Maulana Jalaluddin Rumi dalam Kitab Matsnawi Ma nawi menafsirkan empat ekor burung yang disembelih dan dicincang oleh Nabi Ibrahim as dalam Surah Al Baqarah ayat 260 sebagai empat ekor unggas yang ada dalam diri setiap manusia Keempat ekor unggas itu adalah bebek yang mencerminkan kerakusan ayam jantan melambangkan nafsu merak yang menggambarkan kesombongan dan gagak yang melukiskan keinginan Bagi seseorang yang bertasawuf yakni yang selalu ingin mendekatkan diri pada Allah SWT dan senantiasa menjauhi segala perilaku yang tercela Qurban ternyata tidak hanya sekedar memotong hewan seperti kambing sapi atau kerbau melainkan jauh lebih dari itu Seseorang yang belum memiliki kemampuan untuk menyembelih hewan qurban sesungguhnya telah diberi kemampuan dan kesempatan untuk melakukan penyembelihan lain Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya ternyata terdapat empat hewan yang melambangkan empat sifat tercela yang perlu disembelih dalam diri yakni 1 kerakusan yang selalu ada pada diri manusia tanpa disadari ternyata sifat tercela tersebut dapat menimbulkan perpecahan atau perselisihan 2 Nafsu yang selalu mempengaruhi kehidupan manusia tanpa disadari kita selalu menurutinya padahal menjerumuskan pada keburukan seperti nafsu amarah kebencian dendam dan lain sebagainya 3 Kesombongan pada diri setiap manusia yang selalu menghiasi amal atau aktivitas kesehariannya terkadang sedikitpun kita tidak pernah menyadarinya 4 Keinginan yang disalah artikan oleh setiap manusia keinginan yang didasari oleh nafsu semata seperti keinginan memiliki sesuatu yang berlebihan Baca Juga Pemimpin yang Rendah Hati Dan menurut Maulana Jalaluddin Rumi kita hanya bisa kembali hidup sebagaimana manusia ketika kita berani menyembelih keempat unggas ini Sebagaimana Ibrahim as mencincangnya Di antara keempat unggas ini bebeklah yang paling mewakili karakter kebanyakan kita Tentang bebek Maulana Jalaluddin Rumi bercerita Bebek itu kerakusan karena paruhnya selalu di tanah mengeruk apa saja yang terbenam basah atau kering Tenggorokannya tak pernah santai sesaatpun tak mendengar firman Tuhan selain makan minumlah Seperti penjarah yang merangsek rumah rumah dan memenuhi kantongnya dengan cepat ia masukkan ke dalam kantongnya baik dan buruk permata atau kacang tiada beda ia jejalkan ke kantung basah dan kering kuatir pesaing akan merebutnya waktu mendesak kesempatan sempit ia ketakutan dengan segera di bawah tangannya ia tumpukkan apapun Telah dikisahkan oleh Maulana Jalaluddin Rumi secara indah dalam Kitab Mastnawi Ma nawi yang masyhur itu kisah itu bercerita tentang seekor keledai yang dikandangkan bersama seekor unta keledai itu berkata kepalaku selalu menunduk kebawah kendati demikian aku masih selalu jatuh Sementara kepalamu tegak dan pandanganmu lurus serta melihat keatas tetapi engkau tidak pernah jatuh apa sebabnya Sang unta menjawab Dengan kepalaku tegak dan lurus aku bisa melihat jauh kalau ada lubang aku bisa menghindarinya Mendengar itu si keledai menangis bimbinglah aku tunjukkan kepadaku jalan yang lurus sehingga aku tidak jatuh lagi Sang unta menjawab Dengan mengakui kelemahan diri kamu sudah terselamatkan Berbahagialah sekarang karena kamu sudah terbebaskan dari sesuatu yang jahat Terbebaskan dari sesuatu yang jahat yaitu keakuan atau ego yang selalu ada pada diri manusia Tujuan utama bertasawuf adalah mengalahkan keakuan atau ego yang selalu melekat pada manusia lambat laun semoga kita bisa menghilangkannya bukan malah membanagunnya Sebagaimana sebuah hadis yang mengatakan bahwa Man arofa nafsahu faqod arofa rabbahu Barang siapa mengenal dirinya nafsnya atau egonya maka ia mengenal Tuhannya Semoga bermanfaat Wallahu alam Bishowab R Siti Nurlela Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam dan aktivis MATAN UNJ
Check Also
Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?
Meskipun arus puritanisasi mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …
Shalat Ghaib untuk Korban Bencana
Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah