pembunuh khalifah
pemuda radikal

Belajar dari Kisah Tiga Khulafaur Rasyidin Dibunuh Kelompok Radikal

Fakta sejarah kelam radikalisme dan terorisme sebagai momok yang sangat menakutkan tidak dapat disangkal. Sejak masa Nabi, khulafaur rasyidin, dan selalu terulang lagi di setiap masa. Mata rantai regenerasi kaum teroris seakan tak pernah pupus dari masa ke masa. Ironis memang. Islam yang hadir untuk keselamatan semesta, sebagai agama yang memberikan rahmatnya untuk semua manusia, tercoreng oleh ulah terorisme.

Pada masa khulafaur rasyidin, tiga khalifah pengganti Nabi mati dibunuh oleh radikal teroris. Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Sayyidina Ali gugur bersimbah darah akibat luka tikaman senjata teroris. Hanya Abu Bakar yang luput dari kekejaman kelompok radikal.

Umar bin Khattab meninggal ditikam dari belakang saat menjadi imam shalat subuh oleh Abu Lu’lu’ah Fairus,  lelaki berkebangsaan Persia, budak al Mughirah bin Syu’bah, yang dikira akan shalat subuh berjamaah menempati shaf pertama persis di belakang Umar. Baru beberapa saat shalat subuh dimulai, ia langsung bergerak cepat menikam Khalifah Umar. Khalifah kedua pun roboh bersimbah darah dari luka tikaman Abu Lu’lu’ah.

Kelompok kaum radikal juga melakukan aksi terorisme terhadap khalifah ketiga, Usman bin Affan. Kali ini mereka melakukan penentang terhadap pemerintah secara terang-terangan dan terbuka. Mereka memberontak. Puncaknya, rumah Khalifah Usman bin Affan dikepung selama 40 hari. Setelah berhasil menerobos masuk rumah khalifah, mereka menikam menantu Nabi sekaligus sahabat senior yang saat itu sedang mengaji al Qur’an. Alhasil, Khalifah gugur akibat luka tikaman pemberontak dan ada darah yang menyembur mengenai mushaf yang sedang dibaca khalifah.

Nasib sama dialami oleh Sayyidina Ali, sepupu sekaligus menantu Nabi. Beliau mati ditikam oleh seorang muslim radikal, Abdurrahman ibnu Muljam. Padahal Abdurrahman Ibnu Muljam adalah seorang hafidz (penghafal al Qur’an) dan dikenak sebagai seorang yang memiliki ketaatan tinggi. Bahkan, pada masa Khalifah Umar bin Khattab ia pernah di utus ke Mesir sebagai tenaga pengajar al Qur’an.

Kisah pilu gugurnya tiga khulafaur rasyidin oleh kelompok radikal melalui aksi teror ini menyadarkan kita semua, berapa kekejaman dan pembunuhan berkedok agama Islam tidak memilih korban. Siapapun, akan dihabisi bila dianggap menghalangi tujuan mereka, termasuk seorang pemimpin sekalipun.

Kasus terorisme serupa tidak mustahil terjadi di Indonesia. Kaum radikal dengan isu agama yang dimainkan memiliki energi kuat untuk menghancurkan apabila diberi sedikit saja ruang kebebasan. Agama bisa menarik massa besar. Potensi pemberontakan berskala besar mungkin saja menimpa bangsa ini. Sebab, terbukti banyak orang-orang yang dangkal pengetahuan agamanya telah dikibuli dan menjadi tumbal.

Keragaman di Indonesia; agama, etnis dan budaya, menjadi lahan subur kaum radikal mencari dukungan. Pertama, mereka menjalankan doktrin kebenaran hanya versi mereka. Setelah itu, mulailah tumbuh fanatisme. Lalu, doktrin jihad bahwa yang tidak sehaluan adalah murtad, fasik dan kafir. Karenanya harus dibunuh. Teroris akan tumbuh subur. Dan, menjadi ancaman bagi keutuhan negara republik Indonesia.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …