rasulullah
wasiat rasulullah

Apakah Rasulullah Saw Pernah Berbuat Salah ?

Ulama’ Salaf dan Khalaf sepakat bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok manusia yang ma’shum (terjaga), baik dari tingkah laku, perkataan bahkan Nabi saw juga ma’shum dari sifat gila atau tidak berakal. Ma’shum yang dimaksud di sini sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuzzat dalam Imdadul Fattah mengatakan:

فَالْعِصْمَةُ هِيَ حِفْظُ اللهِ تَعَالَى لِأَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ الْكِرَامِ عَلَيْهِمِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ مِنَ الْخَطَاءِ وَالزَّلَلِ فِيْمَا يُبَلِّغُوْنَهُ عَنِ اللهِ تَعَالَى مِنَ الشَّرِيْعَةِ وَالْأَحْكَامِ وَحِفْظُ ذَوَاتِهِمْ وَأَشْخَاصِهِمْ مِنْ أَنْ يَمِيْلُوْا إِلْى الْمُخَالِفَةِ وَالْمَعْصِيَّةِ

Artinya: “Yang dimaksud ma’shum adalah penjagaan Allah swt terhadap para Nabi dan Rasul_Nya yang mulya dari perbuatan salah dan dosa dari penyampaian yang datang dari Allah ta’ala berupa syariat-syariat Islam dan hukum-hukumnya, serta menjaga kepribadian mereka dari condong kepada menentang dan berbuat maksiat”

Dari hal ini, kesalahan-kesalahan yang bersifat manusiawi yang tidak melanggar aturan syariat Islam dan tidak menurunkan martabat kenabian sangat mungkin terjadi terhadap Nabi dan Rasul_Nya. Begitu juga kepada Nabi Muhammad saw.

Amr bin Maimum al Awdy ra menceritakan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad saw dua hal yang tidak diperintahkan oleh Allah swt. Dua hal tersebut dilakukan semata-mata ijtihad dari Nabi saw, yaitu memberi izin kepada orang munafik untuk ikut berperang, dan menjadikan mereka sebagai pasukan. Dari hal tersebut, lalu Allah swt menurunkan ayat:

عَفَا اللَّهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِينَ

Artinya: “Semoga Allah mema’afkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka, sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar  dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?” (QS. At Taubah: 43)

Menurut para ulama’ tafsir, ayat ini diturunkan karena menegur Nabi Muhammad saw melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh Allah swt.

Ayat lain yang juga menegur karena kesalahan sikap Nabi Muhammad saw yaitu surat Abasa. Menurut para ulama’, ayat ini berisi teguran harus Allah swt terhadap Nabi saw yang mencuekin Ibn Maktum karena sibuk melayani pemuka-pemuka kaum Quraisy. Dalam kisah tersebut, setelah ayat ini turun, Nabi saw berdo’a dan mendekati Ibn Maktum lalu berkata:

أَنْتَ اَلَّذِيْ عَاتَبَنِيْ فِيْكَ رَبِّيْ

Artinya: “Engkau yang menyebabkan Tuhanku menegurku”

Apakah ini berarti Nabi Muhammad saw tidak ma’shum ?

Justru dengan ditegurnya Nabi saw oleh Allah swt ini adalah bentuk kema’shumannya, bentuk penjagaan Allah swt agar Nabi saw tidak tergelincir kepada kesalahan fatal. Dr. Muhammad Khalil Jijak berkata: “Ketika para Nabi terjaga dari buruknya kesalahan dan maksiyat, maka harus ada teguran kepada para Nabi ketika terdapat kesalahan sedikit”

Ini artinya, bahwa kema’shuman Nabi saw tidak dipahami bahwa Nabi saw mutlak tidak pernah salah sama sekali, baik kecil atau pun besar. Tetapi Nabi saw tetap berpotensi ada kesalahan melakukan suatu perbuatan yang kecil dan bersifat ijtihady. Dan kesalahan ini tidak kemudian menghilangkan kemakshumannya. Justru membuktikan bahwa Nabi betul-betul dijaga oleh Allah swt.

Apakah setelah Nabi saw ada seseorang yang ditegur langsung oleh Allah swt ?

Tentu tidak ada, karena setelah Nabi saw wafat, tidak ada seseorang yang makshum.

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About M. Jamil Chansas

Dosen Qawaidul Fiqh di Ma'had Aly Nurul Qarnain Jember dan Aggota Aswaja Center Jember

Check Also

al quran hadits

Bolehkah Menerima Hadits dari Perawi Syiah ?

Di dalam menilai kredibilitas suatu hadits, maka dapat dilihat dari dua aspek; Pertama, dari aspek …

musyrik

Orang Musyrik Najis, Apa Maksudnya ?

Najis di dalam ilmu Fiqh diistilahkan untuk benda yang tidak boleh dikonsumsi, selain dalam kondisi …