taubat
taubat

Belajar Taubat dari Pembunuh Paman Nabi

Kehidupan di dunia selalu berubah, terutama perilaku manusia kadang baik berubah menjadi buruk atau sebaliknya awalnya buruk akhirnya menjadi baik. Maka akhir dari itu hayat seseorang selalu menjadi teka-teki bagi siapapun.

Ajaran Islam yang mudah serta selalu memberikan inspirasi dan menekankan kasih sayang kepada sesama manusia menjadikannya mudah diterima. Termasuk kepada orang-orang yang awalnya memusuhi Islam, Nabi dan sahabatnya.

Siapa yang tidak kenal Wahsyi. Ia adalah orang yang telah membunuh paman Nabi yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan siapa yang tidak tahu betapa sedihnya Nabi ketika paman tercinta terbunuh di medang perang.

Suatu ketika Wahsyi hendak masuk Islam. Namun, ia ragu taubatnya nanti diterima atau tidak karena dirinya telah melakukan banyak hal yang terlarang seperti menyembah selain Allah, membunuh orang dan termasuk melakukan hal yang paling membuat Rasulullah sedih.

Lantas turun ayat yang berbunyi:

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

artinya: kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. al-Furqan: 70).

Mendengar ayat ini, Wahsyi mengetahui bahwa syarat diterima taubatnya adalah dengan menyatakan keimanan serta beramal kebaikan.

Dari kisah ini dapat diambil kesimpulan bahwa ajaran Islam mudah diterima oleh semua kalangan terutama bagi orang yang ingin merubah diri dari prilaku buruknya. Catatannya adalah sebanyak apapun dosa yang telah dilakukan akan diampuni oleh Allah asalkan tak menyekutukan-Nya dengan apapun.

Pelajaran dari Wahsyi adalah untuk tidak menunda waktu untuk bertaubat. Selalu bersikap optimis tentang taubat akan diterima Allah asal dengan keteguhan. Seberapapun dosa yang dilakukan dengan komitmen taubat yang kuat adalah jalan menuju pintu maaf dari Allah.

Lalu, bagaimana kita mengetahui taubat kita akan diterima?

Tanda-tanda Taubat yang Diterima Allah

Seorang ulama’ yang bernama Sayyid Muhammad bin Abdi al-Karim dalam kitab Mausu’ah al-Kisanzan fima Isthalaha alaihi Ahli at-Tasawuf wa al-Irfan menjelaskan setidaknya ada empat hal sebagai pertanda diterimanya taubat seseorang, yaitu:

Pertama, menjauhi segala pertemanan dengan orang yang ahli kemaksiatan atau berbuat kejahatan agar tak terhindar dari kebiasaan sebelumnya, serta bergaul dengan orang yang shaleh (baik prilaku kehidupannya dengan menjalankan segala perintah Tuhannya, dan juga baik dengan sesama).

Kedua, menjauhi segala perbuatan yang menjurus ke dalam dosa dengan bekal ilmu dan ketaatan sehingga kesalahannya ini terhapus dengan sendirinya, dengan perbuatan baiknya.

Ketiga, mencoba mengesampingkan kesenangan duniawi dengan mengambil secukupnya agar tak terlena dan selalu merasakan, membayangkan kesusahan di akhirat sehingga menjadi motivasi agar lebih hati-hati dalam melangkah.

Keempat, menggunakan segala anugerah rizki baik harta, tahta, toyota untuk sarana dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan sehingga membawa keberkahan dalam hidupnya.

Dari kisah Wahsy ada pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik. Seberapa pun dosa yang telah dilakukan dan betapapun hebatnya tingkat dosa asal ada keteguhan hati untuk berubah segeralah bertaubat.

Bagikan Artikel ini:

About Moh Afif Sholeh

Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Guru Bahasa Arab di SMA Islam Cikal Harapan BSD

Check Also

Lemah Lembut dalam Pergaulan

Anjuran Bersikap Lemah Lembut dalam Pergaulan

Islam menekankan pentingnya bersikap yang baik dan bijaksana dalam berhubungan dengan sesama

ulama nusantara

Siapa yang Pantas Menyandang Gelar Ulama

Ulama merupakan jama’ dari kata alim yang berarti orang yang mengetahui ilmu dan mampu mengamalkannya.