berbagi takjil 1
berbagi takjil 1

Suasana Ramadhan Boleh Berbeda, Berbagi Takjil harus Dijaga

Bulan Ramadhan bulan musim ibadah. Pahalanya berlipat ganda. Demi itu, rugi bila tidak berburu amalan baik di bulan ini. Perintah yang hukumnya wajib disempurnakan, dan amalan sunnah ditingkatkan.

Di antara amalan sunnah yang dianjurkan adalah memberi makanan untuk berbuka puasa. Di Indonesia dikenal dengan berbagi takjil. Tradisi ini sudah mentradisi di setiap bulan Ramadhan. Lalu, bagaimana dengan suasana pandemic saat ini?

Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sampai saat ini, banyak umat Islam yang menjalankan ibadah puasa dengan menyantap hidangan buka puasa seadanya. Terutama mereka yang stop kerja karena khawatir terjalar wabah Corona atau bahkan diberhentikan kerja. Kerja berhenti, pendapatan terhenti.

Di tengah kondisi seperti ini, memberi makan mereka yang sedang menjalankan puasa Ramadhan apalagi yang sangat membutuhkan adalah sebuah keutamaan besar di bulan suci. Bagi umat Islam yang masih diberikan keluasan rejeki dan memiliki kesempatan baik untuk mendapat pahala besar yang dijanjikan oleh Allah jangan lewatkan ibadah berbagai ini. Kenapa?

Ada dua manfaat yang bisa dicapai sekaligus. Pahala sedekah dan pahala memberi makan untuk buka puasa. Biasanya, sebelum mewabahnya Corona, praktiknya dengan gelaran buka puasa bersama. Tetapi teknis kumpul bareng untuk ta’jil atau buka puasa jamaah tersebut tidak boleh dilakukan untuk Ramadhan tahun ini.

Supaya tetap bisa memanen keutamaannya tinggal merubah cara saja. Saat ini cara paling efektif adalah dengan memberikan langsung ke rumah masing-masing. Berupa makanan siap saji maupun bahan mentahnya. Karena esensi keutamaannya bukan pada teknis melainkan ada pada bentuk pemberian makannya.

Berbagi Kasih di tengah Pandemi

Rasulullah bersabda, “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, baginya pahala yang sama seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala puasa orang tersebut”. (HR. Turmudzi, Ahmad, Ibnu Majah dan lain-lain. Imam Turmudzi mengatakan hadis ini hasan shahih).

Lalu, apa kriteria makanannya? Makanan yang diberikan untuk berbuka puasa, menurut beberapa ulama ahli hadis adalah makanan yang mengenyangkan. Makanan pada lazimnya di suatu daerah. Seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya yang memberikan manfaat dan mengenyangkan bagi orang yang berpuasa.

Walaupun ada juga pendapat ulama yang mengatakan tidak terikat pada kualitas dan kuantitas makanan. Satu kurma, secawan es, semangkuk bubur telah memenuhi persyaratan untuk memperoleh paha besar ini.

Sebagai timbal balik, Rasulullah menganjurkan kepada mereka yang diberi sedekah makanan berbuka puasa untuk mendoakan saudaranya yang bersedekah. Di samping itu doa yang dipanjatkan saat berbuka puasa tidak akan tertolak. Sebagaimana sabda Nabi, “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak; pemimpin yang adil, orang yang berpuasa ketika dia berbuka, dan doa orang yang terdzalimi”. (HR. Turmudzi dan Ibnu Hibban).

Doa yang diajarkan Nabi adalah:

اللهم أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِيْ وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِيْ

“Wahai Tuhanku, berikanlah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku, dan berilah ganti minuman kepada orang yang telah memberi minuman kepadaku” (HR. Muslim).

Dengan demikian tidak ragu lagi bahwa keutamaan memberi makan untuk berbuka puasa akan dibalas dengan pahala semisal pahala orang yang puasa. Kesempatan ini hanya ada di bulan suci Ramadhan. Tentu rugi besar bila kita melewatkannya.

Berbagi takjil dan buka puasa menemukan relevansinya ketika musibah dan pandemi seperti saat ini. Berbagi takjil ke rumah-rumah atau di jalan dengan tetap menjaga jarak adalah amalan sunnah untuk mengurai problem kemanusiaan di tengah prahara Covid-19 yang memaksa sebagian umat Islam melepas pekerjaannya.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …