“Jika seseorang menghina dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia menanggungnya” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
Bukanlah sikap terhormat bila membalas kejelekan dengan kejelekan yang sama. Karena akan membuat jarak semakin jauh. Hanya menyisakan sikap permusuhan yang tak berujung. Dalam Islam, perdamaian suatu keharusan dan sunnah untuk selalu memaafkan.
Rasulullah sebagai pembawa misi agama ini selalu menampilkan Islam sebagai agama yang hanif; memaafkan dan penuh toleransi. Maaf adalah cara yang paling mengesankan dengan menghapus keburukan dengan kebaikan.
Tidak perlu membalas keburukan dengan keburukan yang baru. Allah memuji mereka yang pemaaf, yaitu orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan kesalahan orang lain.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Sebagaimana dalam firmanNya: Atinya: “yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(Ali Imran; 134) “Dan pema’afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (al Baqarah; 237)
Anjuran untuk memaafkan di sini hanya semata menjaga hubungan baik, dengan mereka yang seagama maupun agama lain dengan tetap memperhatikan unsur maqasidus syari’ah. Selama masih dalam batas hubungan kemanusiaan, memaafkan lebih utama.
Memaafkan tidak hanya menghapus keburukan, tetapi juga merubah permusuhan menjadi persahabatan. Persahabatan akan mengokohkan perdamaian. Ingatlah firman Allah: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (al Fusshilat; 34).
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah