panjang umur
panjang umur

30 Amal yang Bisa Memanjangkan Umur (1)

“Siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah menyambung tali silaturahmi”. (Muttafaq ‘alaih”).

Bukankah umur dan rizki telah ditentukan? Memang demikian, tapi tidak satupun yang mengetahuinya. Karena itu, ulama berbeda pendapat; apakah bertambah secara kuantitas (nyata), misalnya yang awalnya ditakdirkan 50 tahun menjadi 60 tahun, atau hanya bertambah secara kualitasnya saja?

Amir bin Muhammad al Madari dalam karyanya Tsalatsuna ‘Amalan Tuthilu fi al ‘Umri menulis, menurut sebagian ulama yang dimaksud “dipanjangkan umurnya” dalam hadis di atas adalah umurnya ditambah secara nyata. Misalnya, yang awalnya 60 tahun ditambah 10 tahun. Sedangkan pendapat yang unggul yang dimaksud bertambahnya umur bukan bertambah jumlahnya, namun keberkahan umurnya.

Umur yang berkah adalah umur yang dimanfaatkan untuk amal kebaikan. Masa hidupnya dipergunakan untuk sesuatu yang bermanfaat kelak di akhirat. Sebaliknya, usia yang disia-siakan untuk perbuatan yang tidak ada manfaatnya berarti tidak berkah.

Mengikut pendapat yang unggul, alangkah eloknya hidup kita apabila mampu memanfaatkan waktu yang ada dengan ketaatan kepada Allah dan melakukan amal kebaikan. Untuk meraih keberkahan umur, Amir bin Muhammad al Madari dalam karyanya tersebut menulis beberapa amal yang dapat menghantar kepada keberkahan umur.

Pertama, melakukan amal kebaikan semata mengharap ridha dan pahala dari Allah, baik amal yang wajib maupun yang sunnah, seperti makan, minum dan tidur. Terutama ketika mencari nafkah keluarga. Sebab mencari nafkah butuh waktu sehari penuh bahkan terkadang sampai malam. Apabila diniatkan semata mencari ridha dan pahala dari Allah, tentu umurnya menjadi berkah. Intinya, semua aktivitas sehari-hari diniatkan untuk menggapai ridha Allah.

Kedua, menyambung tali silaturahmi. Seperti telah disebutkan dalam hadis di atas. Begitu juga hadis riwayat Ibnu Mas’ud, Rasulullah bersabda, “Silaturahmi bisa memanjangkan umur”.

Pengertian silaturahmi, sebagaimana hadis riwayat Abu Hurairah adalah menyambung persaudaraan dengan orang yang lebih dulu berkunjung, atau kita mengunjungi lebih dulu. Siapa yang memutus persaudaraan, Allah memutus hubungan dengannya.

Ketiga, akhlak mulia. Dari Abi Darda’, Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang lebih berat timbangan amal orang yang beriman dari pada akhlak mulia, dan Allah sangat membenci perbuatan keji dan kotor”. Dalam Shahih Sunan Abi Daud, ada hadis riwayat Aisyah yang menyatakan, “Sesungguhnya mukmin yang akhlaknya mulia akan memperoleh derajat orang yang berpuasa dan orang yang shalat malam”.

Keempat, berbuat baik kepada tetangga. Ada banyak sekali hadis yang memerintahkan supaya memperlakukan tetangga dengan baik. Dari Aisyah, dari Nabi, beliau bersabda, “Jibril senantiasa berwasiat kepadaku perihal tetangga, hingga saya menyangka bahwa tetangga akan menjadi ahli waris” (HR. Bukhari). Dalam hadis yang lain Nabi bersabda, “…Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tetangganya…”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kelima, rajin shalat berjamaah. Sebagaimana hadis Nabi, “Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian dengan (selisih) dua puluh tujuh derajat”. (Muttafaq’Alaih).

Ilustrasinya, jika ada dua orang meninggal bersamaan dan umurnya sama persis, yang satu terbiasa shalat sendirian di rumah sementara satunya lagi rajin shalat berjamaah, pahala yang rajin berjamaah melebihi orang pertama dengan selisih dua puluh tujuh kali lipat. Kualitas umur orang yang rajin berjamaah setara dengan dua puluh tujuh orang yang shalat sendirian.

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

darah haid

Darah Haid Tuntas Tapi Belum Mandi Besar, Bolehkah Berpuasa?

Perempuan haid dilarang berpuasa. Tapi, larangan ini tidak bermakna diskriminasi Islam terhadap perempuan. Puasa ramadhan …

buah takwa

Bentuk Bahagia Menyambut Ramadan

Dalam kitab Durrotun Nashihin, ada yang yang berbunyi: “Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, …