aswaja
aswaja

Masyarakat Harus Mengetahui Kesesatan Wahabi (1) : Ciri-Ciri Aliran Sesat Secara Umum

Sebelum membahas tentang ajaran Wahabi yang sangat meresahkan di tengah umat Islam, ada baiknya kita memahami tentang ciri-ciri aliran sesat. Masyarakat harus memahami terlebih dahulu ciri-ciri tersebut agar bisa menakar sejauhmana kesesatan yang dimiliki oleh gerakan Wahabi.

Istilah kelompok sesat sebenarnya sudah disebutkan oleh Allah swt dalam Al Qur’an. Misal ayat 90 surat Ali Imron:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat (QS. Ali Imron: 90)

Orang-orang yang beriman kepada Allah swt yang kembali menjadi kafir oleh Allah swt disebut sebagai orang-orang yang sesat sehingga taubatnya tidak akan diterima.

Rasulullah saw juga menjelaskan secara implisit bahwa umat Islam ada yang terkumpul ke dalam aliran sesat. Dalam riwayat yang sangat masyhur disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوْا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ

Artinya: Umatku akan pecah menjadi 73 golongan, dan semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan. Lalu para sahabat bertanya, siapa mereka ya Rasulullah ?. Rasulullah saw menjawab: Orang-orang yang mengikutiku dan sahabat-sahabatku (HR. At Tirmidzi)

Hadits di atas memberikan indikasi bahwa umat Islam akan pecah menjadi dua golongan: Pertama, Golongan yang selamat dari adzab Allah swt. yang dikenal dengan Al Firqah An Najiyah (kelompok yang selamat) dan kedua, golongan yang akan menjadi penghuni neraka. Golongan penghuni neraka ini yang merupakan golongan sesat.

Tentang kelompok yang sesat, Rasulullah saw juga memberikan ciri-cirinya di antara ciri-ciri kelompok yang sesat yaitu:

1. Menyimpang dari al Qur’an dan Hadits.

Setiap kelompok yang menentang al Qur’an dan Hadits pasti menjadi tersesat. Sebab al Qur’an dan Hadits adalah petunjuk kebenaran. Sebagaimana Allah swt berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya: Bulan Ramadlan, di mana al Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas dari petunjuk serta pembeda antara yang haq dan yang bathil (QS. Al Baqarah: 185)

Rasulullah saw juga menegaskan, bahwa siapa saja yang berpegang kepada al Qur’an dan Hadits, maka ia tidak akan tersesat.

إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ

Artinya: Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian dua hal di mana kalian tidak akan tersesat bersama keduanya, yaitu: Al Quran dan Sunnahku. Keduanya tidak akan berpisah hingga datang kepadaku di telaga Haud (HR. Al Hakim dan Lainnya)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak berpegang kepada al Qur’an dan Hadits maka ia akan tersesat selamanya.

2. Mudah mengkafir-kafirkan dan mensyirik-syirikkan umat Islam.

Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ مَا أَتَخوَّفُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُه عَلَيْهِ، وَكَانَ رِدْئًا لِلْإِسْلَامِ، غَيَّرَه إِلَى مَا شَاءَ اللهُ، فَانْسَلَخَ مِنْهُ ونَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِه، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بالسَّيف، وَرَمَاهُ بالشِّرْكِ قَالَ قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ، اَلْمَرْمِيُّ أَمِ الرَّامِي؟ قَالَ بَلْ الرَّامِي

Artinya”Sungguh yang aku khawatirkan pada kalian ialah seseorang yang membaca al Qur`ān, hingga ketika keindahan al Qur`ān terlihat padanya dan ia menjadi pembela bagi Islam, ternyata ia mengubahnya kepada yang dikehendaki Allah, kemudian ia meninggalkannya dan membuangnya serta ia membunuh tetangganya dengan pedang dan menuduhnya dengan kesyirikan.” użaifah bertanya, “Wahai Nabi utusan Allah! Siapakah yang lebih patut dengan kesyirikan, yang dituduh atau yang menuduh?” Beliau bersabda, “Yang menuduh.” (HR. Ibn Hibban)

3. Suka mencerai berai.

Umat Islam oleh Rasulullah saw dianjurkan untuk bersatu tidak boleh bercerai berai. Jika terpaksa demikian maka dianjurkan mengikuti kelompok yang banyak. Dalam hadits disebutkan:

لَا يَجْمَعُ اللهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ عَلَى الضَّلَالَةِ أَبَدًا وَ قَالَ : يَدُ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ فَاتَّبِعُوْا السَّوَادَ الْأَعْظَمِ فَإِنَّهُ مَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ

Artinya: “Allah tidak mengumpulkan ummat ini di atas kesesatan selama. Dan Rasulullah bersabda: Kekuasaan Allah bersama jama’ah (orang yang suka bersama-sama), maka ikutlah kepada yang lebih banyak, karena orang yang menyendiri ia akan menyendiri di neraka” (HR. Al Hakim)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah saw mengancam terhadap orang-orang yang tidak senang bersatu dengan ancaman berada di neraka. Ini menunjukkan menyalahi ijma’ tergolongan kelompok yang tidak selamat.

4. Anti madzhab.

Pada dasarnya seluruh ummat Islam harus berijtihad sendiri-sendiri, tidak boleh bertaqlid kepada siapapun. Namun hal ini tentu tidak mungkin bisa diterapkan, karena kodrat kemampuan setiap individu manusi berbeda-beda. Sebab itu, ulama’ sepakat bagi orang-orang yang mampu melakukan ijtihad maka ia harus berijtihad dan tidak boleh bertaqlid. Sementara bagi yang tidak mampu berijtihad maka cukup baginya mengikuti hasil ijtihadnya orang yang mampu berijtihad.

Konsep ini telah disampaikan oleh Allah swt dalam al Qur’an:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui” (QS. An Nahl: 43)

Ayat di atas menjelaskan bahwa bagi orang-orang yang kesulitan mengetahui suatu hal diperintahkan bertanya kepada ahlinya, bukan memaksakan diri untuk mengetahui. Sehingga orang-orang yang menolak dan mengharamkan mengikuti pendapat orang lain, orang tersebut telah bertentangan dengan ayat di atas.

5. Mengklaim ada Nabi setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu” (QS. Al Ahzab: 40)

Ayat ini membantah beberapa kelompok dalam Islam yang mengaku sebagai Nabi.

Itulah ciri-ciri umum aliran sesat yang tercantum dalam al Qur’an dan Hadits. Hal in penting untuk kita pahami untuk menjaga aqidah dari serangan orang-orang sesat tersebut.

 

wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About M. Jamil Chansas

Dosen Qawaidul Fiqh di Ma'had Aly Nurul Qarnain Jember dan Aggota Aswaja Center Jember

Check Also

shalat jamaah perempuan

Posisi Yang Utama Bagi Perempuan Saat Menjadi Imam Shalat

Beberapa hari belakangan ini sempat viral di media sosial tentang video yang menampilkan seorang perempuan …

menghambat terkabulnya doa doa

Meminta Doa kepada Orang Shalih Hukumnya Haram? Ini Dalilnya !

Dalam salah satu ceramahnya, Yazid bin Abdil Qadir Jawas berkata tidak boleh meminta doa kepada …