Jika engkau hari ini masih melihat orang tuamu berada di sekelilingmu, jangan sia-siakan untuk selalu mencintai dan berbakti padanya. Jika engkau sudah kehilangan satu atau kedua dari orang tuamu, jangan sia-siakan waktumu untuk selalu mencintainya dengan berdoa dan mengunjungi makamnya.
Rasulullah terlahir tanpa seorang bapak. Beliau belum pernah mendengar “wahai anakku, Muhammad” sebagaimana anak-anak lain dipanggil oleh bapaknya. Ibunya, Sayyidah Aminah, pun tidak lama meninggalkan beliau sebatang kara. Namun, enam tahun bersama ibunda tercinta adalah kenangan manis dan terindah seorang anak bernama Muhammad yang tidak pernah dilupakan.
Rasulullah adalah manusia biasa yang memiliki kerinduan terhadap orang tua. Muhammad adalah anak manusia yang juga meneteskan air mata ketika merasa sangat rindu kepada ibunda tercinta yang meninggalkannya waktu masih kecil. Namun, di balik jati diri kemanusiaannya, Rasulullah justru tipe ideal keteladanan dari seorang anak yang selalu mencintai orang tuanya, meskipun sudah mendahului.
Dalam suatu riwayat dari Abdullah bin Mas’ud dalam suatu perjalanan bersama para sahabat, Rasulullah berhenti di sebuah pemakaman. Rasulullah meminta para sahabat untuk duduk sebentar, lalu beliau menuju satu kuburan dan duduk di sisinya. Nabi terlihat berbisik, kemudian menangis tersedu-sedu hingga para sahabat mendengar tangisannya.
Mendengar rintihan tangisan Rasulullah, para sahabat ikut menangis. Umar bin Khattab memberanikan diri untuk bertanya apa gerangan yang sedang terjadi : Apa yang mengundang tangismu? Tangismu menjadikan kami menangis dan takut.”
Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah tangisanku menakutkan kalian?” Umar pun menjawab, benar wahai Rasul.
Nabi pun menjawab: Kubur yang kalian lihat aku berbisik di sana adalah kuburan ibuku, Aminah binti Wahab. Aku meminta izin kepada Allah Swt untuk menziarahinya, dan aku diizinkan-Nya … (H.R Muslim). Dalam riwayat yang lain Rasulullah menjawab : Aku tersentuh oleh kasih sayang ibuku, maka aku menangis.
Kecintaan Rasulullah terhadap orang tuanya, khususnya ibunda, menjadi teladan bagi seorang anak. Betapapun mereka sudah terpisah alam, tetapi kerinduan, kecintaan dan bakti seorang anak tidak pernah putus. Seorang anak harus terus memberikan bakti melalui doa dan datang kekuburannya di kala sempat.
Bakti seorang anak kepada orang tua tak lekang oleh waktu. Inilah pula jawaban Rasulullah ketika seseorang dari Bani Salimah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?”
Nabi saw menjawab, “Iya. (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah