ruh di malam jumat
ruh di malam jumat

Benarkah Ruh Orang Meninggal Menyambangi Rumahnya Setiap Malam Jum’at?

Semua yang tidak kasat mata disebut ghaib. Dan, salah satu rukun iman adalah percaya adanya hal ghaib tersebut. Malaikat dan jin misalnya. Meyakini adanya yang ghaib tentu bukan hal mudah. Seperti sulitnya penganut atheis untuk meyakini adanya Allah.

Demikian halnya meyakini hadis Nabi yang bercerita tentang sesuatu yang ghaib. Bagi mereka yang mendewakan akal sulit untuk mempercayainya, apalagi tingkat pengetahuan agamanya tidak utuh. Salah satu hadis Nabi yang bercerita soal yang ghaib adalah pulangnya ruh orang yang telah meninggal dunia ke rumahnya pada malam Jum’at.

Hadis Nabi tentang hal ini dimuat dalam kitab Hadiyatu al Ahya ila al Amwat wa ma Yashilu ilaihim yang ditulis oleh Abul Husain Ali bin Ahmad Al Hakkari ulama ahli hadis dan tasawwuf. Dalam hadis yang cukup panjang ini Rasulullah memerintahkan supaya memberi hadiah kepada keluarga yang telah meninggal berupa sedekah dan doa.

Dan di antara petikan dialog Nabi dengan para sahabat adalah “Sesungguhnya ruh orang-orang mukmin datang ke langit dunia setiap malam Jum’at”. Mereka datang sambil meratap meminta belas kasih kepada anak-anaknya dan seluruh kerabat-kerabat.

Mereka memanggil-manggil sanak kadang yang masih hidup. Terus memanggil dengan ratap sedih dan pilu, sampai seribu kali. Sebagaimana sabda Nabi, “Masing-masing dari mereka (ruh-ruh) memanggil sebanyak seribu kali: “Belas kasihanilah kami dengan satu dirham atau sepotong roti atau bahkan setengahnya”. Setelah mengucapkan ini, Rasulullah menangis, juga para sahabat yang ada saat itu.

Ini menandakan bahwa sedekah dan doa yang dihadiahkan untuk orang yang telah meninggal dunia pahalanya sampai kepada mereka.

Tidak mudah memang percaya terhadap hal ghaib seperti ini walaupun ada hadis lain yang menguatkan. Seperti hadis yang menyatakan diantara amal yang tidak putus meski telah meninggal dunia adalah doa anak sholih.

Andaikan kita ragu akan hal ini, apa yang dikatakan para ulama dari golongan ahlussunah wal jama’ah harusnya membuat kita sadar. Mereka menguatkan hadis ini dengan menulisnya dalam karya-karyanya yang sampai saat ini menjadi bahan bacaan, terutama di Indonesia.

Lihat misalnya dalam kitab I’anatu al Thalibin Hasyiyah Fathu al Mu’in yang ditulis oleh Syekh Abu Bakar bin Syatha al Dimyathi atau bisa dibaca dalam kitab Hasyiyah al Bujairimi ‘ala al Khatib yang ditulis oleh Syekh Al Bujairimi. Kalau masih belum cukup bisa membacanya dalam kitab Fatawa al Ramli yang ditulis oleh Imam Ramli.

Rata-rata ulama salaf menegaskan bahwa ruh orang yang meninggal dunia memang pulang ke rumahnya dan rumah sanak kadangnya. Pahala satu dirham dan sekerat roti yang dihadiahkan kepada mereka merupakan sesuatu yang sangat berarti.

Andaipun kita berkilah bahwa hadisnya dhaif dan sebagainya, tapi coba bandingkan amaliah rutin yang dilakukan oleh tetua umat Islam dulu yang rutin bersedekah di malam Jum’at disertai bacaan surat Yasin, bandingkan dengan kaum muda sekarang yang habis maghrib langsung bermain dengan handphone. Lebih baik mana?

Juga, bukankah tidak ada larangan mengamalkan hadis dhaif sekalipun?. Untuk itu, alangkah eloknya sebagai generasi muslim menterjemah dalam kehidupan nyata hadis Nabi yang menyatakan ruh orang yang meninggal dunia pulang mengunjungi kerabatnya pada malam Jum’at.

Alangkah bahagianya mereka yang telah meninggal mendapati kerabatnya bersedekah dan berdoa untuk mereka. Disamping pahalanya memberi manfaat kepada yang meninggal, lantunan ayat Al Qur’an di rumah-rumah menjadi pemandangan yang indah.

‘Ala kulli hal, Syeikh Al Bujairimi, Imam Ramli dan Abu Bakar bin Satha Al Dimyathi bukanlah orang-orang sembarang.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …