Taubat Nabi Adam
Taubat Nabi Adam

Aswad bin Al-Ansi :Kisah Tragis Nabi Palsu yang Mati di Tangan Sang Istri

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (al-Ahzab ayat 40).

Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad merupakan Nabi terakhir penutup para Nabi sebelumnya. Penegasan ini sebagai penguat bahwa tidak akan adalah Nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad. Namun sayangnya, pada masa Nabi dan sepeninggal beliau ternyata makin marak manusia yang mengaku bahwa dirinya seorang Nabi utusan Allah.

Sebelum marak manusia yang mengaku Nabi, Rasulullah sudah dulu memprediksi akan adanya manusia yang mengaku Nabi maupun Rasul. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya akan ada tiga puluh orang pendusta di tengah umatku. Mereka semua mengaku nabi. Padahal, aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.” 

Salah satu Manusia yang mengaku bahwa dirinya Nabi ialah Abhalah bin Ka’ab bin Ghauts Al-Kadzdzab, alias Al-Aswad Al-Ansi. Dia hidup di era kepemimpinan Rasulullah, pria ini berasal dari negeri Yaman. Aswad memiliki pengikut yang tergolong banyak. 

Aswad mengklaim dirinya mendapatkan risalah yang ia dapatkan dari langit, sama seperti Rasulullah. Iapun membuat beberapa karya sastra yang ditujukan untuk memandingi kitab suci yang dibawa oleh Rasulullah. Namun sayangnya karya buatannya tak mampu menandingi al-Quran. 

Mendengar beberapa karyanya, para sahabat Rasulullah dibuat tertawa. Mereka sama sekali tidak mempercayai jika sastra yang ucapkan oleh Aswad merupakan wahyu yang diturunkan dari langit. Namun, meski begitu banyak manusia bodoh yang terkecoh olehnya dan percaya akan kenabian Aswad. 

Bukan hanya ratusan namun pengikutnya sampai ribuan orang yang beriman dan mempercayai risalah palsu yang dibawanya. Karena memiliki pengikut yang begitu banyak, Aswadpun merasa bangga dan semakin percaya diri akan dirinya. 

Diapun memberanikan diri untuk mengutus beberapa pengikutnya untuk memberikan surat kepada Rasulullah. Tanpa rasa segan ataupun takut Aswad menuliskan, “Hai orang-orang yang membangkang kepada kami, kembalikanlah tanah kami yang telah kalian rampas. Berikan kepada kami apa yang telah kalian kumpulkan, karena kami lebih berhak memilikinya. Adapun kalian, cukuplah kalian dengan apa yang kalian miliki.” 

Membaca surat dari Aswad, Rasulullah memberikan peringatan adanya azab bagi orang-orang yang berdusta. Rasulullah sama sekali tidak merasa terancam akan posisinya maupun agama yang dibawanya, karena Rasulullah meyakini bahwa Allah akan melindungi dirinya, umatnya  serta agamanya. 

Allah berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah meiyadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan meneguhkan (memberikan kemapanan) agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.” (QS. An-Nuur, ayat 55). 

Aswadpun mati dibunuh oleh istrinya sendiri yang bernama Dadzan. pengikut Rasulullah. Ia dan merasa suaminya telah menjerumuskan banyak pengikutnya. Karenanya ia memutuskan untuk bekerjasama dengan pasukan kaum muslimin. 

Ketika malam mulai gelap, Dadzan bersama kaum muslimin melancarkan aksinya. Merekapun bergerak dengan strategi yang sudah dibuat sebelumnya. Dadzan mulai melubangi dinding pemisah antara gudang dan kamar di mana Aswad tertidur pulas.

Para kaum musliminpun kemudian masuk ke dalam gudang dan mengambil senjata yang telah disiapkan Dadzan. Setelah itu mereka mengelilingi puri Aswad. Dadzan telah berdiri di muka pintu. Dia memberi isyarat kepada para kaum muslimin.

Begitu masuk kamar Dadzanpun mendapati suaminya tengah tidur lelap. Dadzan kemudian mengayunkan pedangnya ke leher Aswad, Aswadpun mengelepar karena kesakitan. Mendengar kerbutan tersebut, para pengikut Aswadpun bertanya di depan kamar Aswad tentang apa yang terjadi.

Namun Istri Aswad meyakinkan bahwa suaminya sedang mendapatkan wahyu dan meminta mereka untuk tidak mengganggu. Sepeninggal sang Nabi palsu, maka kaum musliminpun mengepung kediamannya yang dipenuhi oleh para pengikutnya.

Ada beberapa hal yang membuat manusia tergiur untuk berbohong bahwa dirinya seorang Nabi. Pertama, karena alasan kebodohannya. Kebodohan terhadap ajaran agama, seseorang yang lemah imannya sangat mudah digelincirkan setan.

Dengan segala kelihaian dan kecerdikannya, setan bisa membuat seseorang merasa sangat yakin bahwa bisikan yang diterimanya adalah wahyu dari Allah melalui utusannya, Malaikat Jibril. Padahal, itu tak lain adalah bisikan setan. Islam telah menegaskan tidak ada Nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad.

Kedua, karena nafsu duniawi yang berwujud materi maupun kedudukan. Orang tergiur menjadi Nabi karena hanya mengejar materi, kegagahan dan kebanggaan. Ia mempoles diri seoralh menerima wahyu dan ajaran untuk membuat agama-agama baru.

Anehnya, masih saja ada orang yang mengaku ‘Islam’ percaya kepada nabi palsu. Di sinilah pentingnya keteguhan keimanan dan akidah umat Islam akan tidak mudah goyah dengan pemikiran yang sesat dan menyesatkan.

Bagikan Artikel ini:

About Eva Novavita

Check Also

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (3) : Kisah Raja Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Daud wafat, kini Nabi Sulaiman meneruskan tahta kerajaan dan memimpin Bani Israil. Seperti …

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (2) : Nabi Sulaiman dan Perempuan Korban Pemerkosaan

Sebelumnya sudah diceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memecahkan masalah. Kisah kehebatan Nabi sulaiman tak …