penceramah radikal
penceramah radikal

Dakwah itu Bukan Perang

Banyak yang memahami dengan salah tentang dakwah. Banyak pula yang mencampuradukkan antara dakwah dengan berperang. Seolah berdakwah sedang menghadapi musuh sehingga harus keras dan tegas. Dakwah seolah ingin menegaskan diri bahwa Islam agama yang tegas dan keras yang harus ditakuti oleh musuh.

Karena dua entitas dakwah dan perang itu berbeda tentu nash terkait keduanya juga berbeda. Karena perbedaan itu pula pendekatannya pun berbeda. Dakwah adalah mengajak dan menyeru sehingga harus menggunakan bahasa yang bisa menyentuh hati umat agar bersimpati dan masuk ke dalam jalan Allah. Sementara berperang adalah sebuah pilihan terakhir untuk membela dari serangan musuh. Karena itulah, umat Islam harus tegas untuk membela agamanya.

Persoalannya hari ini dakwah didudukkan dalam kondisi yang seolah sedang berperang. Materi dakwah menjadi materi agitasi yang seolah berada dalam kondisi perang. Mental pendakwah yang sedang mencampuradukkan dengan perang menjadi tidak tepat karena seolah menempatkan dakwah Islam dengan peperangan.

Etika Berdakwah

Etika dakwah secara gamblang telah ditegaskan Allah melalui firmannya dalam surat An-Nahl 125 : Artinya : “Berserulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan nasihat yang baik dan berikan bantahan menggunakan cara yang baik”. Jadi siapapun yang sedang memerankan diri menjadi duta Islam baik sebagai dai muballigh dan penceramah harus menampilkan tiga etika Qurani ini : nasehat yang baik, keteladanan, dan bantahan yang baik.

Dalam konteks dakwah jika pun harus berhadapan dengan musuh tetap harus memegang prinsip di atas. Karena arena yang berlaku adalah dakwah. Karena itulah, ketika Nabi Musa dan Harun berdakwah di dapan raja paling kejam dan juga musuh, Allah memerintahkan untuk tetap mengajak dengan baik. “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut” (QS Taha: 43-44).

Karena itulah, dalam konteks berdakwah terhadap musuh pun etika dakwah harus tetap melekat. Allah memerintahkan untuk menggunakan kata lemah lembut walaupun di depan raja yang dzalim. Konteks berhadapan dengan musuh tersebut dalam konteks dakwah bukan berperang. Karena itulah, etika dakwah tetap harus dikedepankan.

Etika Berperang

Namun, dalam konteks berperang umat Islam harus menjadi pemberani dan tegas terhadap serangan musuh. Allah berfirman : Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-Baqarah : 244). Berperang di jalan Allah harus dilakukan dengan keberanian tetapi juga dengan hati yang bersih dan ikhlas. Allah Maha Tahu tentang niat seseorang.

Namun, apakah dalam perang Islam tidak mempunyai etika. Islam adalah agama yang sangat menghargai nyawa. Peperangan adalah jalan terakhir dari sekian jalan ketika umat Islam dalam kepungan dan serangan. Namun, begitu perang dalam Islam juga mempunyai nilai etika dan norma yang ketat.

Dalam al-Quran dan Hadist aturan berperang telah sangat tegas diatur. Di antara aturan itu bahwa perang hanya dibolehkan ketika mereka terlebih dahulu menyerang. Dan itupun tidak boleh melampaui batas. Jika musuh sudah menyerah dan tidak menyerang umat Islam harus menghentikan peperangan. Dan umat Islam wajib melindungi musuh yang meminta perlindungan umat Islam.

Tidak melampaui batas dalam peperangan kemudian dijelaskan secara detail dalam hadist-hadist Nabi. Beberapa aturan yang ditegaskan semisal : tidak boleh membunuh wanita, anak-anak, orang tua, orang sakit, pekerja, biarawan dan umat yang tengah beribadah. Bahkan umat islam dilarang membunuh hewan ternak, merusak desa dan kota dan menghancurkan tempat ibadah.

Jika kita melihat ketegasan berperang dalam Islam adalah ketegasan yang tetap dalam koridor etika kemanusiaan. Maka jika berperang saja ada etika, kenapa berdakwah yang jelas dalam ruang berbeda menjadi sangat kasar dan mengintimidasi.

Dakwah itu merangkul, perang itu memukul. Jangan posisikan dakwah dalam kerangka berpikir perang. Sekali lagi dakwah bukan arena perang, tetapi arena mengajak umat untuk melihat bagaimana indahnya Islam.

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …