wahabi
wahabi

Klarifikasi Muhammad bin Abdul Wahhab tentang Takfiri buat Para Pengikutnya

Sebuah kitab ditulis oleh Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al Maliki al Makki al Hasani yang salah satu bahasannya berisi klarifikasi Muhammad bin Abdul Wahhab tentang masalah Takfir (menuduh kafir orang lain). Kitab yang diberi judul Mafahim Yajibu an Tushshhah (paham-paham yang harus diluruskan) ini membeberkan secara detail bantahan Muhammad bin Abdul Wahhab tentang beberapa hal terkait takfir yang dialamatkan kepadanya oleh kelompok yang mengaku sebagai pengikutnya.

Dalam hal pentakfiran, Muhammad bin Abdul Wahhab sebenarnya memiliki sikap yang arif bijaksana dan sangat hati-hati. Tidak sembarang memvonis. Sikap yang justru dipandang aneh oleh mereka yang mengklaim sebagai pengikutnya. Sebagaimana umum diketahui, mereka dengan serampangan menuduh kafir terhadap kelompok yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka. Dan sikap anti perbedaan ini diklaim sebagai ajaran dari Muhammad bin Abdul Wahhab.

Padahal, pendiri Wahabi ini menolak semua pandangan anti perbedaan yang dengan kejam dialamatkan kepadanya. Beliau kemudian menulis sebuah risalah berisi pembahasan aqidah kemudian dikirimkan kepada penduduk Qashim.

Dalam risalah tersebut, Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan bahwa risalah Sulaiman Ibnu Suhaim yang telah beredar di kalangan penduduk Qashim dan diakui kebenarannya oleh beberapa ulama di sana sama sekali tidak benar dan mengada-ada. Isi risalah yang mengatasnamakan dirinya merupakan kebohongan dan kedustaan. Sebab, itu semua bukan ucapanku, tidak pernah aku katakan dan tak pernah sedikitpun terlintas dalam hatiku. Tegasnya.

Di antara ucapan Sulaiman Ibnu Suhaim dalam risalah tersebut bahwa saya menganggap sesat semua kitab empat madhab fikih, bahwa manusia sejak 600 tahun silam menganut agama yang sesat, bahwa saya mengklaim mampu berijtihad serta lepas dari taklid, bahwa perbedaan para ulama adalah bencana dan malapetaka, dan saya mengkafirkan orang-orang yang bertawassul kepad orang-orang shaleh, serta dibiliang saya telah mengkafirkan Imam Bushiri karena ucapannya, “Wahai mahluk paling mulia”.

Perkataan lain yang tak pernah saya katakan dalam risalah Sulaiman Ibnu Suhaim tersebut adalah seandainya saya mampu meruntuhkan kubah Rasulullah, maka saya akan melakukannya. Jika saya mampu mengambil talang Ka’bah yang terbuat dari emas, maka saya akan menggantikannya dengan talang kayu.

Saya juga dibilang mengharamkan ziarah ke makam Nabi, mengingkari ziarah ke makam orang tua, dan juga makam orang lain. Saya mengkafirkan orang yang bersumpah dengan selain Allah, mengkafirkan Ibnu Faridh dan Ibnu Arabi, saya telah membakar kitab Dalail al Khairat dan kitab Raudhatu al Rayahin yang kemudian saya beri nama Raudhatu al Syayathin.

Maka jawaban saya atas semua tuduhan di atas adalah firman Allah, “Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar”. (QS. al Nur: 16).

Apa yang saya alami berupa tuduhan dan ucapan-ucapan yang tidak pernah saya ucapkan ini pernah terjadi dan menimpa Nabi. Beliau dituduh mencaci maki Isa bin Maryam dan orang-orang shaleh. Penyakit hati mereka yang melakukan tuduhan ini sama persis buruknya, sebab telah menciptakan hoax dan ucapan palsu.

Allah berfirman, “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah”. (QS. al Nahl: 105).

Inilah klarifikasi Muhammad bin Abdul Wahhab yang ditulis oleh Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al Maliki al Makki al Hasani dalam kitabnya Mafahim Yajibu an Tushahhah tentang masalah takfiri yang dituduhkan kepadanya. Sejatinya Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi korban orang-orang yang mentasbihkan dirinya sebagai pengikut beliau.

Kelompok pembuat hoax atau berita bohong ini, sampai saat ini, tetap bercokol di beberapa negara, termasuk Indonesia. Untuk itu, umat Islam harus sangat berhati-hati terhadap kelompok yang suka mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham dan tidak sealiran. Kelompok yang kemudian dijuluki “Kaum Takfiri”. Kelompok radikal yang acap membuat keonaran dengan menuduh sesat dan kafir umat Islam yang tak sepaham dengan mereka.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

kopi sufi

Kopi dan Spiritualitas Para Sufi

Ulama dan Kopi apakah ada kaitan diantara mereka berdua? Kopi mengandung senyawa kimia bernama “Kafein”. …

doa bulan rajab

Meluruskan Tuduhan Palsu Hadits-hadits Keutamaan Bulan Rajab

Tahun Baru Masehi, 1 Januari 2025, bertepatan dengan tanggal 1 bulan Rajab 1446 H. Momen …