Ilmu diumpamakan sebagai lentera kehidupan juga penuntun jalan penerang dari kegelapan. Tanpanya manusia akan terjerumus kedalam lubang kefanatikan yang bisa menghancurkan dirinya. Selagi manusia mau belajar maka ia akan berkembang dan semakin tahu banyak hal. Selagi manusia mau belajar maka ia akan berkembang dan semakin tahu banyak hal. Sayangnya banyak orang yang giat belajar namun Ilmunya kurang bermanfaat.
Setiap orang mendambakan bahkan berharap ilmu yang ia pelajari bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, karena salah satu tanda ilmu yang bermanfaat adalah mampu mengamalkannya isinya. Banyak orang yang belajar namun tak mendapatkan keberkahan dari sesuatu yang ia pelajari.
Hal ini telah disinggung oleh Abu al-Aun al-Hambali dalam karyanya yang berjudul Ghidza’ Albab. Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa seseorang terhalang mendapatkankan ilmu disebabkan oleh enam hal.
Pertama, malu bertanya. Bertanya merupakan salah satu cara untuk menambah pemahaman yang kurang jelas agar tak salah dalam memahami suatu hal.
Kedua, tak fokus dalam mendengarkan materi yang disampaikan. Salah satu hal penting untuk mendapatkan ilmu adalah memiliki pendengaran yang baik, bila ini diabaikan maka akan terjadi salah dalam menerima ilmu.
Ketiga, Memilik pemahaman yang keliru. Ilmu menuntun agar orang yang mempelajarinya mendapatkankan pemahaman yang benar, seringkali seseorang salah paham disebabkan salah mengartikan atau tak ada daya kritis sehingga ia menerima pemahaman yang keliru.
Keempat, tak ada ilmu yang dihafal. Menghafal memang kegiatan yang kadang menjemukan, namun itu bagian penting agar ilmu tetap dalam dirinya.
Kelima, tak mau mengajarkan ilmunya. Ilmu semakin berkembang bila diajarkan kepada orang lain karena ia akan semakin mengetahui kekurangan dalam dirinya dan sebagai bahan evaluasi agar menjadi lebih baik.
Keenam, tak mau mengamalkan ilmunya. Buah dari ilmu adalah mengamalkannya.Bila ilmu tak diamalkan maka lambat laun akan menjadi lupa dan hilang. Hal ini seperti penuturan Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin.
Sedangkan menurut Syeh Zarnuji dalam Ta’lim al-Mutaallim menjelaskan penyebab orang terhalang mendapatkan ilmu yang bermanfaat diantaranya adalah salah dalam niat belajar, ia berniat untuk mencari dunia semata tak ada tujuan untuk mencari Ridha-Nya. Begitu juga orang yang tak menghormati gurunya maka ilmunya terhalang manfaatnya.
Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin juga menjelaskan penyebab orang belajar namun tak mendapatkan manfaatnya.
ﺃَﻭَّﻟُﻬَﺎ: ﻗَﺪْ ﺃَﻧْﻌَﻢَ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻓَﻠَﻢْ ﺗَﺸْﻜُﺮُﻭْﻩُ.
Pertama, Allah telah memberikan nikmat yang banyak sekali kepadamu namun tak kau mensyukurinya.
ﻭَاﻟﺜَّﺎﻧِﻲْ: ﺇِﺫَا ﺃَﺫْﻧَﺒْﺘُﻢْ ﻓَﻠَﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭْﻩُ.
Kedua, ketika engkau berbuat kesalahan tak bersegera bertaubat.
ﻭَاﻟﺜَّﺎﻟِﺚُ: ﻟَﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮْا ﺑِﻤَﺎ ﻋَﻠِﻤْﺘُﻢْ ﻣِﻦَ اْﻟﻌِﻠْﻢِ.
Ketiga, tak mengamalkan ilmu yang telah diperoleh.
ﻭاﻟﺮاﺑﻊ: ﺻﺤﺒﺘﻢ اﻷﺧﻴﺎﺭ ﻭﻟﻢ ﺗﻘﺘﺪﻭا ﺑﻬﻢ.
Keempat, Kalian selalu berkumpul dengan orang-orang mulia, tapi engkau tak mengikuti jejak kebaikannya.
ﻭَاﻟْﺨَﺎﻣِﺲُ: ﺩَﻓَﻨْﺘُﻢْ اﻷَﻣْﻮَاﺕَ ﻓَﻠَﻢْ ﺗَﻌْﺘَﺒِﺮُﻭْا ﺑِﻬِﻢْ
Kelima, engkau selalu ikut menguburkan orang yang meninggal tetapi engkau tak mengambil ibrah atau pelajaran darinya.
Maka dari itu, untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat maka harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan ilmu menjadi tak bermanfaat.
Cara mendapatkan Keberkahan Ilmu
Ilmu sebagai penuntun prilaku manusia agar hidupnya mulia. Untuk mendapatkan keberkahan ilmu yang bermanfaat dibutuhkan kesabaran yang tinggi serta kerendahan hati sebagai pancaran dari ilmu.
Dalam kitab Adzariah ila Makarim as-Syariah, Raghib al-Asbihani menjelaskan bahwa ada tiga hal untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, yaitu:
Pertama, membersihkan diri dari segala perilaku yang kurang terpuji. Akhlak yang baik sangat dibutuhkan karena sebagai tanda kebaikan seseorang dan dari hasil ilmu yang telah didapatkan. Ibarat ladang yang siap ditanami biji-bijian, maka harus dibersihkan dari hama dan rumput yang mengganggu.
Kedua, tak terlalu menyibukkan diri dalam urusan duniawi. Bekerja merupakan sebuah keharusan untuk mencukupi kebutuhan, namun luangkan waktu untuk selalu menambah ilmu pengetahuan agar tak ketinggalan informasi, serta selalu mencari inovasi agar hidupnya selalu bervariasi.
Ketiga, menghilangkan sikap angkuh, arogan kepada siapapun, terutama kepada gurunya, ataupun kepada ilmunya, karena seseorang tak akan mendapatkan keberkahan ilmu jika dalam dirinya ada sedikit kesombongan, ia merasa sudah cukup ilmunya sehingga dengan mudah meremehkan orang lain.
Ketiga hal ini sebagai kunci keberhasilan dalam belajar guna mendapat ilmu yang berkah yang menjadikan hidupnya semakin terarah.
Moh Afif Sholeh, Alumni Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta