nasehat untuk orang kaya
nasehat untuk orang kaya

Muslim Harus Kaya : Harta untuk Membuka Hati, Bukan Membutakan Empati

Memang Islam menghargai dan mengistimewakan seorang fakir miskin dalam konteks tertentu untuk memotivasi dan mengajak orang lain mengasihi mereka. Sisi lain, Islam mendorong bahkan mengharuskan umatnya menjadi orang mampu dan kaya agar mampu memperjuangkan Islam dengan hartanya dan mengasihi sesama muslim dengan kekayaannya.

Bukan suatu aib dalam Islam untuk mengejar kekayaan dan menjadi orang kaya. Islam adalah agama yang mengajarkan “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Dari situ bisa kita ketahui bahwa umat Islam harus kaya, harus selalu memberi, harus selalu menjadi pengentas kemiskinan.  

Dalam Islam banyak sekali ibadah yang menuntut kemampuan harta. Kewajiban zakat, ibadah haji, sedekah dan lainnya menuntut kemampuan seseorang dalam harta. Artinya, dalam Islam harta dan kekayaan diletakkan untuk kebutuhan ibadah dan menyembah Allah. Harta bukan untuk memperbudak seseorang menjadi buta hati, tetapi harta untuk mendukung umat Islam membuka hati.

Lalu, kenapa Islam mendorong dan mengharuskan umatnya untuk menjadi kaya? Tentu saja untuk beribadah kepada Allah, untuk berdakwah, membantu yang miskin, untuk umat dan kejayaan Islam. Seluruh harta kekayaan tersebut digunakan untuk menyembah Allah dengan lebih bersungguh-sungguh. Bahkan orang saleh yang memiliki harta kekayaan duniawi lebih baik dan bermanfaat bagi umat muslim lainnya. Karena banyaknya harta jika dimiliki oleh orang yang saleh pastinya mereka akan mampu mensejahterakan orang di sekitar mereka.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kefakiran (kemiskinan) itu bisa menjerumuskan ke jurang kekafiran.” Maka tidaklah mengherankan bila kemudian banyak cerita seputar orang Islam yang murtad hanya demi satu kardus mie instan, roti dan biaya pendidikan. Keimanan mereka telah tergadaikan oleh kemiskinan.

Bagaimana seorang muslim bisa menjaga harga diri sebagai muslim jika untuk membangun pesantren dan masjid harus meminta-minta di jalanan, bukankah itu suatu hal yang memalukan? Kenapa memalukan seolah umat Islam miskin untuk membangun rumah ibadahnya harus menggangu pengguna jalan. Memang untuk menggugah bersedekah dan infak, tetapi sesungguhnya ada citra tidak baik dalam aktifiats semacam itu untuk umat Islam.

Banyaknya umat yang menjalankan ibadah puasa ketika hidup dalam keadaan yang susah. Dan puasa seolah dijadikan sebagai rutinitas hidup dan bukan diniatkan untuk ibadah kepada Allah. Sehingga banyaknya umat Islam yang miskin hanya menjalankan ibadah puasa sebagai ritual untuk menahan lapar dan dahaga karena tidak memiliki uang.

Bagaimana seseorang dapat salat dengan tenang sementara perutnya kelaparan? Bagaimana dapat berdzikir dengan tenang di tengah tangis anak yang meminta susu dan makanan? Dengan kekayaan maka seseorang dapat beribadah dengan tenang.

Anjuran untuk menjadi kaya tidak bisa diartikan bahwa Islam mengajarkan gaya hidup yang materialistis. Bahkan kita tau bahwa Rasulullah dan istrinya Khadijjah merupakan seorang yang kaya raya, namun kekayaan tersebut digunakan berjuang dijalan Allah. Kekayaan dapat menjaga harta diri dan martabat. Lihatlah Abu Bakar yang kekayaannya juga untuk dakwah Islam. Atau saudagar Utsman bin Affan yang hartanya diniatkan untuk kemajuan Islam.

Kekayaan ditangan orang kaya yang tidak beriman maka akan menghasilkan kesengsaraan bagi orang disekitarnya, karena orang yang tidak memiliki iman akan merasa sombong dan bathil, karena merasa diri lebih hebat dan berkuasa sehingga mampu memandang rendah orang yang tidak menuruti keinginannya. Ketika kekayaan berada di tangan orang yang saleh akan menjadi kemaslahatan untuk orang-orang di sekitarnya. Orang saleh akan menggunakan kekayaan yang mereka miliki untuk sarana beribadah untuk dirinya sendiri maupun orang disekitarnya. Seperti menyumbangkan al-Quran di masjid, ikut membangun dan mendirikan masjid, memberikan sedekah kepada fakir miskin danjuga anak yatim.

Rejeki adalah sesuatu yang sudah disiapkan Allah, tergantung bagaimana cara kita untuk menjemputnya, tentunya dengan bekerja keras. Allah berfirman, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
(QS. Huud Ayat: 6)

Ayat di atas mengandung makna bahwa setiap makhluk di muka bumi, sudah Allah jamin rezekinya. Allah mengetahui segala yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya. Inilah tugas kita sebagai makhluk Allah yakni menjemput rezeki tersebut dengan segenap ikhtiar dan tawakal.

Seorang umat islam yang menjemput rejekinya dengan cara yang haram, sesungguhnya akan berbuah rasa miskin dalam dirinya didunia dan akhiratnya kelak. Orang kaya yang memiliki harta dari cara yang kotor akan selalu merasa kekurangan dan kelaparan akan harta tersebut. Orang seperti ini tidak akan merasa tenang dan puas dalam hidupnya, karena selalu ingin dan ingin, bukan menjemput harta untuk Ibadah namun untuk memuaskan nafsunya saja.

Ini sebenarnya yang ditakutkan ketika umat Islam menjadi kaya, maka dia akan dimabuk harta. Namun bukan berarti bahwa umat Islam harus hidup dalam kemiskinan. Karena dengan kekayaan sebagai muslim, kita bisa meningkatkan amal-amal kita, membuat hidup menjadi lebih tenang, dan dapat mengharumkan agama Islam.

Bagikan Artikel ini:

About Indah Fauziah

Check Also

hukum tanam benang

Hukum Tanam Benang untuk Kecantikan, Bolehkah?

Dunia kecantikan tak henti-hentinya berinovasi dengan berbagai metode yang membuat para kaum hawa semakin bisa …

kdrt

KDRT Harus Didiamkan karena Aib Pasangan?

Dalam berumah tangga pasti kita tidak akan terlepas dari masalah yang melibatkan konflik antar pasangan. …