Sebutan “habib” bukan sembarangan julukan. Di Indonesia bahkan di beberapa negara di Timur Tengah gelar habib digunakan untuk menyebut keturunan Nabi Muhammad Saw. Gelar habib yang dari segi bahasa berarti kekasih merupakan bentuk kecintaan umat kepada keluarga Nabi.
Di Indonesia sebutan untuk keturunana (dzurriyah) Nabi sangat beragam mulai dari sebutan “habib”, “sayid” hingga julukan “syarif”. Semua sebutan itu memiliki arti yang sama yang berarti kekasih, tuan dan yang mulia. Itulah ekspresi umat muslim dalam memuliakan dan mencintai keturunan Nabi.
Dalam Islam Nabi adalah sosok manusia sempurna (insan kamil) yang berperan sebagai teladan umat. Perkataan, tingkah laku dan sifat Nabi merupakan acuan bagi umat. Tentu saja, teladan dan panutan juga berlaku bagi keturunan Nabi. Mereka adalah panutan dan teladan umat selepas Nabi tiada.
Namun, Nabi dan keturunannya jelas berbeda. Nabi adalah manusia yang dijaga dan dipelihara oleh Allah dari kesalahan. Sementara keturunan Nabi adalah insan biasa yang juga penuh dengan kesalahan dan khilaf. Keturunan Nabi juga bisa melakukan tindakan kesalahan dan bermasalah dengan hukum.
Namun, seorang keturunan Nabi yang baik tentu saja tidak akan berlindung dari kesalahan dengan selalu mengatasnamakan keturunan Nabi. Rasulullah sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah memberikan peringatan kepada putrinya Sayyidah Fathimah agar tidak mengandalkan pembelaan dari ayahnya di hadapan Allah subhanu wa taála sebagai berikut:
يا فاطمة بنت ممدs لا أغني عنكِ من الله شيئا.
Artinya: “Hai Fathimah binti Muhammad, sungguh aku takkan cukup sebagai pembelamu di hadapan Allah”.
Jika Fatimah yang keturunan terdekat Nabi diperingatkan untuk tidak mengandalkan nama Nabi untuk membela atas perbuatannya di hadapan Allah, tentu saja keturunan Nabi saat ini yang tersebar di berbagai negara tidak boleh mengandalkan atas nama keturunan terkait masalah hukum yang dialami.
Nabi dalam menegakkan keadilan bahkan tidak pernah memperhatikan keturunan termasuk anaknya sendiri. Dalam suatu hadist yang sangat populer Nabi bersabda: “Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri niscaya aku memotong tangannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai keturunan Nabi, sejatinya para Habib yang kini telah
tersebar di seluruh penjuru dunia tentu saja menyadari tanggungjawab atas
kehormatan Nabi dan Islam umat. Habib adalah teladan umat yang dapat memberikan
kesejukan, ketenangan dan kemashlahatan umat. Kita sangat merindukan habib yang
dapat menjadi teladan sejati umat dalam hal kebaikan dan kemashlahatan agama
dan bangsa.