jangan benci covid 19
jangan benci covid 19

Jangan Benci Covid-19, Maknai Wabah ini sebagai Jalan Pelebur Dosa

Jangan benci covid-19, apalagi penderitanya. Melalui covid-19 Tuhan sedang menguji yang sakit untuk dileburkan dosanya dan yang sehat untuk saling membantu dan mencegah.


Seluruh negara, tanpa terkecuali Indonesia, sedang menghadapi wabah serius bernama virus corona atau covid-19. Wabah ini telah merubah sementara aktifitas sosial, ekonomi, bahkan cara beribadah seluruh umat beragama.

Tidak hanya pola aktifitas sosial yang berubah, terkadang cara pandang kita tentang penyakit juga berubah. Bayangkan korban penyakit corona dianggap sebagai penyebar virus. Bahkan jenazah pun ditolak karena dianggap membahayakan. Menjadi sakit karena covid-19 seolah-olah menjadi aib dan penebar virus.

Tak terbayangkan kebencian kita terhadap covid-19 ini karena sudah memaksa perubahan segala aktifitas dan membuat kepanikan justru bertransformasi rasa kebencian terhadap penderitanya. Sungguh suatu sikap yang sebenarnya menjadi sangat tidak produktif baik bagi penderita maupun bagi mereka yang belum terpapar.

Sakit dan penyakit adalah cobaan dan ujian dari Allah. Berusaha bagi yang belum terpapar untuk mencegahnya adalah pilihan terbaik. Bersabar dan optimisme sembuh bagi penderitanya adalah sebuah keharusan yang perlu ditanamkan.

Jangankan membenci yang sakit, membenci penyakit itu sendiri bukan bagian dari cara islami menyikapi masalah. Ada suatu riwayat menarik dari Rasulullah yang patut menjadi pedoman dan panduan bagi kita bersama dalam menghadapi penyakit wabah ini.

Suatu ketika Rasulullah  Saw menjenguk menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib, kenapa kamu bergetar?’ Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak ada keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat’.“ (HR. Muslim no. 2575).

Rasulullah ingin memberikan pelajaran penting tidak hanya persoalan tidak boleh membenci penyakit, apalagi membenci orang yang sakit. Pelajaran penting tersebut adalah berupa ketabahan dalam menghadapi penyakit yang semua datangnya dari Allah. Sebuah penegasan motivasi agar pasien berjuang menghadapi derita penyakitnya.

Larangan mencela penyakit adalah larangan untuk berkeluh kesah yang dapat menghantarkan rasa buruk sangka terhadap Allah. Seolah tiada hikmah di balik peristiwa yang telah Allah berikan kepada hambanya.

Nabi kemudian memberikan optimisme tingkat tinggi bahwa sakit adalah penggugur dosa. Dengan sakit yang diderita adalah cara Allah memberikan ujian kesabaran kepada hambanya. Berjuang melawan penyakit adalah bagian dari perjuangan ketabahan dalam menghadapi ujian dari Allah.

Tidak mengherankan jika Nabi memasukkan orang yang berjuang dengan penyakit kemudian meninggal sebagai syahid.  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Saw bersabda :

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena ath-tha’un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari, no. 2829 dan Muslim, no. 1914).

Perjuangan menghadapi penyakit adalah sebuah perjuangan untuk menghadapi ujian dari Allah. Sekelas derita sakit perutpun dianggap bagian dari perjuangan syahid apalagi berjuang dari ganasnya Covid-19 yang telah mendunia.

Karena itulah, yang perlu kita sadari, segala penyakit bersumber dari Allah. Dan apapun yang Allah ciptakan pastinya memiliki maksud yang baik untuk umat manusia. Hendaknya kita bersabar akan semua ujian yang telah dianugrahkan kepada kita. Penyakit adalah jalan untuk menggugurkan dosa kita.

Tentu sikap sabar, tidak mengeluh, dan tidak membenci penyakit adalah tidak hanya bagi penderitanya, tetapi juga bagi mereka yang belum terpapar. Sikap sabar, berusaha, berdoa dan tawakal agar terhindari dari penyakit menular adalah cara yang juga diajarkan oleh Rasulullah.

Karena itulah, kita harus merubah cara pandang kita terhadap penyakit termasuk covid-19 ini. Ini adalah bagian dari cara Allah ingin menggugurkan dosa umatnya. Tidak perlu dibenci apalagi mencela para penderitanya.

Jangan benci covid-19, apalagi penderitanya. Melalui covid-19 Tuhan sedang menguji yang sakit untuk dileburkan dosanya. Dan Tuhan sedang membuat ujian bagi seluruh umat untuk saling membantu dan selalu ikhtiyar dan berdoa agar melewati ujian ini.

Bagikan Artikel ini:

About Saparuddin

Check Also

debat

Debat adalah Metode Terakhir Berdakwah, Tetapi Jangan Lupa Etikanya

Sawala atau yang biasa disebut dengan debat merupakan suatu kegiatan adu argumantasi antara dua belah pihak …

kerja kepada non muslim

3 Sikap Islami untuk Mengais Rizki di tengah Pandemi

Manusia harus bekerja untuk dapat menghasilkan uang untuk mencukupi segala kebutuhannya dalam bertahan hidup, apalagi …