kisah kerinduan anak kecil
kisah kerinduan anak kecil

Kekuatan Rindu kepada Rasulullah : Kisah Kerinduan Anak Kecil yang Menakjubkan Pengarang Kitab Maulid ad-Diba’i

Kalangan santri dan masyarakat pedesaan dan sebagian perkotaan tentu tidak asing dengan Kitab Maulid ad-Diba’. Kitab ini seringkali dibaca dalam hari dan momen tertentu sebagai bentuk shalawat dan kerinduan kepada Nabi agung, Muhammad saw.  

Ada suatu cerita menyayat hati dan perlu kita ambil pelajaran darinya mengenai kegigihan seorang anak kecil untuk melepas rasa rindu kepada Rasulullah SAW, yang ditulis dalam kitab Maulid ad-Diba’. Cerita ini dialami sendiri oleh sang pengarang Maulid ad-Diba’ yakni , Imam Wajihuddin ‘Abdur Rahman bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Umar bin ‘Ali bin Yusuf bin Ahmad bin ‘Umar ad-Diba`i asy-Syaibani al-Yamani az-Zabidiy asy-Syafi`iy.

Cerita itu bermula saat beliau berkumpul bersama penduduk kota Zabid (ujung kota Yaman) untuk bersiap-siap pergi ke Haramain (Mekah dan Madinah). Mereka akan menempuh jarak kurang lebih 1.500 KM dengan menggunakan kendaraan yang saat itu tersedia, yakni onta. Rombongan itu hanya berniat untuk umrah, yang diawali dengan berziarah ke makan baginda Rasulullah SAW.

Tiba-tiba saat akan berangkat, seorang anak kecil kira-kira berusia 8 tahun, datang menuju rombongan itu dengan berlari. Ia langsung  menemui Abdurrahman ad-Diba’i selaku ketua rombongan untuk mengutarakan niatnya yang ingin ikut serta berziarah ke makam Rasululullah SAW yang ia sangat cintai.

Anak kecil : “Wahai syeikh, bolehkah aku ikut ziarah ke makam Nabi SAW?”

Mendengar permintaan anak kecil tersebut, Syeikh Abdurrahman ad-Diba’i tidak mengizinkannya. Dikhawatirkan nanti anak kecil itu akan merepotkan rombongan selama diperjalanan dan di makam, mungkin ia hanya bermain-main saja. Kemudian syeikh balik bertanya: kenapa kau sangat ingin ikut, sehingga kau datang menemuiku dengan berlari?

Anak kecil: “Aku sangat rindu dengan Rasulullah”.

Syeikh :”Sudahlah kau tetap tak boleh ikut.”

Dengan jawaban yang terkesan  lugu itu, tetap saja si anak kecil tadi tidak diperbolehkan ikut dan rombongan ziarah pun mulai berjalan. Singkatnya, rombonngan sudah sampai di kota Madinah tepatnya di makamnya Rasulullah SAW. Tak diduga, Syeikh Abdurrahman Ad-Diba’i yang akan berziarah ini kaget, melihat anak kecil yang tak diizinkannya ikut itu ada dihadapannya. Langsung si Syeikh menegurnya dan bertanya,

Syeikh: ”Wahai anak kecil, dari mana kau datang, dan bagaimana kau bisa ikut.?”

Anak kecil : ”Ketika kalian berangkat, aku masuk dalam koper rombongan peziarah.”

Syeikh : “Aku tidak kaget kalau kau masuk koper, karena kau bertubuh kecil. Tapi selama 2 minggu di dalamnya kau makan dan minum dari mana?”

Anak kecik : ”Wahai syeikh sungguh aku dilupakan dari makan dan minum karena sangat rindu kepadanya.”

Mendengar itu, Syeikh Abdurrahman ad-Dibai langsung terdiam dan dalam hatinya malu, karena beliau merasa kalah rindu dan cinta kepada Rasulullah SAW dari pada seorang anak kecil. Buktinya, si anak kecil tersebut mampu berjuang dengan sangat gigih untuk dengan melepas rindunnya kepada Rasulullah SAW yang ia cintai.

Dalam diamnya Syeikh Abdurrahman ad-Dibai, beliau ditanya oleh si anak kecil itu dengan pertanyaan yang sederhana dan polos, layaknya anak kecil pada umumnya.

Anak kecil : ”Wahai syeikh apakah benar tanah ini pernah di pijak Rasulullah?”

Syeikh : “Iya.”

Setelah puas mendengar jawaban tersebut, si anak kecil itu tanpa diduga langsung dengan cepat mengambil tanah yang pernah dipijak Rasulullah untuk diciumnya. Tak berselang lama, anak kecil itu tiba-tiba roboh seakan ia pingsan. Setelah dicek, ternyata anak kecil itu telah wafat.

Sesuai aturan waktu itu, Jenazah yang bukan penduduk Madinah akan dimakamkan di luar kota Madinah. Karena memang anak kecil itu berasal dari Yaman, maka jenazahnya dimakamkan di luar kota Madinah, agak jauh dari makam Rasulullah SAW.

Selesai menunaikan ibadah umrahnya, syeikh Abdurrahman ad-Diba’i teringat kepada anak kecil yang wafat kemarin. Datanglah belaiu untuk berziarah ke makam anak itu. Ketika syeikh melihat kondisi makam itu, menjadi heran bercampur bingung. Karena beliau merasa ikut dalam mengkubur jenazah anak kecil itu di luar kota Madinah, tetapi saat itu terlihat makamnya berangsur-angsur bergeser sendiri masuk kota Madinah mendekati makam Rasulullah.

Langsung menangislah Syeikh Abdurrahman ad-Dibai melihat fenomena ajaib dan mengharukan tersebut. Beliau pun berkata : ”Wahai anak kecil betapa hebat dan mulianya engkau. Sewaktu kecil kau rindu hendak ziarah ke makam Rasulullah, dan sekarang pun saat kau sudah wafat kau juga masih rindu kepadanya.”

Perlu diketahui, sampai sekarang makam anak kecil tersebut masih ada dan makamnya pun ada di seberang Masjid Nabawi.

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …