Setiap jejak kisah hidup manusia tak bisa lepas dari Nabi Adam AS. Manusia hidup di bumi ini juga karena kisah perjalanan panjang Nabi Adam, yang turun dari surga menuju bumi ini. Semua penuh hikmah. Anak cucu Nabi Adam harus mengambil hikmah tersebut.
Secara hakiki, Nabi Adam adalah penduduk surga. Atas takdir-Nya, Nabi Adam akhirnya menjadi penduduk bumi. Allah sudah berjanji, kelak Nabi Adam dan anak cucunya akan kembali ke surga kalau mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Perjalanan panjang Nabi Adam sampai bertemu Ibu Hawa di bumi ini menjadi pelajaran sangat penting bagi anak cucunya, sehingga bisa menjadi bekal hidup dalam mengabdi kepada-Nya.
Dalam kitab Durrotun Nasihin dikisahkan, ketika turun ke bumi akibat tipu daya iblis, Nabi Adam menangis selama 300 tahun. Sepanjang itu Nabi Adam tidak pernah mengangkat kepalanya ke langit, karena sangat malu kepada Allah SWT. Nabi Adam juga sujud di atas gunung selama seratus tahun. Di tengah kisah taubatnya ini, air mata Nabi Adam mengalir tanpa henti. Aliran air mata beliau tumpah di jurang Sarandib.
Dalam taubatnya ini, Nabi Adam berdoa.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين
“Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat pada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf ayat 23).
Air mata taubat Nabi Adam sungguh luar biasa. Di sepanjang aliran air mata taubat itu, tumbuh pohon kayu manis dan cengkeh. Burung-burung yang juga meminum air mata yang mengalir di jurang Sarandib itu. Suara burung-burung itu akhirnya menjadi indah. Burung-burung itu merasakan nikmat yang luar biasa. Sampai-sampai Nabi Adam justru merasa diejek oleh burung-burung itu karena perbuatan dosanya kepada Allah SWT. Malah, Nabi Adam kembali menangis atas itu semua.
Dari sini, akhirnya Allah menyampaikan wahyu kepada Nabi Adam:
“Hai Adam, sesungguhnya aku belum pernah menciptakan air minum yang lebih lezat dan hebat dari air mata taubatmu itu.”
Karena kisah air mata yang luar biasa inilah, Allah kemudian menerima taubat Nabi Adam. Terkait ini, Allah kemudian menegaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 37.
فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Kemudian Adam menerima beberapa
kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Dalam Tafsir Al-Wajiz, Syekh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa jika ada hamba
Allah yang menghadap kepada-Nya untuk memohon ampunan, maka Allah akan gembira
datang menyambutnya. Makanya, Allah tidak meninggalkan Nabi Adam menghadapi
sendiri akibat kesalahannya, tetapi Allah mengajari Nabi Adam bagaimana kembali
kepada-Nya dan terbebas dari dosa dan kesalahannya. Karena sesungguhnya Allah
itu Maha Pengasih dan Maha Lemah Lembut.
Dalam Kitab Al-Durrul Mantsur, Imam Jalaluddin al-Suyuti menjelaskan bahwa makna surat Al-Baqarah ayat 37 terkait meriwayatkan hadits tentang taubatnya Nabi Adam dengan tawassul pada Rasulallah. Nabi Adam sudah diajarkan oleh Allah agar taubatnya bisa diterima dengan bertawassul pada Nabi Muhammad, padahal beliau belum dilahirkan di alam dunia.
Keterangan terkait tawassul Nabi Adam kepada Nabi Muhammad ini ditegaskan Imam Hakim dalam kitab Al-Mustadrak.
Dari Umar bin Khattab ra . (diriwayatkan secara berangkai oleh Abu Sa’id ‘Amr bin Muhammad bin Manshur Al-‘Adl, Abul Hasan Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim Al-Handzaly, Abul Harits Abdullah bin Muslim Al-Fihri, Ismail bin Maslamah, Abdurrahman bin Zain bin Aslam dan datuknya) sebagai berikut, Rasulullah saw.bersabda:
“Setelah Adam berbuat dosa ia berkata kepada Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, demi kebenaran Muhammad aku mohon ampunan-Mu’. Allah bertanya (sebenarnya Allah itu maha mengetahui semua lubuk hati manusia, Dia bertanya ini agar Malaikat dan makhluk lainnya yang belum tahu bisa mendengar jawaban Nabi Adam as.) : ‘Bagaimana engkau mengenal Muhammad, padahal ia belum kuciptakan?!’ Adam menjawab: ‘Ya Tuhanku, setelah Engkau menciptakan aku dan meniupkan ruh kedalam jasadku, aku angkat kepalaku. Kulihat pada tiang-tiang ‘Arsy termaktub tulisan Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulallah. Sejak saat itu aku mengetahui bahwa disamping nama-Mu, selalu terdapat nama makhluk yang paling Engkau cintai’. Allah menegaskan : ‘Hai Adam, engkau benar, ia memang makhluk yang paling Kucintai. Berdo’alah kepada-Ku bihaqqihi (demi kebenarannya) , engkau pasti Aku ampuni. Kalau bukan karena Muhammad engkau tidak Aku ciptakan.’ ”
Kisah perjalanan panjang Nabi Adam ini sungguh luar biasa. Kita sebagai umat Nabi Muhammad sejatinya sangat beruntung, karena langsung bisa bertawassul kepada Nabi Muhammad sebagaimana diajarkan para ulama’ sekarang ini.
Terkait kisah air mata taubat, ini juga pelajaran sangat penting. Ternyata, air yang paling membekas dalam kehidupan ini adalah air mata taubat. Manusia seringkali melihat air mata sebagai sesuatu yang “cengeng”, penakut, dan miskin keberanian. Tetapi beda dengan air mata taubat. Air mata yang jernih, karena hadir sebagai bentuk penyesalan atas dosa-dosa sekaligus wujud kesungguhan batiniyah untuk mendekat kepada-Nya.
Saksikanlah air mata yang tumpah di penjuru tanah suci. Mereka yang sedang berdzikir dan khusyu’ beribadah kepada-Nya tak akan bisa menyembunyikan jernihnya air mata. Makanya, tanah suci menjadi subur dan makmur, sama dengan gunung-gunung yang menjadi subur karena air mata Nabi Adam, juga burung-burung yang suaranya begitu indah karena minum air yang mengalir dari air mata Nabi Adam.
Masihkah kita ragu untuk meneteskan air mata taubat?
Muhammadun
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah