cara dakwah
cara dakwah

Memahami Cara Dakwah yang Benar Menurut Qur’an

Memahami cara dakwah yang baik itu sangat penting sebelum terjun langsung ke medan dakwah.


Dakwah atau menyeru supaya seseorang memeluk Islam adalah perintah. Kebenaran, sekecil apapun, harus disampaikan. Kebenaran Islam mesti harus selalu disampaikan. Para ulama sepakat tentang hal ini. 

Namun, ada hal penting selain pentingnya dakwah, yakni cara dakwah. Dakwah tidak boleh berbenturan dengan hak pilih seseorang untuk memeluk agama. Tuhan tidak memaksa seseorang untuk memeluk Islam karena yang benar dan yang salah telah teramat jelas.

Allah juga mempersilahkan untuk memilih agama sekehendaknya. Tapi perlu diingat pertanggungjawaban ada di pundak masing-masing. Allah telah memberikan bukti kebenaran Islam baik melalui kitab dan akal. Manusia yang akan menentukan untuk memilih kebenaran atau berpaling diri dari kebenaran itu.

Karena prinsip kebebasan dalam beragama inilah sesungguhnya dakwah yang memiliki misi penting untuk mengajak harus pula mengindahkan prinsip kebebasan. Lalu, bagaimana cara dakwah yang benar sesuai perintah Allah?.

Untuk menjawabnya tentu harus bertanya langsung kepadaNya dengan cara membaca dan memahami dengan sesungguhnya perintah dakwah tersebut. Yakni, melalui media wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad yang kemudian diterjemah dengan perkataan, perbuatan dan pengakuan beliau.

Salah satu perintah Allah tentang dawah adalah:

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. al Nahl: 125).

Cara Dakwah Menurut Qur’an

Banyak yang salah kaprah memahami ayat di atas. Salah apabila menyendirikannya tanpa dihubungkan dengan ayat yang lain. Karena firman Allah dalam al Qur’an bertemali erat satu dengan yang satunya. Oleh karena itu, sebagai langkah awalnya adalah menafsiri ayat tersebut dengan merujuk pada kitab-kitab tafsir karya ulama yang tingkat kebenarannya tidak diragukan.

Salah satu kitab tafsir yang bisa kita rujuk adalah tafsir al Baghawi. Ketika menafsiri ayat yang biasa dipakai sebagai dalil untuk berdakwah di atas, al Baghawi menyatakan bahwa yang dimaksud hikmah pada firman Allah “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah” memiliki arti al Qur’an.

Dengan demikian dalam berdakwah harus mengikuti etika yang ada dalam al Qur’an. Sedangkan “mauidhah hasanah” berarti pelajaran-pelajarn yang terdapat dalam al Qur’an. Dan ada juga yang mengartikannya dengan doa dan perkataan yang lemah lembut tanpa tekanan. (Tafsir al Baghawi, V: 52).

Masih dalam kitab tafsir yang sama, yang dimaksud “dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”, perdebatan dengan metode diskusi yang tidak menyakiti dan tidak hanya terbatas pada penyampaian risalah dan doa untuk kebaikan.

Ayat ini turun saat terjadi genjatan senjata antar orang Islam dengan kaum musyrik. Pada saat jeda perang tersebut, umat Islam memiliki banyak waktu untuk menyampaikan risalah Islam. Pada saat seperti itu, Allah memberi perintah kepada Rasulullah supaya dalam penyampaian dakwahnya dilakukan dengan halus dan lemah lembut.

Hal yang sama bisa kita temukan dalam tafsir Ibnu Mas’ud. Ayat di atas adalah perintah kepada Nabi untuk menyampaikan agama Islam kepada semua manusia dengan perkataan yang benar dan dalil yang kuat yang bisa membedakan mana yang benar dan yang salah. Dengan kata lain dalam penyampaian dakwah harus disertai pengetahuan yang sempurna terhadap agama Islam. Di samping itu juga, dakwah harus ditampilkan dengan memberikan pelajaran yang bermanfaat dan bertukar pikiran melalui diskusi yang disampaikan dengan lemah lembut. (Tafsir Ibnu Mas’ud, IV: 165).

Cara Dakwah Terbaik adalah Akhlak Mulia

Inilah cara berdakwah yang diajarkan oleh Allah dalam al Qur’an. Mengajak manusia ke dalam agama Islam, supaya mereka berjalan di atas jalan yang lurus, dengan cara yang lemah lembut dan penuh kesabaran. Muslim yang penuh senyum dan ramah akan lebih menarik simpati non muslim dari pada muslim yang sangar dan arogan. Cara dakwah menurut Qur’an berarti dakwah dengan akhlak mulia.

Bila mereka telah bersimpati tentu dengan sendirinya akan senang atau bahkan akan memeluk Islam dengan kesadarannya. Cukuplah sebagai teladan terbaik bagi kita di saat Nabi memaafkan seorang Yahudi yang selalu meludahi beliau ketika melintasi rumahnya. Saat si Yahudi sakit, Rasulullah yang pertama menjenguknya dengan sedikit tentengan oleh-oleh dan senyum tanda memaafkan.

Dahsyat, sikap Nabi yang demikian menjadi sebab orang Yahudi tersebut masuk Islam. Suka rela, tanpa diajak.  Itulah cara dakwah Nabi. Dakwah dengan akhlak yang mulia. Ini bukti pula bahwa akhlak mulia dan sikap lemah lembut lebih baik seribu kali dari ucapan dan tindakan yang kasar.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …