan Islam, beragama itu merupakan hak asasi manusia. Oleh karena itu, bearagama sepenuhnya adalah hak prerogatif manusia untuk menentukan pilihan.
Islam semata memperkenalkan ajarannya. Ada truth claim (klaim kebenaran), itu pasti muncul asal tidak menimbulkan arogansi dengan menyalah-nyalahkan yang lain. Allah berfirman.:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. QS:al-Baqarah:256.
Abu bakar al-Jazairiy mengatakan bahwa, seseorang tidak boleh dipaksa untuk memeluk suatu agama apapun, termasuk Islam, menurutnya, biarkan saja seseorang itu memeluk agama sesuai dengan selera keinginan dan pilihannya. Toh pada akhirnya, keinginan dan pilihannya, akan bermuara pada agama dengan ajaran yang benar (Aysar al-Tafasir, 1/130)
Kedua, menaruh hormat terhadap praktik keagamaan diluar Islam. Firman Allah :
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Bagi kalian agama kalian, dan bagiku agamaku. QS: al-Kafirun:6
Menurut Ibn al-Qayyim al-Jauzi, ayat Ini menunjukkan yurisdiksi masing-masing ajaran agama. Siapapun tak berhak memandu keyakinan seseorang. Pilihan keyakinan seseorang harus dihormati dan dihargai sebagai bentuk hak asasi manusia (Tafsir Ibn al-Qayyim, 3/211).
Dalam firman yang lain :
أَنتُم بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِّمَّا تَعْمَلُونَ
Artinya: Kalian bebas (tidak memiliki hubungan) dengan apa yang aku lakukan, dan akupun bebas (tidak memiliki hubungan) dengan apa yang kalian lakukan. QS:Yunus:42
Menurut Ibnu Ajibah, segala aktifitas keagamaan tidak boleh mengganggu kedamaian umat beragama lainnya. Al-Bahr al-Madid, 10/41.
Ketiga, bersikap lembut terhadap yang berbeda. Berinteraksi dan bersosialisasi dalam perbedaan agama bukan halangan. Dalam Qur’an misalnya disebutkan : “Allah tidaklah melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi kalian karena agama dan tidak (pula) mengusir kalian dari negeri kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (al-Mumtahanah ayat 8).
Bersikap lembut bukan berarti membenarkan kebenaran agama lain. Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah kepada orang orang kafir, bahkan pendusta agama sekalipun.
عن أبي الدرداء , قال : ” إنا لنكشر في وجوه أقوام ونضحك إليهم وإن قلوبنا تلعنهم “
Dari Abu darda’ Nabi bersabda: “Sesungguhnya kami akan tersenyum dihadapan mereka, walau hati kami mengutuk mereka”. Kamus ma’ajim al-arab dan Tabaqat al-Muhadditsin Bi Ashbahan, NO. 1096
Sesungguhnya apa yang dilakukan Nabi ini hendak memperkenalkan kelembutan Islam kepada yang berbeda agama. Iman adalah berada dalam hati yang kokoh yang tidak akan goyah karena sikap lembut terhadap yang berbeda.
Inilah bentuk konsep toleransi Islam demi menciptakan kedamaian beragama dan merekatkan persaudaraan beragama. Agama janganlah dijadikan alasan untuk merusak ketentraman hidup orang lain. Karena agama, esensinya, mengusung ajaran kedamaian.