Pernahkah kita berpikir kenapa bismillāhirraẖmānirraẖīm atau basmalah diucapkan tidak hanya dalam shalat, tetapi setiapkali melakukan aktifitas? Kemudian ada pula kita dapati imam shalat jama’ah yang tidak mengeraskan membaca basmalah-nya ? Ada apa dengan ayat pertama surah al-Fatihah ini ? yuk kita cari tahu !.
Pentingnya Basmalah
Sebelum membahas perbedaan basmalah sebagai bagian dari ayat 1 al-Fatihah, penulis ingin menguak makna dan keutamaan dari ayat ini.
Allah Swt. berfirman:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” [Q.S. al-Fātiẖah:1]
Jika memaknai ayat ini, Allah Swt. mempunyai sifat ar-raẖmān dan ar-raẖīm. Sifat ar-raẖmān diberikan oleh Allah kepada seluruh makhluk di dunia. Namun sifat ar-raẖīm (khusus yang taat kepada Allah) untuk di alam akhirat saja.
Bukti Allah mempunyai sifat ar-raẖmān seperti orang maksiat yang masih diberi kehidupan, koruptor yang belum ditangkap atau dipenjara, orang pelit masih kaya raya. Di situlah manifestasi sifat ar-raẖmān-Nya.
Jadi, bisa kita bayangkan betapa besar sifat pengasih atau pemurahnya Allah kepada makhluk-Nya. Tapi ketika di akhirat mereka tidak akan mendapatkan sifat ar-raẖīm Allah.
Setiap aktifitas atau kegiatan kita disarankan memulai dengan bacaan basmalah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw. dalam kitab al-Jami’ ash-Shaghīr: “Setiap perbuatan yang penting yang tidak dimulai dengan ‘Bismillāhirraẖmānirraẖīm’ maka perbuatan tersebut cacat”. [HR. as-Suyuthi]
Diriwayatkan juga dari Waki’, dari Al-A’masy, dari Abu Wa’il, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Siapa saja yang ingin diselamatkan oleh Allah dari Malaikat Zabaniyah (juru penyiksa neraka) yang jumlahnya sembilan belas, hendaklah ia membaca ‘Bismillāhirraẖmānirraẖīm’ agar Allah menjadikan setiap huruf sebagai pelindung baginya dari setiap malaikat Zabaniyah,” (Dikutip oleh Ibnu Athiyyah dan Al-Qurthubi).
Jadi, apabila kita memulai perbuatan dengan nama Allah atau atasnama-Nya, perbuatan tersebut akan menjadi baik. Terjalinnya hubungan antara hamba yang membaca basmalah dengan Allah Swt.
Perbedaan Pendapat Tentang Basmalah
Para ulama berbeda pendapat tentang basmalah yang tercantum dalam surah al-Fātiẖah ini. Apakah ia merupakan bagian dari surah al-Fātiẖah atau bukan?.
Imam Mālik berpendapat bahwa basmalah bukan bagian dari al-Fātiẖah. Hal ini berdasarkan Alquran yang bersifat mutawātir, dalam arti periwayatannya disampaikan oleh orang banyak yang jumlahnya meyakinkan, sedangkan riwayat tentang basmalah dalam al-Fātiẖah tidak demikian (perbedaan pendapat).
Selain itu, observasi Imam Mālik terhadap pengamalan penduduk Madinah. Pada saat itu, imam dan masyarakat umum tidak membaca basmalah ketika membaca surah al-Fātiẖah.
Dari kalangan madzhab Syafi’i, bahwa bacaan basmalah dikeraskan bersama surah al-Fātiẖah, dan dikeraskan pula bersama surah lainnya. Pendapat ini bersumber dari berbagai kalangan ulama dari para sahabat, para tabi’in, dan para imam kaum Muslim.
Dari kalangan sahabat yang mengeraskan bacaan basmalah antara lain, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Muawiyah. Bacaan keras basmalah ini diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barr dan Imam Baihaqi, dari Umar dan Ali.
Sedangkan dari tabi’in ada Sa’id bin Jubair, Ikrimah, Az-Zuhri, Ali bin Husain dan masih banyak lagi. Hujjah yang mereka pegang dalam mengeraskan bacaan basmalah karena merupakan bagian dari surah al-Fātiẖah.
Ada hadits yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i yang berbunyi:
عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ حَتَّى إِذَا بَلَغَ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ فَقَالَ آمِينَ فَقَالَ النَّاسُ آمِينَ … قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dari Nu’aim al-Mujmir berkata: “Aku shalat di belakang Abu Hurairah, lalu ia membaca bismillahirrahmanirrahim, kemudian membaca Ummul Qur’an, sehingga setelah sampai pada ghairil maghdhubi ‘alaihim walad-dhallin, maka ia berkata, amin. Lalu orang-orang juga berkata, amin… Lalu Abu Hurairah berkata: “Demi Dzat yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya aku adalah orang yang paling menyerupai shalatnya Rasulullah Saw”. [HR. an-Nasa’i, 134)
Hadits tersebut juga di-shaẖiẖ-kan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, ad-Daraquthni, al-Ḫakim dalam al-Mustadrak, dan al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra. Hadits tersebut juga di-shaẖiẖ-kan oleh Imam an-Nawawi dan al-Hafizh Ibnu Hajar (Fathul Bari, II/267). Wallāhu a’lam bi ash-shawāb
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah