valentine
valentine

Merayakan Hari Valentine: Latah, Salah Kaprah atau Tidak Masalah?

Hari valentine adalah hari kasih sayang. Dalam Islam cinta dan kasih sayang adalah sebuah ekspresi keimanan seseorang. Lalu, bagaimana dengan Hari Valentine?


Beranjak dari Hari Natal, Tahun baru Masehi hingga Hari Valentine (Valentine Days). Ketiganya menjadi sindrom bagi umat Islam. Akibatnya, latah menjadi penyakit kronis yang tak kunjung bisa terobati bagi umat Islam.

Nyaris, umat Islam kehilangan identitasnya. Dari model rambut, cara berpakaian, penampilan, dan perayaan seperti Happy Birthday dan Happy New Year , Happy Valentine Days semuanya barang impor. Tradisi di luar Islam.

Lalu, bagaimana pandangan fikih bagi umat Islam yang merayakan Valentine Days (hari Valentine). Apakah termasuk tasyabbuh dalam agama? Atau bolehkah kita meniru tradisi Umat lain?

Hadits Nabi yang kerapkali dijadikan peluru untuk menembak pelaku tasyabbuh adalah :

من تشبه بقوم فهو منهم

Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”. HR: Abu Dawud: NO. 3530

Secara tekstualis (‘ibarah), hadits ini mengatakan, meniru kebiasaan umat lain, maka ia tak ubahnya seperti mereka. Namun hadits ini sebenarnya ingin memberikan isyarat bahwa meniru tradisi umat lain itu tidak boleh. Apa konteksnya? Dalam hal ritus peribadatan, kita (umat Islam) tidak boleh meniru ritus umat lain, itu sudah jelas tidak boleh dan tidak usah diperdebatkan lagi, karena beraksentuasi kepada keimanan seseorang.

Tapi bagaimana dalam ranah tradisi, ‘adah, dan ‘urf?Dalam konteks ini dibutuhkanstudi dan kajian khusus. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dalam tasyabbuh yang dilarang adalah meniru secara brutal kebiasaan buruk dari orang fasiq ataupun dari non muslim.

Ini dijelaskan oleh hadits Nabi:

عن ابن عمر ، – قال قال : ” من لبس ثوب شهرة ألبسه الله يوم القيامة ثوبا مثله ” زاد عن أبي عوانة ” ثم تلهب فيه النار

Dari Ibnu Umar berkata, Rasul Bersabda: “Barang siapa memakai baju syuhrah (baju kesombongan dan membanggakan diri, karena mahal harganya, misalnya), maka pada hari kiamat Allah akan memakaikan baju yang sama”. Dari riwayat Abu ‘awanah, ada tambahan redaksi “ kemudian api neraka akan melahap habis tubuhnya”. HR: Abu Dawud: No. 3529.

Hadist merupakan larangan untuk meniru kebiasaan orang fasiq yang senantiasa membanggakan diri dengan baju yang ia kenakan. Kebiasaan ini menurut Nabi dapat menumbuhkan rasa congkak dan meremehkan orang lain.

Kedua, menurut al-Manawi, kebiasaan yang ditiru, sudah menjadi identitas orang fasiq dan non islam. Maka, selama berpakaian ala orang fasiq atau non islam tidak menimbulkan rasa congkak dan meremehkan orang lain, kita tidak dilarang menirunya, sebab yang menjadi illah (alasan) kemiripan sudah hilang. (Faidh al-Qadir, 4/104).

Bagaimana menerapkan kaidah tasyabbuh ini dalam perayaan hari Valentine?

Dari paparan di atas, bisa disimpulkan bahwa merayakan hari Valentine tidak dilarang. Alasannya, Pertama, hari valentine bukanlah ritus keagamaan, ia tak lebih dari tradisi yang bergejolak secara spontan. Hari valentine bukan pula identitas kaum Kristiani, karena hampir seluruh umat beragama melarayakannya.

Ditelisik dari kamus Gerejapun, ternyata Gereja tidak melegalisasi Valentine Days sebagai ritus keagamaannya. Buktinya, dalam kitab Injil mereka, tidak ditemukan bahwa 14 FEbruari adalah hari Kasih Sayang dalam versi keagamaan mereka.

Bukankah, esensinya, hari valentine adalah menebar kasih sayang di muka bumi, yang juga menjadi anjuran syari’at Islam. Apa sebenarnya bedanya Hari Kasih Sayang dengan Hari Buruh Internasional, Hari Ibu, Hari Kebangkitan Nasional, Hari Kemerdekaan dan sebagainya? Itu hari-hari yang mempunyai latarbelakang konteks kekinian yang tidak ada kaiatannya dengan keyakinan dan ibadah.

Persoalannya sekarang mengapa merayakan hari Valentine harus dilarang !? Apakah hari-hari peringatan internasional dan nasional juga dilarang?

Sebenarnya ini terletak pada bagaimana cara merayakannya? Selama tidak ada unsur maksiat dan mudharat, kenapa tidak? Karena spiritualitas hari Valentine itu  adalah kasih sayang, sama misalnya semangat hari ibu adalah penghormatan kepada ibu yang juga menjadi semangat dalam Islam.

Karean itulah, rayakan hari Valentine itu dengan cara cara yang bernuansa kasih sayang pula, seperti memberikan santunan kepada Yatama (anak anak yatim) sebagai wujud kasih syang kepada mereka. Bukankah Nabi bersabda:

عن سهل ، قال : رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” وأنا وكافل اليتيم في الجنة هكذا ” وأشار بالسبابة والوسطى ، وفرج بينهما شيئا

Dari Sahal, Rasulullah bersabda: “ Aku dan orang yang menanggung kebutuhan anak yatim dalam sorga seperti ini. Seraya menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya,dan Beliau merenggangkan sedikit dua jemari itu.HR: Bukhari: NO.5002.

Artinya, hadits ini menggambarkan kedekatan Nabi dengan pengayom anak yatim kelak di sorga. Mumpung menemukan momentumnya, hari Valentine atau Hari kasih sayang adalah kesempatan besar untuk mewujudkan kasih sayang kepada orang lain sebagai bentuk ekspresi keimanan. afala tatafakkarun.

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …