kemudahan bukan kesulitan
kemudahan bukan kesulitan

Allah Menghendaki Kemudahan Bukan Kesulitan, Kenapa Masih Memaksakan Kehendak?

Dalam al-Qur’an surah al-Baqarah 185 Allah menegaskan : Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Ayat ini berbicara dalam konteks puasa. Lebih tepatnya, kemudahan bagi orang yang berpuasa ketika sakit dan dalam perjalanan.

Namun, makna luas yang bisa ditarik dari ayat tersebut walaupun hanya dalam kasus puasa adalah kemudahan yang diberikan Allah ketika dalam kesulitan. Dari kasus inilah sebenarnya ditarik berbagai kaidah fikih yang cukup populer tentang kesulitan yang bisa memunculkan hukum yang mudah (rukhshah). Dalam kaidah lain, bahwa dalam kesulitan sesuatu yang dilarang dalam keadaan normal bisa dilakukan.

Dalam konteks inilah, sebenarnya menjadi jelas bagaimana Allah memberikan kemudahan bagi umatnya. Namun, terkadang umatnya selalu memaksakan kehendak dan kadang berlebih-lebihan dalam urusan beragama. Seolah tampil untuk memaksakan diri di tengah kesulitan yang menuntut kemudahan.

Sebagai seorang Muslim, tentu kita semua sudah mafhum bahwa setiap hukum dan kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah wajib dilaksanakan oleh umat Islam. Namun, sebagai manusia Islam sangat menyadari kelemahan batas dan kesukaran. Di tengah kesukaran Allah selalu memberikan kemudahan. Bukan lantas memaksakan kehendak ibadah tanpa berilmu.

Makna kemudahan yang diberikan Allah juga menyadarkan umat Islam bahwa di samping terdapat hak Allah, tetapi ada hak manusia yang juga harus dilakukan sebagai seorang manusia. Berpuasa adalah Hak Allah, tetapi ketika dalam keadaan sakit dan perjalanan ada hak manusia yang harus dipenuhi.

Adalah, suatu kebaikan untuk menghabiskan waktu dengan selalu beribadah shalat, puasa dan membaca Qur’an. Tetapi, bukan suatu keburukan untuk menjeda dan memberikan istirahat tubuh dan rasa insani yang melekat dalam diri manusia. Tidur, lapar dan istirahat adalah kebutuhan manusiawi.

Rasulullah pernah memberikan nasehat kepada Abdullah bin Amr bin Ash ketika berlebihan dalam beribadah. Rasulullah  mencontohkan dirinya sendiri, “Aku  berpuasa dan berbuka. Aku salat dan tidur. Aku menikahi perempuan. Ketahuilah, tubuhmu juga punya hak untuk istirahat. Maka siapa yang tidak suka sunnahku, tidak akan termasuk dalam golongan umatku.”

Allah tidak membebani umatnya di luar batas kemanusiaan. Karena itulah, dalam Islam ada konsep tentang rukhshah (keringanan) yang bisa diraih sekalipun dalam ibadah wajib. Kata kuncinya adalah : Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Maka, jangan memaksakan kehendak.

Kemudahan bukan berarti mengentengkan kewajiban, tetapi sesungguhnya menjalani kewajiban itu ternyata mudah dan jangan mempersulit diri. Lihatlah bahwa dalam kesulitan pun Allah memberikan kemudahan dengan adanya keringanan atau rukhshah.

Wallahu A’lam

Bagikan Artikel ini:

About Eva Novavita

Check Also

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (3) : Kisah Raja Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah Nabi Daud wafat, kini Nabi Sulaiman meneruskan tahta kerajaan dan memimpin Bani Israil. Seperti …

singgasana sulaiman

Cerita Nabi Sulaiman untuk Anak (2) : Nabi Sulaiman dan Perempuan Korban Pemerkosaan

Sebelumnya sudah diceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman dalam memecahkan masalah. Kisah kehebatan Nabi sulaiman tak …