hanif
hanif

Al-Hanifiyah As-Samhah : Sikap Beragama yang Dicintai Allah

Akhir-akhir ini ramai di perbincangkan tentang betapa pentingnya toleransi dalam beragama. Dalam Islam sikap toleransi dalam beragama sudah diajarkan bahkan dipraktekkan langsung oleh Nabi Muhammad.

Prinsip dalam Islam bahwa tidak ada paksaan dalam agama. “Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan” (QS. Al Baqarah: 256). Dan dalam ayat lain Allah mengajarkan kepada Nabi Muhammad melalui wahyu : Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6).


Al-Quran diturunkan sebagai pedoman hidup umat muslim yang disampaikan kepada nabi Muhammad sebagai penyampai wahyu kepada umat manusia. Di dalam kitab suci al-Quran terdapat aturan tentang batasan-batasan dalam bertoleransi antar umat beragama bagi umat Islam.

Islam turun di tengah keragaman budaya dan agama yang telah ada sebelumnya. Dalam posisi ini, Islam sangat memahami bagaimana perbedaan itu harus dikelola. Islam menghormati orang yang beragama lain ataupun yang memiliki keyakinan lain.

Islam mewajibkan untuk saling menghormati sesama umat beragama, tapi tidak pada batas membenarkan agama lain. Ada batas menghormati dan membenarkan. Cukuplah bagi umat Islam memahami perbedaan dengan tidak memaksakan keyakinan, tetapi tidak membenarkan keyakinan.

Prinsip toleransi dalam Islam diawali dengan pengakuan bahwa perbedaan adalah sunnatullah yang tidak bisa dihindari. Dalam Qur’an Allah telah memberikan bagaimana menghadapi perbedaan :

Artinya: Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus: 40-41).

Persoalan hidayah adalah urusan Allah. Manusia tidak bisa memaksakan keyakinan seseorang untuk memeluk agama yang diyakini. Bukan tidak mungkin dengan kuasanya Allah menjadikan semuanya beriman, tetapi itulah cara Allah menguji manusia dalam berlomba untuk menemukan kebenaran tanpa memaksakan.

Lihat dalam surah lain Allah berfirman Artinya : Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (QS. Yunus (10) : 99).

Beberapa ayat di atas memberikan pedoman bagi umat Islam untuk selalu bertoleransi dan menghormati orang lain. Semua perbedaan adalah cara Tuhan dan kita harus menghormati yang berbeda bukan karena agamanya tetapi semata karena mereka adalah umat Allah atau ciptaan Allah yang wajib dikasihi dan dihormati.

Dalam beragama, kita tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada orang lain. Sikap serta pandangan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap pemeluk agama. Mereka yang beragama Islam beribadah ke masjid, mereka yang kristen ke gereja, dan demikian pula lainnya.

Betapa indahnya persatuan ketika yang berbeda bisa berjalan bersama dan saling menghargai. Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; suatu ketika Rasulullah saw dihadapkan dengan pertanyaan. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)”.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

shalat rebo wekasan

Tahu Shalat Witir Saat Ramadan Saja? Kenali Hukum, Cara, dan Keuatamaan Witir

Memang banyak orang yang hanya mengerjakan Shalat Witir saat bulan Ramadan saja, tepatnya setelah shalat …

Menko Polhukam Hadi Tjahjanto Safari Ramadan di Bantul

Tokoh Agama Harus Berperan Atasi Tantangan di Era Digitalisasi

Yogyakarta – Para tokoh agama harus berperan dalam mengatasi tantangan di era digitalisasi. Pasalnya, era …