akhlak
akhlak

Ciri Gagal Beragama : Mementingkan Iman dan Syariat, Mengabaikan Akhlak

Di negeri yang seratus persen menjalankan agama secara kontinu, namun ironis, Tindakan korupsi makin menjadi jadi. Bahkan ada koruptor yang ditangkap sepulang dari menunaikan ibadah haji atau umrah. Alih alih, Kementerian Agama menjadi buah bibir karena soal korupsi.

Lucunya Negeri itu ! sebab utamanya ialah karena mereka hanya terkesan beragama namun gagal beragama. Gagal beragama dikarenakan tidak mendapatkan pendidikan agama secara kaffah atau menyeluruh.

Lalu bagaimana model Pendidikan agama yang kaffah itu? Pendidikan agama yang menyeluruh adalah sebagaimana perbincangan malaikat Jibril dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di hadapan para Sahabat yakni meliputi aqidah (Iman) , ibadah (Islam/syariat) dan akhlaq (Ihsan/tasawuf).

Tiga serangkai beragama secara kaffah ini sebagaimana telah diriwayatkan dalam hadist yang sangat populer yang diriwayatkan dalam HR: Muslim:11 ketika Nabi ditanya oleh malaikat tentang iman, islam dan ihsan.

Pada umumnya kaum muslim hanya mendapatkan pengetahuan tentang aqidah (Iman) dan ibadah (Islam/syariat) saja. Tapi lumrahnya, mereka mengenyampingkan pengetahuan tentang akhlak (Ihsan/tasawuf).

Inti Beragama adalah Akhlak

Tujuan beragama adalah untuk menjadi muslim yang berakhlakul karimah, muslim yang baik, sholihin, muslim yang ihsan , muslim yang bermakrifat yakni muslim yang menyaksikan Allah dengan hati

Sabda Rasul :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ.

Dari Abu Hurairah berkata: RAsulullah bersabda: “sesungguhnya Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang yang baik”. HR: Ahmad: 8939

Didukung penuh dengan Firman Allah,

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)

Dalam pandangan al-Mahalli dan al-Sutyuthi, akhlak yang dimaksud adalah agama. Artinya antara agama dan akhlak merupakan senyawa yang tak bisa diletakkan pada ruang yang berbeda. Tafsir al-Jalalaini, 11/274

Akhlak yang buruk adalah mereka yang tidak takut kepada Allah atau mereka yang berpaling dari Allah karena mereka memperturutkan hawa nafsu belaka.

Akhlak yang baik adalah mereka yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah atau mereka yang selalu memandang Allah ketika bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya, menghindari perbuatan maksiat, menghindari perbuatan keji dan mungkar hingga terbentuklah muslim yang berakhlakul karimah.

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …