polisi mesir dengan mengenakan masker wajah menembakan meriam di 200428213012 552
polisi mesir dengan mengenakan masker wajah menembakan meriam di 200428213012 552

Tradisi Unik, Menembakkan Meriam Ramadhan Sebagai Penanda Waktu Berbuka di Kairo

KAIRO — Jika di Indonesia mempunyai tradisi memukul beduk kemudian melantunkan adzan sebagai penanda berbuka puasa, maka lain lagi tradisi di Timur Tengah khususnya Kairo, Mesir. Sebagai penanda masuknya waktu berbuka puasa maka ditembakkanlah sebuah meriam yang dapat terdengar hingga beberapa kilo meter.

Tradisi menembakkan meriam sempat hilang, namun pada ramadhan tahun ini tradisi tersebut kembali dihidupkan dan setiap harinya meriam yang diberi nama Meriam Ramadhan akan selalu ditembakkan hingga akhir ramadhan.

Meriam Ramadhan bukanlah sembarangan meriam. Meriam yang digunakan adalah meriam  tahun 1871 yang ditempatkan di Benteng Sahuddin Al Ayyubi, ledakan malam itu telah menjadi tradisi yang terus-menerus terjadi sejak masa Sultan Mameluke Kho Shoqdum pada abad ke-15. Seperti dilansir dari laman republika. Sabtu (24/04/21).

Meriam itu dikenal selama beberapa dekade sebagai “Al Hajjah Fatima” setelah sebuah cerita yang melibatkan putri Khedive Ismail Pasha, yang memerintah Mesir pada pertengahan abad ke-19. Sang putri meminta agar meriam ditembakkan selama Ramadan untuk membantu masyarakat Kairo mengetahui kapan mereka bisa berbuka puasa.

Meriam asli telah lama diganti. Pistol 1871 saat ini adalah model Krupp buatan Jerman yang tersedia tahun ini oleh otoritas Mesir untuk digunakan selama Ramadan.

Sultan Kho Shoqdum umumnya dianggap memulai praktik tersebut secara tidak sengaja, ketika dia melakukan uji tembak meriam ketika matahari terbenam. Banyak warga Kairo salah mengira tembakan itu sebagai pengumuman layanan publik tentang akhir hari puasa. Tradisi lain mempertahankan praktik tersebut mungkin telah dimulai di Kekaisaran Ottoman.

Siapa pun yang menembakkan tembakan Ramadhan pertama, pertengahan abad ke-19 adalah saat meriam menjadi lebih tersedia bagi pihak berwenang di seluruh Timur Tengah dan sekitarnya, dan praktik yang menandai akhir puasa hari itu dengan laporan meriam menyebar dengan cepat di dunia Muslim. 

Hari ini meriam telah menjadi cara yang familiar untuk mengumumkan akhir puasa di dunia Arab dan di seluruh Bangladesh dan ke Asia Tenggara.

Meskipun meriam Ramadhan pernah ditembakkan hanya untuk tujuan pengatur waktu, peran mereka saat ini jauh lebih seremonial. Di Uni Emirat Arab, penembakan meriam di ibu kota Dubai menjadi daya tarik bagi wisatawan. Meriam yang digunakan di UEA berasal dari era Perang Dunia II produksi Inggris dan dapat terdengar sejauh 10 kilometer, tergantung pada polusi suara. Meriam Kairo yang bersejarah dipulihkan oleh Kementerian Pariwisata dan Purbakala untuk digunakan selama Ramadhan dalam proses sebulan penuh untuk menghilangkan karat dan membersihkan laras. Dalam sentuhan modern, sinar laser juga akan ditembakkan di sebelah meriam untuk memberikan efek.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

060567700 1740995185 830 556

Santri Dari Mutholaah Kitab Kuning Ke Digital

JAKARTA — Santri bukan sekedar pembelajar di pondok pesantren namun lebih jauh santri menjadi penjaga …

082479700 1601026076 830 556

Kiprah Pendiri Pesantren Lirboyo di Medan Perang Kemerdekaan

Jakarta – KH. Abdul Karim atau yang biasa disapa Mbah Manab muassis Pondok Pesantren Lirboyo …