Masjid Al Aqsa Corona
Masjid Al Aqsa Corona

Jelang Ramadhan Biasanya Meriah, Kini Muslim Palestina Merana

Yerusalem – Seminggu lagi umat Muslim di seluruh dunia akan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Biasanya jelang bulan puasa ini, suasana meriah selalu mengiringi datangnya bulan Ramadhan. Berbagai tradisi dan perayaan dilakukan sebagai ungkapan kegembiraan umat Muslim dalam menyambut bulan penuh berkah dan ampunan itu.

Tapi, Ramadhan 1441 Hijriyah tahun ini, suasana gembira berganti dengan merana. Pandemi virus Corona atau COVID-19, membuat seluruh tradisi dan kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak orang dipastikan tidak digelar.

Kesedihan itu pula yang dirasakan umat Muslim Palestina. Padahal, meski tahun-tahun sebelumnya, mereka tetap berpesta menyambut Ramadhan, meski dibawah invasi Israel, kini hal itu tidak bisa dilakukan lagi.

Biasanya, warga Palestina mempersiapkan Ramadhan dengan berbelanja ke pasar untuk mengisi kebutuhan Ramadhan. Selain itu, jalanan biasanya tampak meriah dengan lampu-lampu yang menggantung dan hiasan lainnya. Namun, penerapan karantina dan pembatasan sosial yang dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Corona membuat jalan-jalan kosong dan sepi. Kegembiraan dan persiapan Ramadhan yang biasa dilakukan warga Palestina digantikan dengan suasana kesedihan.

Seorang Mufti dari kegubernuran Bethlehem, Sheikh Abed al-Majid Amarna (62 tahun), mengungkapkan perasaannya dan perasaan semua warga Palestina di tengah karantina saat ini. Ia mengatakan, mereka sangat sedih.

“Jadi kita hanya harus menemukan cara baru untuk menyesuaikan diri menjalani Ramadhan di tengah wabah virus Corona,” kata Amarna dilansir Mondoweiss, Jumat (17/4/2020).

Sejak wabah virus Corona dimulai di kota Betlehem pada awal Maret lalu, puluhan masjid dan gereja ditutup. Banyak tempat ibadah itu yang ditutup untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Padahal, di bulan Ramadhan masjid-masjid biasanya ramai dengan Muslim yang hendak melaksanakan salat berjamaah, termasuk salat tarawih.

“Orang-orang merasa sangat sedih karena Ramadhan akan segera datang dan masjid-masjid masih ditutup,” ujarnya.

Amarna mengungkapkan, ia telah menerima sejumlah pertanyaan dari jamaah yang menanyakan apakah masjid akan dibuka untuk bulan suci Ramadhan.

“Saya merasa sangat sedih tentang hal itu, tetapi saya harus memberi tahu mereka masjid kami kemungkinan akan ditutup,” ujarnya dikutip dari laman Republika.co.id.

Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan akibat karantina ini, Amarna dan para pemimpin agama lainnya di Bethlehem dan di seluruh Palestina berupaya mencari cara baru untuk beradaptasi dalam menjalani Ramadhan tahun ini. Mereka melakukan yang terbaik sebisa mungkin untuk menciptakan cara baru dan kreatif agar masyarakat tetap merasa mendapatkan hikmah terbaik dari bulan Ramadhan.

Di antara beberapa langkah baru yang akan dilakukan para pemimpin agama itu adalah mengadakan pelajaran sejarah Islam dan agama di saluran televisi dan siaran langsung di media sosial. Pelajaran agama memang sebuah tradisi yang biasanya diadakan selama Ramadhan.

“Kami telah membuka saluran telepon dan media sosial kami kepada orang-orang, sehingga jika mereka memiliki pertanyaan selama bulan ini, atau mereka ingin belajar lebih banyak tentang Islam, mereka dapat melakukannya dengan menonton TV dan telepon,” kata Amarna.

Amarna juga mengimbau umat Islam salat tarawih di rumah masing-masing bersama keluarga mereka. Dengan demikian, umat Muslim dapat berkumpul dengan keluarganya, dan seseorang dalam keluarga dapat memimpin salat. Hal itu disebutnya akan memberikan berkah yang sama seolah-olah mereka salat di masjid.

Di tempat lain di Yerussalem Timur yang diduduki, seorang mahasiswa film berusia 23 tahun dari Kota Tua yang bernama Alaa Daya mengungkapkan betapa ia menyesalkan Masjid Al-Aqsa tetap ditutup untuk bulan Ramadhan. Al-Aqsa adalah masjid dan tempat ketiga paling suci dalam Islam, yang kerap dikunjungi ribuan orang setiap harinya.

“Ini pertama kalinya dalam hidup saya, saya akan melihat Al-Aqsa ditutup. Ini benar-benar mengecewakan,” kata Daya.

Ia bercerita, biasanya jalan-jalan di Kota Tua sepanjang tahun ini dipenuhi oleh orang-orang Palestina dari seluruh penjuru negeri serta Muslim dari seluruh dunia. Mereka datang ke Yerusalem untuk menghabiskan Ramadhan di tempat suci itu. Namun, kini kota itu seperti kota hantu.

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …