Kisah Seorang Syaikh dari Najd

Cerita seorang syaikh dari Najd ini sangat populer karena menurut riwayat menjadi sebab turunnya ayat Al-Qur’an surah Al-Anfal ayat 30. Dikisahkan ketika Rasulullah berhasil mengislamkan orang-orang yang masuk dalam golongan kaum Anshar, lalu para pembesar Quraish mengetahui hal itu sehingga mereka membuat perundingan membahas ulah Rasulullah yang dianggapnya sangat membahayakan. Perkumpulan itu terjadi di Dar an-Nadwah. Yaitu suatu tempat yang digunakan untuk musyawarah masyarakat Makkah pada saat itu.

Di antara yang mempelopori pertemuan itu adalah ‘Utbah dan Syaibah yang keduanya ini merupakan anak dari Rabi’ah. Kemudian ada Abu Jahal, Abu Sufyan, Tha’mah bin ‘Adi, Nadlir bin Al-Harits, Abu al-Bukhtari bin Hisyam, dan Zum’ah bin al-Aswad. Saat mereka sedang memulai berbincang membahas tema penumpasan terhadap Muhammad, datanglah Iblis yang menjelma sebagai seorang syaikh dari Najd, salah satu kota yang berada di antara Hijaz dan Iraq yang selanjutnya menorehkan sejarah pergolakan pemurniaan oleh Muhammad bin Abdul Wahab.

Kembali pada Iblis tadi, ketika orang-orang yang berada di Dar an-Nadwah menyaksikan kedatangannya, lalu mereka bertanya, “Siapa kamu?” Ia pun menjawab, “Saya seorang syaikh yang datang dari Najd. Datang kesini karena mendengar perkumpulan kalian sehingga saya berniat untuk ikut andil dalam perundingan ini, walaupun nantinya tidak mendapati ide brilian dariku.” Akhirnya ia dipersilahkan masuk untuk bergabung.

Diskusi pun berlanjut. Abu al-Bukhtari usul agar dirinya sendiri yang menangkap Muhammad, kemudian ia akan mengurungnya di dalam rumah dengan tangan dan kaki terikat. Tanpa diberikan makanan maupun minuman sampai Muhammad tewas. Mendengar usulan itu, Iblis yang menyamar seorang syaikh tadi tertawa kencang sembari mengatakan, “Itu ide buruk. Karena sahabat-sahabatnya pasti akan menyerangmu dan juga akan menyelamatkan Muhammad dari kalian semua.”

Semua orang yang ada di dalam tempat itu pun tercengang. Mereka menganggap ide yang diberikan syaikh tadi sangat masuk akal. Sehingga tidak segan-segan membenarkan usulannya. Lalu Hisyam bin Amr yang juga berada dalam gerombolan itu pun berpendapat, “Menurutku, lebih baik kalian semua menculik Muhammad, lalu kalian seret dengan kuda dan kalian asingkan dari keramaian ini. Jadi, tidak ada sia-sia pekerjaan kalian.”

Iblis itu pun menimpali jika dia kurang sependapat dengan cara Hisyam. Lalu dia pun berpendapat begini, “Kalau demikian, itu sama saja kalian masih membiarkan orang yang bisa memanfaatkan kebodohan kalian. Jika kalian hanya usir Muhammad dari tempat ini, pasti nanti dia akan menghasut orang lain dan akan merencanakan penyerangan terhadap kalian. Tidakkah kalian lihat gaya tuturnya yang manis dan bicaranya yang lentur itu? Maka jika kalian tetap lakukan seperti itu, pasti dia akan memikat hati orang lain lalu akan bersekongkol untuk menyerang kalian dan mengusir kalian dari negerimu sendiri ini.”

Rupanya usulan itu sangat diterima, dan membangkitkan amarah Abu Jahl sebagai pembesar Quraisy dari bani Makhzum. Ia pun berpendapat, “Menurutku, kalian semua kerahkan seluruh pemuda dari semua kabilah Quraisy. Lalu berikan mereka pedang yang tajam agar dapat memenggal kepala Muhammad langsung, tanpa ditunda. Setelah itu, bagikanlah darahnya untuk semua kabilah Quraisy. Dengan cara ini, saya tidak yakin dia masih bisa hidup kembali.”

Iblis pun setuju dengan cara itu. Lalu mengatakan, “Ini ide yang sangat bagus.” Setelah disepakati bersama, kemudian semua yang ada di Dar an-Nadwah tadi berpisah untuk mengerahkan seluruh kekuatan agar bisa memburu Muhammad dengan mudah.

Namun, atas izin Allah, Jibril mendatangi Rasulullah dan menyampaikan berita itu. Kemudian Allah mengizinkan Muhammad agar pergi ke Madinah. Saat tengah malam tiba, orang-orang Quraisy sudah siaga mengepung sekeliling rumah Rasulullah. Tetapi justru mereka tertidur. Dan Rasulullah meminta Ali menggantikannya di posisi tempat tidurnya. Walhasil beliau pun keluar melewati para pengepung yang tertidur sehingga tidak ada seorang pun di antara mereka yang melihat Muhammad. Dan Rasulullah menebarkan debu di arah mata mereka sembari membaca surah Yasin ayat 1-8.

Setelah Rasulullah berhasil keluar dan sudah berada di perjalanan menuju Madinah, kemudian baru ada seorang kafir Quraisy datang dan membangunkan para pengempung rumah Rasulullah. Orang itu mengatakan kalau Muhammad sudah keluar dan menaburi debu di mata para pengepung itu. Selanjutnya, para pengepung yang ditaburi debu tadi adalah orang-orang yang mati dalam keadaan kafir pada perang Badr.

Dalam Hasyiyah as-Shawi dituliskan bahwa Dar an-Nadwah adalah tempat yang digunakan untuk bercerita dan berkumpul. Itu adalah tempat yang dibangun pertama kali di kota Makkah. Namun di masa Muawiyah, tempat itu dibeli dari pemiliknya az-Zubair al-Abdari seharga seratus ribu dirham untuk dijadikan perluasan Masjidil Haram, posisi tempatnya berada di sebelah utara. Wallahu A’lam.   

Bagikan Artikel ini:

About Khoirul Anwar Afa

Dosen Fakultas Ushuluddin PTIQ Jakarta.

Check Also

Serat Centhini

Konsep Amalan Harian dan Zaman Huru Hara dalam Sastra Jawa

hari Senin seperti yang dilakukan Nabi Isa, malam harinya tidak makan daging sembari mengucapkan kalimat “Ya Rahman Ya Rahim” sebanyak 103 kali.

syarat dai

Membaca Sikap Pendakwah Populer yang Jumawa

muncul para pendakwah populer yang didominasi para dai yang tidak memiliki latar belakang keilmuan agama dari pesantren ataupun dari sekolah keagamaan.