teror delusif
teror delusif

Bahaya Teror Delusif di Era Digital

Masih lekat dalam benak kita semua isu dukhan yang dalam ceramah salah satu “ustad dadakan” dipastikan terjadi pada hari Jum’at tanggal lima belas bulan Ramadhan kemarin. Isu yang membuat gemetar dan menggigil sebagian kalangan awam. Baru-baru ini kembali muncul isu lagu “Balonku” yang dianggap sebagai usaha menanamkan benih kebencian terhadap Islam kepada anak-anak sedari kecil karena dipandang usaha kristenisasi dalam lagu tersebut.

Entah apa yang terjadi?. Namun yang jelas semua itu merupakan asumsi tanpa data dan fakta. Dan lagi-lagi  fenomena “Ustad Malpraktik” kembali menyeruak di negeri ini.

Bila dicermati, fenomena tersebut bukan malah mencerahkan tapi justeru menjadi teror terselubung terhadap umat Islam. Teror delusif. Biasanya hal seperti ini merupakan agenda propaganda mereka yang terpapar radikalisme untuk menyebarkan teror dan rasa takut di hati umat Islam.

Teror delusif ini memang samar dan halus sehingga sebagian umat Islam, terutama kalangan awam menganggapnya sebagai kebenaran karena disampaikan dengan teknik yang meyakinkan dan dibumbui dalil-dalil agama, walaupun parsial. Mengambil dalil agama yang cocok dengan kepentingan mereka dan membuang dalil yang tidak pas dengan keinginannya.  Menggunakan ayat dan hadis tertentu lalu dihubung-hubungkan dengan realitas sekarang padahal makna yang sesungguhnya tidak demikian. Itulah kecurangan dan pembodohan dengan berkedok agama.

Untuk menyebarkan teror delusif tersebut mereka biasanya menggunakan konten bahwa agama Islam dikepung oleh berbagai kekuatan kafir, ideologi luar dan kekuatan sosial, politik, serta ekonomi kaum kafir. Mengangkat isu utama bahwa Islam saat ini dalam keadaan terancam, genting, dan dikepung oleh musuh baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dalil yang biasa dipakai secara paksa adalah hadis Nabi berikut:

“Nyaris sudah para umat bersekongkol menghadapi kalian sebagaima berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana makannya. Lalu seseorang bertanya, “Apakah kami pada saat itu jumlahnya sedikit”? Nabi menjawab, “Tidak, bahkan kalian saat itu banyak, akan tetapi kalian saat itu buih seperti buih banjir, dan Allah akan menghilangkan dari musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan menimpakan ke dalam hati kalian sifat wahn”. Maka seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu”?. Nabi kemudian menjawab, “Cinta dunia dan takut mati”. (HR. Abu Daud).

Hadis ini kemudian dijadikan alasan pembenaran untuk melakukan gerakan teror berselubung agama dengan membentuk jamaah, milisi, pasukan dan seterusnya. Mereka kemudian giat mencari korban dengan berbagai propaganda dan yang menjadi korban biasanya para penganut Islam pemula dan mereka yang memahami agama secara mentah. Media sosial menjadi sarana efektif melancarkan aksi dengan menampilkan ustad-ustad yang secara keilmuan jauh dari kualitas yang memadai. Bahkan membaca teks Arab saja para ustad dadakan ini tidak bisa.

Untuk itu, umat Islam harus waspada terhadap teror delusi dan ragam gerakan kelompok yang menginginkan kehancuran bangsa ini. Umat Islam harus selektif dalam memilih dan memilah ceramah-ceramah di media sosial yang saat ini sedang gencar-gencarnya. Harus benar-benar memilih mana ustad yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang memadai dan memiliki sanad keilmuan yang jelas dan mana ustad dadakan yang melakukan malpraktik.

Ini penting supaya generasi saat ini tidak tenggelam dalam aura kejahatan kemanusiaan atas nama agama. Karena bagaimanapun, nekad melakukan malpraktik agama sejatinya menumpuk dosa di mana-mana. Dosa menipu umat, dosa memanipulasi agama, dan dosa kebodohan yang ditampilkan di ruang publik, termasuk di berbagai media.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

kopi sufi

Kopi dan Spiritualitas Para Sufi

Ulama dan Kopi apakah ada kaitan diantara mereka berdua? Kopi mengandung senyawa kimia bernama “Kafein”. …

doa bulan rajab

Meluruskan Tuduhan Palsu Hadits-hadits Keutamaan Bulan Rajab

Tahun Baru Masehi, 1 Januari 2025, bertepatan dengan tanggal 1 bulan Rajab 1446 H. Momen …