Muharram merupakan bulan pembuka dari kalender hijriah yang juga salah satu bulan yang di muliakan, karena merupakan peringatan hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Nabi Muhammad juga menyebut bahwa bulan Muhharam merupakan Bulan Allah (Syahrullah). Tahun baru Hijjriah memiliki makna yang mendalam bagi setiap muslim karena menegaskan pentingnya menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan.
Momentum tahun baru hijriyah mengandung semangat perjuangan, persaudaraan, disertai rasa optimismw yang tinggi untuk berhijrah dari tempat yang buruk menuju tempat yang baik. Dengan berhijrah persaudaraan kaum muhajjirin dengan kaum anshar mulai terbina secara baik. Persaudaraan tersebut bukan hanya di jalin dengan sesama muslim saja, namun dengan mereka kaum Yahudi yang juga bertempat di Madinah.
Pada saat berhijrah, Nabi Muhammad mempercayai akan kesuksesan hijrah untuk kelangsungan dakwahnya dan kemerdekaan para sahabatnya, Beliau tidak memperdulikan ancaman dan kesulitan besar dalam perjalan yang akan dihadapinya. Momentum ini seharusnya mampu menggugah para generasi muda dalam berjuang saat melakukan perjalanan yang penuh dengan pengorbanan sehingga mampu menjadi pelajaran hidup bagi umat manusia.
Menegaskan kembali akan pentingnya menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan. Hijrah bukan hanya dimaknai dengan perpindahan tempat, namun juga perpindahan dari sifat yang buruk kepada sifat yang baik atau meninggalkan kebiasaan yang melanggar larangan-Nya menjadi taat melaksanakan perintah Allah SWT.
Dalam merayakan tahun baru Islam dan bulan Muhharam, umat islam hendaknya melakukan amalan-amalan yang biasa dilakukan Rasulullah di bulan Muharram.
Pertama, memperbanyak puasa sunnah. Dengan mengerjakan amalan puasa, umat Islam diharapkan mampu menahan hawa nafsunya kemarahan dan kebenciannya. Puasa seharusnya mampu menjadikan muslim untuk lebih bersabar karena dalam puasa terdapat tuntutan supaya manusia mampu memenangkan keburukan yang ada pada diri.
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah pada bulan Allah yang bernama Muharram.” (HR. Muslim).
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi dalam bukunya Ringkasan FIkih Sunnah Sayyid Sabiq menjelaskan, bahwa Nabi Muhammad selalu mengerjakan puasa di bulan Muharram semasa hidupnya. Pendapat ini bersandar pada sebuah riwayat yang berasal dari Hafshah RA. “Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW yaitu: puasa Asyura (10 Muharram), puasa 10 bulan Zulhijah, puasa 3 hari setiap bulan, dan sholat 2 rakaat sebelum sholat fajar (subuh).” (HR Ahmad dan An-Nasa’i).
Kedua, memperbanyak Sedekah.
Selain menghidupkan puasa sunnah, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak sedekah. Sedekah pada bulan Muharram menurut Mazhab Maliki sangat dianjurkan. Sementara mahzab lainnya tidak memberikan penekanan khusus, namun tidak memberikan larangan untuk mengamalkannya. Sebagaimana keutamaan Muharram di mana Allah melipatgandakan pahala setiap amal saleh, maka memperbanyak sedekah termasuk menyantuni anak yatim merupakan amalan yang disukai Allah.
Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 261, Allah berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang mendermakan (sodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrah-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261).