doa ibu
doa ibu

Kisah Dari Bani Israel: Dahsyatnya Kekuatan Seorang Ibu

Tak ada manusia satupun terlahir ke dunia tanpa jerih payah seorang ibu. Maka tak heran, suatu kali Rasulullah SAW ditanya oleh seorang sahabat tentang lebih dahulu dan utama mana, memuliakan ayah atau ibu? Rasulullah dengan yakinnya menjawab, ibu, ibu, ibu. Tiga kali jawaban itu dilontarkan Rasulullah ketika ditanya hal yang sama. Baru setelah pertanyaan keempat, beliau menjawab, ayah.

Hal itu menandakan betapa dimuliakannya seorang ibu melebihi sosok ayah. Mengetahui hal tersebut hendaknya seorang anak harus benar-benar berbakti kepada orang tua, terutama ibu. Karena doa dan ridlo ibu kepada anaknya pasti diijabah oleh Allah SWT. Jangan sampai seorang anak berperilaku sebaliknya, membuat ibu sedih, bahkan sampai marah. Membuat ibu marah kepadanya saja, itu termasuk dosa anak, apalagi menyiksanya, dapat dipastikan Allah akan melaknatnya.

Di bawah ini, ada sebuah kisah di masa bani Israel yang dapat kita ambil hikmah dan pelajaran. Kisah ini tentang kedurhakaan seorang anak kepada ibunya, sampai anaknya ketika sedang mabuk itu menyiksa ibunya. Namun pada akhirnya sang ibu memaafkan dan meridloi anaknya. Dan Allah otomatis meridloi sang anak tersebut. Kisah ini ceritakan salah satu sahabat terkemuka nabi SAW, yakni Anas bin Malik. Beliau bercerita,

Di masa bani Israel dahulu, ada seorang pemuda yang ketika ia mempelajari dan melantunkan kitab Taurat, maka banyak pria dan wanita yang berbondong-bondong keluar rumah untuk mendengarkan dan menyimak lantunannya. Hal tersebut dikarenakan bagusnya suara pemuda itu. Akan tetapi sayangnya, perilakunya berbanding 180 derajat dari bacaan tauratnya, yakni pemuda itu senang sekali minum arak/pemabuk.

Suatu ketika, Ibu sang pemuda itu menasehati kepadanya : “Nak, andaikan orang-orang mengerti bahwa kau ini senang mabuk, maka mereka pasti akan mengusirmu.” Pada suatu malam, pemuda itu pulang kerumah dalam keadaan mabuk. Seperti kebiasaan seorang ibu yang menyuruh anaknya beribadah, ibunya berkata : “Bangun nak, dan berwudhlu lah”. Tetapi respon pemuda itu diluar dugaan. Setelah dibangunkan ibunya, alangkah durhakanya pemuda itu. Ia malah memukul wajah ibunya dan mencongkel kedua mata serta merontokkan gigi-gigi Ibunya.

Dalam keadaan kesakitan yang parah, sang Ibu melaknat anaknya : “Allah tidak akan meridhloimu di manapun kamu berada nak…! ”

Lalu pagi harinya, pemuda tersebut menemui ibunya dan berkata: “keselamatan bagimu wahai ibuku, aku tidak akan melihatmu lagi setelah ini sampai hari kiamat”. Ibunya melaknat sang anak dengan kalimat yang sama: “Allah tidak akan meridhloimu di manapun kamu berada nak…” Lantas sang pemuda pergi menuju ke sebuah gunung dan beribadah kepada Rabbnya. Di suatu tempat ia beribadah selama 40 tahun sampai-sampai badannya menjadi kurus kering.

Ia menengadahkan kepalanya lalu berdoa : “Wahai Rabbku, ketika Engkau telah mengampuniku, maka beritahukanlah kepadaku ampunanmu” Tak lama ia merasakan ada hatif bisikan: ” Ridhlo-Ku kepadamu tergantung pada ridlo Ibumu ”

Setelah mendengar bisikan itu, pemuda yang sekarang sudah tua tersebut pulang ke rumah ibunya dan berseru memanggil ibunya: “Wahai kunci surga, jikalau engkau masih hidup, aduhai betapa senangnya aku. Namun jika engkau sudah meninggal, aduh betapa sedihnya dan susahnya diriku… ”

Sang ibu mendengar suara daru luar rumahnya, lalu ia berkata dari dalam rumahnya: “siapa diluar sana ?” Anaknya berkata : “ini aku anakmu bu”. Ibunya menjawab seperti kalimat yang dulu pernah dikatakannya: “Allah tidak akan meridhloimu nak.” Tak pikir panjang, sang anak langsung masuk ke rumah ibunya Di depan sang ibu, ia memotong kedua tangannya dan berkata dengan nada penyesalan : “Kedua tangan ini yang telah mencongkel kedua matamu ibu. Mulai sekarang tangan itu tidak akan lagi bersamaku lagi selamanya.” Selepas itu, ia memanggil peduduk sekitar dan berkata : ” Kumpulkanlah kayu yang banyak lalu bakarlah aku”

Orang-orang yang datang ketika itu langsung melakukan apa yang diperintahkannya itu. Setelah apinya siap, sang anak tersebut juga bersiap-siap untuk melompat ke dalam api. Sebelum melompat, ia berkata kepada tubuhnya : “Rasakanlah api dunia sebelum engkau merasakan api akhirat”.

Setelah benar-benar melompat ke dalam api, para penduduk memberitahukan hal itu kepada sang ibu, maka ibunya berseru dengan nada sedih: ” Wahai penentram kedua mataku, kamu dimana?”

Anaknya berkata : ” Aku berada di antara api wahai Ibu…”

Ibunya berkata : ” Wahai anakku, semoga Alloh meridhloimu ”

Semenjak sang ibu berkata demikian, maka Allah SWT memerintahkan kepada malaikat Jibril untuk mengusapkan pada mata dan giginya sang ibu dengan sayapnya. Maka seketika mata dan gigi sang ibu kembali seperti semula. Kemudian malaikat Jibril menyelamatkan sang anak dari kobaran api dan langsung mengusap kedua tangan anak itu. Maka seketika tangan tersebut kembali seperti semula atas izin dan ridlo Allah SWT.

 

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …