kaidah yang membatalkan puasa
kaidah yang membatalkan puasa

5 Kaidah Penting untuk Mengidentifikasi Batalnya Puasa

Ulama telah menetapkan beberapa kaidah umum terkait penyebab batal dan tidaknya puasa Ramadhan. Kaidah atau aturan umum ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat awam agar lebih mudah mengidentifikasi beberapa hal yang membatalkan puasa atau tidak.

Kenapa kaidah itu penting karena banyaknya penyebab yang bisa membatalkan puasa. Madhab Hanafi saja mencatat penyebab batalnya puasa berjumlah lima puluh tujuh. Demikian pula, ulama-ulama madzhab Syafi’I menginventarisir pembatal puasa dalam jumlah yang sangat banyak.

Memang pada mulanya pembatal puasa tak lebih dari tiga, yakni makan, minum dan berhubungan badan. Tetapi kemudian jumlahnya bertambah sebab sesuatu yang searti dengan tiga hal tersebut juga membatalkan. Seperti rokok, sengaja mengeluarkan sperma tanpa persetubuhan, cumbu rayu sehingga keluar mani dan seterusnya.

Sebab itulah kemudian para ulama merumuskan kaidah-kaidah umum untuk lebih mempermudah mengidentifikasi mana yang membatalkan dan mana yang tidak. Namun demikian, karena kaidah umum, tentu ada pengecualian dalam hal tertentu. Tetapi secara umum kaidah-kaidah yang akan dijelaskan dalam tulisan ini menjadi dasar penentu batal atau tidak.

Kaidah Pertama :

الفِطْرُ مِمَّا دَخَلَ وَلَيْسَ مِمَّا خَرَجَ

“Puasa Ramadhan batal sebab sesuatu yang masuk (ke dalam tubuh), bukan sebab sesuatu yang keluar (dari dalam tubuh)”.

Kaidah Kedua :

Imam Nawawi dalam Raudhah al Thalibin membuat suatu kaidah, setiap sesuatu yang masuk ke dalam tubuh melalui lubang asli pada tubuh membatalkan puasa.

العبرة بالوصول الي الجوف او الذماغ من المخارق الاصلية كالانف والاذن والدبر

“Tolak ukur (batal atau tidak) adalah sampainya sesuatu ke dalam rongga (perut) atau otak melalui lubang asli yang ada di tubuh, seperti hidung, telinga dan dubur”.

Kaidah Ketiga :

Imam Nawawi dalam kitabnya al Majmu’ menulis sebuah kaedah berikut:

وجود الاكل صورة يكفي لفساد الصوم حتي لواكل حصاة او نواة او خشبا او حشيشا او نحو ذلك ممالايؤكل عادة ولايحصل به قوام البدن يفسد الصوم

“Segala aktivitas makan dapat membatalkan puasa, sekalipun makan batu kerikil, biji-bijian, kayu, rumput, dan sejenisnya berupa sesuatu yang tidak umum dikonsumsi serta tidak menguatkan tubuh. Semua itu membatalkan puasa”.

Kaidah Keempat :

Imam al Syairazi dalam kitabnya al Tanbih juga menulis sebuah kaidah:

وجود الجماع من حيث المعني كاف لفساد الصوم حتي لو جامع امرأته فيما دون الفرج فأنزل او باشرها او قبلها اولمسها بشهوة فانزل يفسد صومه

“Yang searti dengan jima’ (hubungan badan) juga membatalkan puasa. Seperti hubungan badan bukan pada kemaluannya yang menyebabkan ke luar mani. Demikian pula meraba, mencium dan menyentuh dengan syahwat sehingga ke luar mani juga membatalkan puasa”.

Kaidah kelima :

Dalam kitab Raudhah al Thalibin Imam Nawawi menulis suatu kaidah berikut:

وصول اثر الشئ لاعينه الي الحلق لايفسد الصوم

“Sampainya efek sesuatu, bukan benda (dzat) nya ke tenggorokan tidak membatalkan puasa”.

Hal ini seperti seseorang yang menggosok gigi menggunakan pasta. Efek berupa hawa sejuk dan semacamnya bisa sampai ke tenggorokan. Keadaan seperti ini tidak membatalkan puasa.  

Demikianlah kaidah-kaidah umum tentang batal dan tidaknya puasa. Namun sperti dikemukakan sebelumnya, tentu ada pengecualian terhadap beberapa persoalan. Tetapi secara umum, kaidah-kaidah di atas menjadi pedoman untuk memahami hal-hal yang membatalkan puasa dan sebaliknya.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …