pola makan
adab makan

Adab Makan dalam Islam

Sebagian ulama menyatakan bahwa makan adalah bagian ibadah. Ungkapan ini didasarkan pada firman Allah: “makanlah makanan-makanan yang baik dan kerjakanlah amal-amal kebaikan”.

Karena makan bagian dari agama, maka ada adab atau sopan santun yang harus dipatuhi agar kegiatan sehari-hari ini tidak hanya memenuhi hasrat perut belaka, melainkan lebih dari itu, memperoleh pahala sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

Ada beberapa adab dan tata cara makan dalam Islam.

Pertama, sebelum makan harus mencuci tangan dan disarankan berwudhu dulu. Kebersihan juga menjadi perhatian serius dalam agama Islam, kebersihan atau thaharah menjadi perbincangan utama ulama-ulama fiqih.

Topik bersesuci selalu dihadirkan di bagian paling awal setiap karya mereka. Terdapat persoalan tidak hanya bersesuci seperti wuhdu, tetapi fikih juga mengatur cara mensucikan najis, wadah yang kena najis dan persoalan bagaimana menggunakan wadah dari emas dan perak.

Kedua, membaca basmalah di saat mau menyantap makanan. Semua yang kita nikmati adalah nikmat dari Allah, maka nikmatilah pemberian tersebut atas nama-Nya. Bahkan pengucapan ‘dengan menyebut  nama Allah’ dianjurkan di setiap suapan dan agak mengeraskannya supaya orang lain mendengarnya pula. Tujuannya supaya saat makan selalu ingat Allah.

Ketiga, makan dengan tangan kanan dan tidak boleh mengambil makanan selain yang tersedia di hadapan kita. Apabila hendak berbagi makanan dengan orang lain, tawarkan dulu makanan tersebut apakah yang bersangkutan berkenan atau tidak.

Jangan makan dengan menggunakan pisau, seperti tradisi makannya orang-orang Eropa. Tidak etis juga menyentuh dan mencolek makanan, kecuali kalau makanan itu benar-benar akan dimakan.

Keempat, dilarang mencaci makanan, baik karena tidak suka dengan menunya atau karena sebab lain. Rasululllah sebagaimana diceritakan dalam hadist bahwa bagian dari akhlak beliau adalah tidak pernah mencela makanan.

Al-Husein r.a, cucu Rasulullah Saw. menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata, ”Aku bertanya kepada Ayahku tentang adab dan etika Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau. Ayahku menuturkan, ‘Beliau senantiasa tersenyum, berbudi pekerti sekaligus rendah hati, ia bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja mengharapkan pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas…” (HR. Tirmidzi).

Kelima, Sesaat setelah selesai makan mengucapkan kalimat hamdalah sebagai rasa syukur kita kepada Allah atas rizqi yang telah diberikan kepada kita.

Keenam, selepas makan disarankan jangan berdiri dan berlalu pergi sebelum hidangan dibereskan dan dibersihkan (Ihya’ Ulumiddin, II, 5-6)

Wallahu A’lam

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Lebaran Topat perkuat silaturahmi dan jaga tradisi leluhur

Lebaran Topat di Mataram Pupuk Silatarahmi Antaragama dan Jaga Tradisi Leluhur

Mataram – Seperti di daerah-daerah lain saat Hari Raya Idul Fitri, di Kota Mataram, Nusa …

KH Yusnar Yusuf Rangkuti PhD

Tak Bertentangan dengan Syariat Islam, Budaya dan Kearifan Lokal Saat Idulfitri Perlu Terus Dilakukan

Jakarta – Perayaan Idulfitri di Indonesia biasanya diramaikan dengan berbagai budaya dan kearifan lokal, sesuai …