meneladani nabi
Nabi Muhammad

Pandangan Ulama Salaf dan Khalaf tentang Perayaan Maulid Nabi

Kadang orang berfikir negatif terhadap perayaan Maulid Nabi. Tidak baik dilakukan sebab tidak ada perintah dari Nabi. Tentu saja dengan andalan istilah yang sering mereka lontarkan, bid’ah.

Padahal jika kita belajar kaidah fikih, tentu tidak semua yang baru menjadi haram dan bid’ah. Kaidah fikih menyatakan “Al Ashlu fi al Asy’ya al Ibahah”, yang tidak diperintahkan dan tidak pula dilarang hukumnya boleh-boleh saja.

Lalu, Maulid Nabi ini apakah bukan hal baru? Sejatinya Maulid Nabi hanyalah bentuk baru dari ajaran lama. Ajarannya tentu mencintai Nabi. cara ekspresi mencintai Nabi cukup beragam. Sejatinya Maulid Nabi merupakan penjelmaan rasa gembira dan implementasi syukur umat Islam kepada pencipta atas kelahiran manusia paling agung, paling mulia, Nabi Muhammad.

Para ulama salaf maupun khalaf telah banyak menjelaskan esensi dari Maulid Nabi. Dalam kitab Al Ni’matu al Kubra ‘ala al ‘Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam, Ibnu Hajar al Haitami menulis beberapa komentar para sahabat dan ulama tentang keagungan dan nilai plus merayakan Maulid Nabi.

Ibnu Hajar al Haitami dalam karyanya tersebut menulis ungkapan Imam Jalaluddin al Sayuthi yang pada bagian akhir perkataannya menyatakan bahwa orang yang tidak mengagungkan Maulid Nabi, walaupun dunia dan seisinya memujinya, Allah tetap tidak akan menggerakkan hatinya untuk cinta kepada baginda Nabi.

Masih dalam kitab yang sama, Sirri Saqhati menjelaskan, siapa yang datang ke tempat peringatan Maulid Nabi, sejatinya ia telah datang ke salah satu taman surga. Dan, hanya orang yang mencintai Nabi yang bisa mendatangi taman-taman surga. Seperti sabda Nabi, “Siapa yang mencintaiku, akan bersamaku di surga”.

Oleh karena itu, tak elok rasanya bila Maulid Nabi dianggap sebagai ritual yang salah dan menyimpang. Justru, pembacaan sejarah kelahiran Nabi akan menjadi wadah yang mampu menyemai benih kecintaan kepadanya. Mengenalkan suri tauladan Rasulullah kepada umat Islam, terutama kepada mereka yang masih muda dan belia. Sehingga cahaya atau nur Muhammad merasuk kedalam lubuk sanubari. Menanamkan ajaran-ajaran Islam sesuai misi yang diemban Nabi. Islam yang Rahmatan Lil’Alamin.

Terakhir, melanjutkan perkataan Imam Jalaluddin al Sayuthi pada karya Imam Ibnu Hajar al Haitami di atas, ternyata perayaan Maulid Nabi, salah satu manfaatnya adalah menghilangkan wabah penyakit. Penghuni rumah yang dijadikan tempat membaca Maulid Nabi akan mendapatkan perlindungan Allah dari wabah penyakit, kelaparan, kebakaran, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, dan keburukan makhluk.

Disaat pandemi Corona masih belum juga berakhir, semestinya dengan penuh keyakinan umat Islam memanfaatkan momentum Maulid Nabi sebagai sarana untuk membangkitkan semangat kecintaan kepada Nabi dan menggalakkan perayaan hari lahir manusia pilihan ini sebagai obat penawar Covid-19.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …