tafsir al baqarah
tafsir al baqarah

Tafsir Al-Baqarah Ayat 1-2 : Kitab yang Tidak Diragukan

Pada tulisan ini akan diuraikan tafsir al-Baqarah ayat 1-2. Apa makna yang terkandung dari dua ayat tersebut?


Misteri Makna

Allah Swt. berfirman dalam surah al-Baqarah:

الم

Alif Lām Mīm” [Q.S. al-Baqarah: 1]

Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang huruf-huruf yang mengawali banyak surah (fawātih as-suwār) Al-Quran. Pada tafsir Ibnu Katsir, banyak di antara mereka mengatakan bahwa hal ini merupakan sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah Swt. saja. Untuk mengetahuinya mereka mengembalikannya kepada Allah Swt. dan tidak berani menafsirkannya.

Syaikh Bisri Mustofa dalam Al-Ibrīz, menjelaskan ada makna tersirat di setiap huruf-huruf tersebut. Para ulama salaf ada yang menyebutkan kalau huruf Alif itu dari kata Allah, Lām dari kata lathīf (lembut), Mīm dari kata majīd (agung, mulia). Jadi, Alif Lām Mīm merupakan suatu rumus yang berarti Allah Yang Maha Lembut dan Maha Agung.

Kemudian ada hadits yang berbunyi sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ : (الم (1) تَنْزِيلُ ) السَّجْدَةَ وَ : (هَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ )

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. : Sesungguhnya Rasulullah Saw. membaca surah Alif Lām Mīm Sajdah, dan Hal atā ‘ala al-insān, dalam shalat subuh hari Jum’at”.

Hadits di atas menurut Abdurrahman Ibnu Zaid  Ibnu Aslam, sesungguhnya huruf-huruf tersebut merupakan nama-nama surah yang bersangkutan. Ini juga yang Imam Zamakhsyari tulis dalam kitab tafsirnya.

Adapun dalam riwayat lain, Khashif mengatakan dari Mujahid bahwa sesungguhnya semua fawātih as-suwār itu ―seperti qāf, shād, ha mīm, tha sīn mīm, alif lām rā, dan lain-lain― merupakan huruf hijai’. Sebagian ahli bahasa Arab mengatakan bahwa fawātih as-suwār itu merupakan huruf-huruf mu’jam (ejaan).

Pendapat yang lain menafsirkan fawātih as-suwār ini juga suatu rumus. Huruf yang disebut di dalam permulaan surah-surah Al-Quran dengan membuang huruf yang berulang-ulang semuanya berjumlah 14, yaitu alif, lām, mīm, shad, ra, kaf, ha, ya, ‘ain, tha’, sin, ha, qaf, dan nun. Kesemuanya dapat terhimpun dalam ucapan, “Nasshun hakīmun qāthī’un lahu sirrun” (Ini adalah nash yang pasti dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, mengandung rahasia).

Semuanya itu (14 Huruf) separuh dari bilangan huruf ejaan yang ada, dengan pengertian bahwa yang tersebut di dalamnya berkedudukan lebih besar daripada yang tidak disebut. Penjelasan mengenai masalah ini termasuk ke dalam disiplin ilmu tashrif.

Kitab yang Tidak Diragukan

Ayat selanjutnya:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” [Q.S. al-Baqarah: 2]

Dalam kitab Sofwatu at-Tafāsir, Secara bahasa, “raiba” atau “ar-raibu” bermakna ragu-ragu dan tidak tenang, asalnya dari kata “irtāba” . sesuatu yg meragukan jika di dalamnya membuat kita bimbang. Imam Zamakhsyari, berpendapat, ar-raiba masdar dari kata “rābah” yaitu ada kebimbangan pada diri dan tidak tenang.

Tidak tenang atau kegelisahan terjadi kepada seseorang yang telah  cukup akal pikirannya dan biasanya terjadi pada usia remaja sampai dewasa. Di usia balita dan kanak-kanak belumnya mempunyai rasa gelisah, karena akal dan pikirannya belumlah berkembang.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang bisa gelisah. Menurut Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat, ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.

Jika meminjam analisis Wilfred Cantwell Smith, bahwa sifat “kitab suci‟ bukanlah inheren dalam teks, namun sebuah hubungan interaktif antara teks dan komunitas. Dengan demikian, suatu teks menjadi suci karena adanya penghormatan dan perlakuan khusus dari masyarakat yang meyakininya.

Oleh karena itu, orang yang beragama pasti berpegang petunjuk kitab suci masing-masing. Islam dengan kitabnya Alquran tidak diragukan lagi sifat dan kegunaannya. Wahbah Zuhaily dalam kitab tafsir Al-Munīr-nya, Allah Swt. menyifati Al Quran dengan tiga sifat:

Pertama, bahwa dialah kitab yang sempurna dalam seluruh isi yang dikandungnya, berupa makna-makna, maksud-maksud, kisah-kisah, ibrah, dan tasyri’ yang tidak dapat dibatalkan.

Kedua, tidak ada keraguan bahwa dia benar-benar dari Allah, bagi orang yang meneliti secara cermat dan memperhatikan dengan hatinya.

Ketiga, bahwa dia adalah sumber hidayah dan petunjuk bagi orang-orang beriman yang bertakwa, yang melindungi di dari adzab Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Maka merekalah orang-orang yang mengambil manfaat darinya.

Wallāhu a’lam bi ash-shawāb..

Bagikan Artikel ini:

About Mubarok ibn al-Bashari

Mahasiswa Pasca Sarjana UNUSIA

Check Also

palestina israel

Tafsir Surah al-Isra’ Ayat 4-5: Kezaliman Bani Israel dan Janji Allah Bagi Palestina

Peristiwa yang sangat tidak manusiawi terjadi kepada saudara-saudara kita di Palestina. Di saat melaksanakan kekhusyukan …

al-quran

Jika Salah Tafsir Surah al-Fath Ayat 29: Keraslah Terhadap Sifat Kafir

Surah al-Fath turun saat peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian Hudaibiyah merupakan peristiwa yang begitu fenomenal. Dimana …