Grenobole – Prancis adalah salah satu negara dengan tingkat Islamofobia yang tinggi. Bahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron berkali-kali membuat kebijakan yang menyudutkan umat Muslim dengan dalih penanggulangan ekstremisme agama.
Namun berbeda di kota Grenoble, Prancis. Di sini Walikota Grenoble, Eric Piolle, justru mengeluarkan kebijakan dengan membolehkan Muslimah mengenakan burkini (baju renang tertutup) saat berada di kolam renang. Keputusan ini langsung mendapat kecaman dari penganut Islamfobia di Prancis.
Dilansir dari French24, Grenoble mengizinkan wanita muslim di sana untuk mengenakan burkini. Burkini diperbolehkan pada Senin (16/5/2022) lalu di kolam renang yang dikelola oleh negara.
Burkini adalah baju renang tertutup dari ujung kepala sampai kaki. Kontroversi burkini di Prancsi telah jadi debat panjang selama beberapa tahun terakhir.
Baju renang burkini dianggap sebagai simbol Islamisme yang merayap oleh para kritikus dan penghinaan terhadap tradisi sekuler Prancis. Banyak politisi sayap kanan dan beberapa feminis yang melarang burkini.
Pemerintah mengatakan bahwa pelarangan burkini di sebagian besar kolam renang yang dikelola negara bukan karena alasan negara melainkan sanitasi atau kebersihan. Aturan ketat mengenai pakaian renang berlaku untuk semua orang, termasuk pria yang diwajibkan untuk mengenakan celana ketat.
Walikota Grenoble, Eric Piolle adalah salah satu politisi Hijau terkemuka di Prancis memimpin koalisi sayap kiri yang luas di dewan kota. Dirinya telah memperjuangkan langkah itu tapi menghadapi kampanye oposisi yang sengit.
“Yang kami inginkan adalah perempuan dan laki-laki bisa berpakaian sesuai keinginan mereka,” ujar Piolle.
Grenoble bukanlah yang pertama mengubah aturannya. Kota barat laut Rennes diam-diam memperbarui kode kolam renang untuk mengizinkan burkini dan jenis pakaian renang lainnya pada tahun 2019.