Shalat Subuh
Shalat Subuh

Kisah Rasulullah dan Rombongan Terlambat Shalat Subuh

“Tidak dikenakan kewajiban pada tiga orang; orang tidur sampai ia bangun, anak kecil sampai mimpi, dan orang gila sampai berakal atau normal.” (HR. Ibnu Majah)

Tidur merupakan suatu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi untuk dapat mengembalikan energi yang terkuras setelah beraktifitas seharian penuh. Banyak orang yang meninggalkan shalat lantaran dalam kondisi tidur nyenyak, apalagi saat shalat subuh.

Islam sangat mengerti kondisi umatnya, karenanya, ajaran Islam tidak pernah memberatkan dan selalu memberikan solusi bagi umatnya yang tidak mampu mengerjakan ibadah secara maksimal. Dalam keadaan tertentu, tidur juga bisa menjadi uzurnya salat sehingga seseorang yang tidur tidak diwajibkan shalat sampai ia terbangun.

Pada suatu malam Rasulullah bersama rombongan menempuh perjalanan, rasa lelah telah di rasakan oleh semua rombongan maka merekapun berkata pada Rasulullah: “Ya Rasulullah! Sebaiknya kita beristirahat menjelang pagi ini.” Rasulullah berkata: “Aku khawatir kalian tidur nyenyak sehingga melewatkan shalat subuh.” Bilal menimpali: “Saya akan membangunkan kalian.”

Namun sayangnya di saat semua rombongan terlelap, bilal yang berusaha terjaga untuk membangunkan mereka di waktu subuh, justru malah ikut tertidur sampai pada waktu sudah menunjukan lewat waktu subuh.

Ketika bilal terbangun maka iapun kaget dan membangunkan semua rombongan serta meminta maaf atas kelalaiannya. Maka Rasulullahpun bersabda: “Sesungguhnya Allah mengambil nyawamu kapanpun Dia mau dan mengembalikannya kapanpun Dia mau. Hai Bilal! bangunlah dan suarakan azan.”

Kemudian Rasul dan rombongan mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat meski matahari agak meninggi sedikit dan bersinar putih, (Hadits Shahih Imam Bukhari, nomor 595).

Hikmah terlambatnya Rasulullah dan para sahabat dalam pelaksanaan shalat subuh ini menjadi dalil. Artinya, bagi umat muslim yang ketiduran hingga matahari terbit, maka tatkala bangun ia harus segera melaksanakan shalat subuh. Dalam hal ini, ia tidak berdosa. Sebab, keterlambatannya untuk melaksanakan shalat bahkan hingga keluar waktunya bukan karena unsur kesengajaan.

Namun, bagi orang yang ketiduran dengan unsur-unsur kesengajaan, atau sebenarnya ia telah terbangun di waktu shalat subuh. Namun karena rasa malas dan terasa berat, ia tidur kembali sampai matahari terbit. Maka, sebagian besar para ulama berpandangan bahwa ia berkewajiban untuk mengqadha shalatnya. Hendaklah dirinya segera melaksanakan shalat ketika bangun.

Shalat  itu kewajiban kepada Allah dan kewajiban itu sama dengan hutang sedangkan hutang kepada Allah lebih berhak untuk dibayar. Juga diqiyaskan kepada orang yang tidak shalat karena lupa dan tertidur, kalau karena lupa dan tertidur saja wajib diqadha apa lagi kalau sengaja tentu lebih wajib untuk diqadha. 

Bagikan Artikel ini:

About Eva Novavita

Check Also

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (3) : Kisah Raja Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Daud wafat, kini Nabi Sulaiman meneruskan tahta kerajaan dan memimpin Bani Israil. Seperti …

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (2) : Nabi Sulaiman dan Perempuan Korban Pemerkosaan

Sebelumnya sudah diceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memecahkan masalah. Kisah kehebatan Nabi sulaiman tak …