doa berbuka puasa 1
doa berbuka puasa 1

Banyak yang Keliru, Ini Waktu yang Tepat untuk Berdoa Buka Puasa

Ibadah puasa ramadhan merupakan salah satu poin dari rukun Islam. Mengingat posisinya yang begitu penting, membuat kita dituntut mengamalkannya dengan cara yang baik dan benar dalam setiap tahapan prosesnya. Hal ini dilakukan agar apa yang kita upayakan itu benar-benar diterima oleh Allah SWT.

Berbicara mengenai ibadah puasa, pasti semua orang sepakat bahwa momen yang paling ditunggu ketika berpuasa adalah saat berbuka puasa. Berbuka puasa boleh dilakukan ketika matahari sudah tenggelam atau pas masuk waktu maghrib. Biasanya berbuka ditandai dengan langsung suara adzan, membunyikan sirine ataupun menabuh bedug. Tergantung kebiasaan penduduk di masing-masing daerah.

Ketika sudah masuk waktu berbuka, hampir semua orang yang berpuasa sudah berada di depan takjilnya masing-masing untuk menyegerakan berbuka. Baik bersama-sama maupun sendirian, semuanya bersemangat untuk menuntaskan puasanya. Namun perlu diperhatikan setelah masuk waktu berbuka dan ini juga banyak umat Islam yang keliru adalah soal penempatan doa berbuka puasa.

Banyak di kalangan umat Islam membaca atau berdoa buka puasa sebelum menyantap takjilnya dengan kalimat,

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ 

Dilihat kalimat atau redaksinya tak ada soal. Memang doa berbuka puasa memiliki banyak versi dan kesemuanya diperbolehkan untuk dilafalkan. Namun yang menjadi perhatian disini adalah waktu pelafalannya. Menurut kitab Fathul Mu’in yang dipertegas dalam I’anah Thalibin, waktu yang tepat berdoa untuk buka puasa adalah setelah menikmati takjil atau setelah berbuka. Bukan sebelumnya.

ويسن أن يقول عقب الفطر: اللهم لك صمت ، وعلى رزقك أفطرت ويزيد – من أفطر بالماء -: ذهب الظمأ، وابتلت العروق، وثبت الاجر إن شاء الله تعالى 

وقوله: (عقب الفطر أي عقب ما يحصل به الفطر، لا قبله، ولا عنده )

Dan disunnahkan setelah berbuka puasa untuk berdoa; ‘allahumma laka shumtu, wa’ala rizqika afthartu’ (ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa, dan atas rizki-Mu aku berbuka). Dan bagi yang berbuka puasa dengan air, menambahkan kalimat; ‘dzahaba adz-dzamau, wabtallat al-‘uruqu, wa sabata al-ajru, insya Allah ta’ala’ (telah hilang dahaga, dan basah kerongkongan, juga tetaplah pahala, insyaallah ta’ala). 

(Keterangan dari perkataan pengarang; setelah berbuka): maksudnya ialah dibaca setelah tercapainya maksud dari berbuka puasa. Tidak dibaca sebelum berbuka, pun tidak saat sedang berbuka.” (Syaikh Abu Bakar Usman ad-Dimyati, I’anah Thalibin, [Beirut, Darul Fikr, 1997 M.], Vol. II, hal 279 M.) 

Bila kita teliti membaca redaksi hadist-hadist terkait doa berbuka puasa, kita akan menemukan diksi seperti hadist Imam Thabrani sebagai berikut, 

عن أنس ، قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر ، قال بسم الله اللهم لك صمت ، وعلى رزقك أفطرت  

Terlihat dalam pemilihan kalimatnya, hadist di atas menggunakan shigat, atau bentuk kalimat fi’il madzi, atau kata kerja sudah lampu (إذا أفطر) yang terkesan mempunyai maksud waktu yang sudah lewat: telah dilakukan. Itu berarti, makna hadist tersebut bila dipahami sesuai aturan gramatikal Arab kurang lebih adalah, “Rasulullah shallahu’alaihiwasallam ketika telah selesai berbuka puasa, beliau berdoa…”        

Otomatis, itu akan memberikan pemahaman, bahwa doa itu, betapapun dengan berbagai macam versinya, sebenarnya sunnah dibaca setelah selesai berbuka. Lalu bagaimana bila menemukan orang lain yang membacanya sebelum berbuka? Sebenarnya kita tidak harus menyoalkan panjang lebar. Sebab doa itu hukumnya hanya sunnah, kedudukannya bukan wajib untuk dilafalkan.

Tak pula seperti hukumnya membaca al-Fatihah dalam shalat yang mempunyai tatacara yang wajib ditaati. Seperti  al-Fatihah dibaca ketika sedang dalam keadaan berdiri dan seterusnya. Adapun doa berbuka puasa dengan ragam versinya itu semuanya mengandung arti yang baik. Namun tentunya, jika sudah tahu tata caranya yang benar, bila kita ingin mengikuti sunnah nabi SAW, maka doa buka puasa kita lakukan setelah berbuka.

Jika kita akan menempatkan doa buka puasa setelah berbuka, maka sebelum berbuka kita gunakan doa sebelum makan seperti biasa yang tentu harus di awali dengan basmalah. Sebagaimana Syekh Said bin Muhammad Ba’ali dalam kitab Busyra al-Karim menerangkan:

 ويسنّ أن يقول عنده أي عند إرادته والأولى بعده: اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت

“Disunnahkan bagi orang ketika hendak berbuka—tapi yang lebih utama setelah berbuka—membaca doa  “Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika aftharthu,” (Busyra al-Karim, hal. 598).

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …