Beberapa minggu yang lalu, dunia pendidikan Indonesia sempat ramai dengan isi pesan lewat media sosial Whatsapp. Pesan itu berisi nada ancaman terhadap murid yang (belum) memakai hijab atau jilbab. Tahukah antum siapa yang meneror lewat pesan itu ? Tidak lain adalah anggota Rohani Islam (ROHIS) sekolah.
Kenapa bisa anggota ROHIS yang di mana kegiatannya berisi positif, namun meneror temannya sendiri ?. Penulis teringat ayat Alquran surah Thâha :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia sadar atau takut“. [Q.S. Thâha: 44]
Ayat tersebut mengandung pelajaran penting, yaitu sekalipun Fir’aun adalah orang yang membangkang dan takabbur. Nabi Musa a.s. tetap diperintahkan supaya dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Fir’aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut serta sopan santun.
Rasulullah SAW. juga memberi isyarat bahwa tak ada hubungan keimanan seseorang dengan perasaan benci. Sehingga, kita pun menjadi heran saat menyaksikan banyak orang-orang yang merasa imannya meningkat tapi kebenciannya terhadap orang yang tak sepaham dengan dirinya pun ikut meningkat. Sikap semacam ini kontradiktif dengan sabda Nabi SAW. sebagaimana tertulis dalam kitab Riyâdlus Shâlihin:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Mukmin yang paling sempurna adalah mereka yang paling indah akhlaknya”
Lantas apa yang menjadi persoalan anggota ROHIS sekolah dengan temannya yang (belum) memakai hijab tadi ? jawabannya adalah di akhlak manusia itu sendiri. Bagaimana bisa lembaga pendidikan sebagai tempat menimba ilmu menjadi sarana untuk intoleransi ? penyebabnya antara lain sumber ilmu agama yang minim dan tidak diimbangi dengan psikologi pendidikan yang benar.
Jadi, hendaklah kita berpegang dalil Alquran di atas. Nabi Musa pun diperintahkan untuk bertutur baik dan sopan santun terhadap Fir’aun. Kemudian Rasulullah SAW mempraktekan akhlak atau moral terpuji terhadap sesama manusia.
Setelah membaca ini, semoga kita tetap dilindungi oleh Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba yang masih (mencoba) meniru akhlak Rasulullah SAW.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا .