perangedited
perangedited

Cerita Kegigihan dan Persaudaraan Sejati Di Balik Perang Yarmuk

Perang Melawan Raksasa Romawi

Pada masa khalifah Abu Bakar, perang besar yang dahsyat terjadi di utara sungai Yordan, berdekatan dengan dataran tinggi Golan, lembah Yarmuk. Peristiwa sangat bersejarah yang kemudian terkenal dengan ‘Perang Yarmuk’. Perang hebat dan mencengangkan mata dunia ini terjadi pada tahun ke-13 H atau 634 M dengan kekuatan pasukan yang sangat tidak berimbang karena pasukan Islam dalam hitungan jumlah kalah jauh dengan pasukan musuh.

Perang Yarmuk berkecamuk sangat hebat. Walaupun kalah jumlah, namun dengan semangat jihad yang sulit dicari tandingannya, pasukan muslimin berlaga dengan gagah berani. Tak kenal takut, pantang surut. Bagi pasukan Islam, hanya ada dua pilihan, menang atau mati syahid.

Perang berkecamuk hebat selama enam hari, anak panah lepas dari busurnya mencari korban, pedang beradu, lembing berdesingan mengoyak tubuh yang menjadi sasarannya, kuda-kuda meringkik bersama hiruk pikuk suara prajurit dari dua kubu yang sedang menyabung nyawa. Satu-persatu korban roboh bersimbah darah.

Pasukan muslimin bertarung bagai banteng yang terluka, tak kenal lelah tanpa takut ajal. Akan tetapi, bagi pasukan Islam, peperangan kali ini berbeda dari perang-perang sebelumnya. Perang melawan pasukan Romawi yang jumlahnya lebih banyak dengan persenjataan lebih lengkap dan terlatih, terasa sangat berat hingga hampir saja pasukan di bawah pimpinan Kholid bin Walid si ‘pedang Allah’  hampir menuai kekalahan.

Semangat Ikrimah Putra Abu Jahal

Pasukan Islam terdesak dan terancam musnah total. Pada saat yang gawat tersebut, seorang sahabat Nabi turun dari kudanya, mematahkan sarung pedangnya, lalu maju ke barisan paling depan. Dengan suara lantang menyemangati rekan-rekannya berseru sembari menerobos pasukan Romawi.

Dialah Ikrimah bin Abu Jahal. Berbeda dengan ayahnya yang sangat memusuhi Islam, sejak beriman dan memeluk Islam, Ikrimah tak pernah absen saat ada panggilan jihad. Ia selalu berada di barisan terdepan peperangan dan menjadi salah satu prajurit andalan dan kebanggan umat Islam.

Dengan semangat juang luar biasa, Ikrimah menerobos barisan pasukan Romawi yang memiliki peralatan perang tercanggih kala itu. Ia sadar bahwa resiko terbesar yang akan dialaminya adalah gugur di medan laga. Namun ia tak lagi peduli demi untuk menaikkan moral bertarung pasukan Islam.

Khalid bin Walid yang melihatnya sempat melarangnya, “Jangan kau lakukan, Wahai Ikrimah! Jika kau terbunuh, keadaan akan semakin gawat!” Seru Khalid bin Walid. Namun Ikrimah tetap maju tanpa gentar.

Ia berkata kepada Khalid “Menjauhlah dariku, engkau telah lebih dahulu bersama Rasulullah. Sedangkan aku dan ayahku dahulu adalah orang yang paling keras permusuhannya kepada beliau.  Pergilah, tinggalkan aku. Biarkan aku menebus segala kesalahanku dulu. Tidak pantas bagiku untuk lari dari Romawi. Itu tidak mungkin selama-lamanya!” ujar Ikrimah.

Sikap ksatria dan keberanian Ikrimah ternyata membuat semangat pasukan Islam menggelora, yang tadinya hendak mundur tiba-tiba kembali bergairah untuk meraih kemenangan atau gugur dengan predikat mujahid. Saat itulah, Ikrimah berkata, “Siapa yang bersedia berbaiat untuk mati?!” serunya.

Tanpa pikir panjang, Harits bin Hisyam bergabung dengan Ikrimah diikuti pasukan Islam yang lain.  Sebanyak empat ratus pasukan menghunuskan pedang dan menembus pasukan Romawi yang tangguh. Satu per satu muslimin pun turut serta. Hasilnya, pasukan Islam meraih kemenangan.

Romawi berhasil dipukul mundur hingga akhirnya menyerah. Pihak kaum muslimin sangat bergembira dan bersyukur kepada Allah atas kemenangan ini.

Teladan Persaudaraan Sejati Tiga Sahabat

Akibat dari perang Yarmuk sangat menyedihkan. Korban perang bergelimpangan di sembarang tempat, sangat banyak. Di pihak pasukan Islam, sesaat setelah perang usai, ada pemandangan yang sangat miris dan memilukan terjadi. Tiga orang sahabat terbujur lemah, badannya penuh luka dan darah.

Tiga orang pasukan pemberani yang mampu memicu semangat pasukan Islam saat genting dan terdesak, ketiganya tidak lain Ikrimah bin Abu Jahl, Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Ada pendapat yang menyebutkan bukan Ayyasy, tetapi Suhail bin Amr. Mereka dengan gagah berani maju melawan pasukan Romawi  sehingga pasukan Islam meraih kemenangan gemilang walaupun akhirnya mereka bertiga menderita banyak luka di tubuhnya.

Ikrimah terbujur kaku, tubuhnya yang dipenuhi luka mengeluarkan darah tak mampu bergerak akibat sakit yang menderanya sangat tak tertahankan. Dalam kondisi sangat kritis, ia merasakan kehausan yang sangat dan dengan sisa suaranya meminta seteguk air.

Salah seorang prajurit Islam yang sedang memeriksa korban di pihak muslim membawakan untuknya air minum. Begitu Ikrimah hendak mengambil dan meminum air tersebut, ia melihat Harits bin Hisyam yang keadaannya sama dengannya,tergolek lemah tak berdaya. Ia pun berkata kepada sahabat yang membawa air tersebut, “Berikan air ini pada Harits saja, ia lebih membutuhkan dari pada saya.”

Tanpa menunggu lama, dibawalah air itu pada Harits. Namun Harits tak jadi meminum air tersebut karena melihat Ayyasy yang kondisinya juga sangat lemah serta kehausan menoleh padanya. Harits pun meminta agar Ayyasy lebih dahulu meneguk air segar itu. “Berikan air itu untuknya saja,” katanya.

Sahabat yang membawa air itu pun segera berlari ke tempat Ayyasy. Akan tetapi, sebelum sempat meneguknya, Ayyasy sudah meninggal. Menyaksikan Ayyasy telah pergi untuk selamanya, sahabat pembawa air minum itu pun kembali menuju Ikrimah dan Harits agar keduanya dapat meminum air. Begitu ia sampai, semuanya sudah terlambat, keduanya pun sudah pergi menghadap Allah, gugur sebagai syahid.

Peristiwa ini menunjukkan akhlak mulia para sahabat Nabi. Betapa mulianya akhlak mereka. Dalam kondisi seperti itu, saat saat ajal akan menjemput, mereka masih peduli bahkan lebih mengutamakan saudara seagama dan seiman daripada diri sendiri.

Sikap ukhuwah Islamiyah yang begitu sempurna ada pada mereka. Sikap yang semestinya menjadi teladan bagi umat Islam. Sehingga jauh dari saling maki, saling menyalahkan, apalagi sampai mengkafirkan.  

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ketum pemuda muhammadiyah dzul fikar ahmad tawalla 169

Usai Putusan MK, Pemuda Muhammadiyah Serukan Persatuan Dan Hidup Rukun-Damai

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) telah memutuskan sengketa Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) 2024 pada Senin, …

Alissa Wahid ok

Semangat Emansipasi Kartini Bisa Pengaruhi Penafsiran Agama Modern Terhadap Posisi Perempuan

Jakarta – Kesetaraan gender dan penolakan terhadap diskriminasi perempuan merupakan nilai-nilai yang terus diperjuangkan dalam …