anak anak dalam islam
anak anak dalam islam

Panduan Islam Mendidik Anak : Jangan Abaikan Kemauannya, Jangan Paksakan Kemampuannya

Bagi setiap orang tua tentu sangat ingin anak-anaknya menjadi anak yang baik, mempunyai keterampilan dan segudang prestasi yang bermanfaat untuk mereka. Namun perlu diingat, seorang anak juga memiliki kemauan yang harus dihargai dan batas kemampuan yang harus diperhatikan.

Orang tua hendaknya selalu melihat potensi dan kemauan anak, tetapi juga tidak membebani anak di luar kemampuannya. Banyaknya orang tua mendidik anak-anak untuk melakukan berbagai ketaatan sejak usia dini. Namun, perlu diingat jika anak-anak tetaplah anak-anak. Seorang anak memiliki dunia sendiri, sebagai orang tua hendaknya kita mampu memahaminya.

Dalam suratnya Allah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS Al-Baqoroh : 286).

Tidak sepantasnya kita membebani seseorang di luar batas kemampuannya, atau bahkan sangat memberatkan mereka. Termasuk dalam hal ini adalah terhadap anak-anak kita sendiri.

Sebagai orang tua serta pendidik mereka, tetap berilah mereka kegiatan belajar, bermain dan istirahat, berkreativitas pada tempatnya masing-masing, dan sesuai dengan kemampuan mereka. Pola didik seperti ini mampu membuat anak tidak merasa bahwa ibadah dan berbagai ketaatan yang hendak kita ajarkan kepadanya menjadi beban.

Dicontohkan ketika seorang ibu mengajarkan cara bakti kepada orang tua. Yakni dengan mengajaknya membantu mencuci pakaian. Jika anak memang belum bisa membantu untuk mencuci bajunya, kita dapat memintanya agar menaruh pakaian kotornya di tempat cucian yang sudah disiapkan.

Sebagai orang tua hendaknya kita berusaha untuk mengukur kemampuan sang anak. Dahulu Rasulullah pernah menolak tawaran Ibnu ‘Umar, saat itu beliau meminta izin kepada Nabi agar ikut berjihad. Namun Rasulullah menolaknya karena beliau dirasa belum layak untuk ikut berperang.

Diriwayatkan Ibnu ‘Umar, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari mengecek barisan pasukan pada perang Uhud. Ibnu ‘Umar mengatakan, “Ketika itu aku berusia 14 tahun.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengizinkanku (untuk ikut perang -pen). Kemudian beliau mengecek barisan pasukan pada perang Khondaq, ketika itu aku berusia 15 tahun dan beliau pun mengizinkanku (untuk ikut perang –pen).” (HR. Bukhari no. 2664)

Melihat hadist di atas hendaknya  ketika anak kita ingin ikut shalat ke masjid dengan kita padahal dia masih berusia 1 atau 2 tahun. Maka hendaklah jangan kita paksakan untuk menuruti kemauannya, karena boleh jadi mafsadah yang dihasilkan lebih berat dibandingkan manfaat yang diharapkan.

Orang tua juga wajib untuk memperhatikan kemauan sekaligus kemampuan anak. Hendaknya orang tua memberikan pengajaran kepada anak dengan memperhatikan pula kemampuan orang-orang yang berada di bawah kita.

Shalat merupakan ibadah badaniyah yang paling agung. Namun Rasulullah mengingatkan kepada kita, apabila kita diangkat atau diminta menjadi imam agar mempertimbangkan kemampuan makmum di belakang kita. Demikian pulalah dalam mendidik anak. Hendaklah ketika mengajarkan atau mengajaknya melaksanakan ketaatan, namun tetap memperhatikan batas kemampuannya.

Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian menjadi imam shalat suatu kaum, maka hendaklah dia ringankan. Sebab di antara mereka ada anak-anak kecil, orang yang sudah tua, orang yang lemah, dan orang yang sakit. Namun jika dia shalat sendirian, maka silahkan dia shalat sepanjang yang dia inginkan.”  (HR. Bukhari no.  703 dan Muslim no. 467).

Bagikan Artikel ini:

About wahyuningsih

Check Also

tidak sukses

Sudah Berilmu Tidak Sukses, Ini Penyebabnya

Memiliki kehidupan yang sukses dan bahagia merupakan mimpi yang di idam-idamkan oleh semua manusia. Dengan …

padang mahsyar

10 Rupa Tampilan Manusia Penuh Maksiat di Padang Mahsyar

Padang Mahsyar merupakan tempat yang sangat luas di mana seluruh manusia dikumpulkan setelah mereka dibangkitkan …