menyaringkan bacaan dzikir
macam dzikir

4 Derajat Orang Berdzikir, Kamu Baru yang Mana?

Dzikir secara sederhana artinya mengingat. Dalam hal ini dzikir maksudnya mengingat Allah. Ada juga yang mengartikan mengagungkan Allah. Dzikir merupakan salah satu ibadah yang bisa mendatangkan pahala. Bahkan dzikir itu ibadah yang paling murah di antara ibadah-ibadah yang disyariatkan Allah kepada umat Islam.

Ibadah dzikir sesungguhnya bersifat wajib. Karena memang setiap makhluk berkewajiban mengingat atau mengagungkan Allah SWT. Jangan sampai kita lalai dalam kewajiban ini. Karena ini akan berdampak buruk pada hubungan kita dengan Allah. Jika kita lalai dengan Allah, maka Allah pun akan melupakan kita. Hal ini jelas diterangkan dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 152

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (152) [البقرة: 152]

“Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada-ku, niscaya Aku berdzikir [ingat] kepadamu.” [QS. Al-Baqarah 152].

Ibadah dzikir, selain tak berongkos, itu bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Kecuali di tempa-tempat yang memang menjijikan seperti toilet. Mudahnya ibadah dzikir inilah yang membuat Rasulullah SAW mengingatkan kita semua untuk selaku melakukannya. Memang mengingat Allah terus menerus itu terasa sulit, makanya beliau mengajak untuk melatih lisan kita agar terus menerus berdzikir menyebut asma Allah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنِ اقْتَرَبَ إِلَىَّ شِبْرًا اقْتَرَبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَإِنِ اقْتَرَبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً ‏”‏

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, Allah berfirman, “Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia berdzikir [mengingat] dalam dirinya. Aku pun berdzikir padanya dalam dzat-Ku dan jika ia berdzikir pada-Ku di keramaian, maka Aku pun berdzikir padanya dalam keramaian yang lebih baik dari pada kelompoknya, dan jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berjalan cepat.”

Ajakan Rasulullah di atas memanglah beralasan. Karena manusia seringkali lalai. Namun ketika lisan dilatih terus-terusan berdzikir, maka lama kelamaan hati kita juga ikut berdzikir. Puncaknya dari dzikir ialah ketika kita merasakan kehadiran Allah dan melalaikan dunia dan seisinya. Untuk lebih jelas mengenai fase-fase orang yang berdzikir, di bawah  akan dijelaskan 4 derajat orang yang berdzikir yakni:

  1. Berdzikir dalam keadaan hati tidak ingat kepada Allah. ( Dzikir Lisan )

Dzikir lisan tapi hati lalai. Sibuknya lisan dengan dzikir tentu bernilai pahala, Hanya saja itu terbatas pada lisan orang tersebut, tak menyalur pada organ tubuh lain. Akan tetapi, percayalah pekerjaan ini perlahan jika dilakukan secara terus-terusan akan mempengaruhi seluruh organ tubuh, hingga pada akhirnya merambah dimensi hati.

Hal di atas bisa dilihat pada fakta kata-kata buruk yang meluncur dari mulut seseorang seperti mengumpat, gossip dan hasud, itu berakibat pada keras dan lalainya hati. Maka sama halnya dengan mulut yang senantiasa dzikir akan membawa daya positif berupa ketaatan serta cahaya yang menyinari dinding hati.

2. Berdzikir dalam keadaan hati yang ingat kepada Allah. ( Dzikir Qolbu )

       Dzikir qalbu adalah tergugahnya hati pada kandungan makna yang terucap dalam dzikir lisan serta kontemplasi dan perasaan yang fokus pada Allah. Kondisi ini ialah tahap awal bagi kesiapan hati untuk hadir di haribaan-Nya dan sebagai langkah awal menjauhi kesibukan yang menutupi dirinya dengan Allah.

3. Berdzikir dengan disertai rasa kehadiran Allah di dalam hati. ( Dzikir Khudur )

Mungkin dalam hati kita bergumam, “Dzikir dengan hati dan pikiran sadar itu gampang, yang sulit itu untuk bisa hadir di haribaan-Nya!.” Maka latihan yang dapat dilaksanakan ialah terus menerus dalam kesadaran berdzikir, maka lambat laun akan membantu untuk bisa hadir di hadirat-Nya.

Semisal, kita istiqomah berdzikir seraya menghayati makna, secara terus menerus akan mendatangkan takdzim dan cinta kepada Allah. Kalau boleh jujur, apabila kita sudah sampai pada tahap dzikir dengan kesadaran hati, sebenarnya tak perlu lagi dzikir lisan. Kok bisa? Iya. Bahkan kita wajib menjaga kondisi hati agar tidak sedetik pun melupa.

Perbedaan antara dzikir dengan hati sadar dengan dzikir hadir di hadirat-Nya ialah apabila dzikir dengan hati sadar itu, kita mengingat kandungan lafadz yang diucapkan, namun sama sekali tidak menyentuh perasaan dan keyakinan. Sedangkan hadirnya hati dalam dzikir itu di saat perasaan orang yang berdzikir digapai oleh kekuatan cinta, takut dan takdzim pada Dzat yang disebutnya.

4. Berdzikir dalam keadaan fana’ dari makhluk, lenyap segala sesuatu selain Allah dari hati.

Fase yang lebih tinggi lagi ialah saat kita diberi karunia untuk dapat dzikir dengan hadir di haribaan-Nya. Artinya kita selalu ingat Allah dan Allah. Apabila kita sudah dalam fase ini, maka  istiqamahkan sampai menjadi bagian dari aktivitas. Akhir dari fase ini adalah kita menganggap selain Allah adalah sirna dan yang kekal hanya Allah semata.

Fase ini akan membuat lupa dari lingkungan yang melingkari atau berdzikir dalam keadaan fana’ dari makhluk. Sehingga setiap interaksi yang terlintas dalam hati selalu mengarah pada Allah. Dan tujuan pikiran yang selalu mengarah dan berakhir pada Allah yang Maha Esa.

Bagikan Artikel ini:

About M. Alfiyan Dzulfikar

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Bersemangatlah dalam Beribadah (2): Cara Menghindari Kemalasan

Dalam tulisan sebelumnya, sudah dijelaskan betapa Allah SWT menganugerahkan kemurahan dan kemudahan kepada kita untuk …

ibadah

Bersemangatlah Dalam Beribadah (1): Tiada Kesukaran dalam Agama

Allah memerintahkan kita beribadah, pastilah itu bermanfaat dan baik untuk kita sendiri. Tak mungkin ada …